Kampung Halaman yang Tak Lagi Dirindukan

CNN Indonesia
Selasa, 26 Apr 2022 17:51 WIB
Merayakan Hari Raya Idulfitri di Kampung Halaman bersama keluarga dambaan setiap Muslim. Namun bagi Barokah, lebaran di kampung halaman tak lagi dirindukan.
Ilustrasi. Mudik bukan menjadi tujuan utama Barokah (CNN Indonesia/Cintya Faliana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tiap hari Barokah datang ke Terminal Kalideres, Jakarta Barat, pukul 08.00 pagi. Pria asli Pekalongan ini tampak semringah melihat Terminal Kalideres yang mulai kembali ramai. Terminal yang sempat ditutup hampir setahun ketika awal pandemi Covid-19 akhirnya mulai pulih. Meskipun, tak seramai dulu.

Terlebih menjelang arus mudik, pria yang bertugas sebagai Wakil Kepala Regu Terminal Kalideres sudah tahu bahwa dirinya takkan bisa pulang kampung. Bahkan, ia sudah lama tak mendambakan suasana mudik. Baginya, kampung halaman tak lagi mengundang kerinduan.

Barokah mengaku setiap Lebaran, selalu bekerja. Terlebih ketika musim mudik, anak dan istrinya akan pulang kampung sendiri tanpa dirinya. Keluarga Barokah pun telah terbiasa dengan hal ini. Barokah menyebut keluarganya bisa menerima dan mengerti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keluarga sudah menerima karena memang tugas suaminya begitu, ya sudah menerima. Kalau tahun-tahun biasa keluarga mudik, saya di sini. Sudah terbiasa begitu jadi sudah memahami," tutur Barokah saat ditemui CNNIndonesia.com di Terminal Kalideres, Kamis (21/4).

Meski terbiasa, bukan berarti ia tak bersedih. Masih terlihat keinginannya menghabiskan waktu bersama keluarga kala Hari Raya Idulfitri.

ADVERTISEMENT

Hasrat itu sedikit terobati melihat lalu lalang bus di tempat kerjanya. Tugasnya sehari-hari mengatur keluar masuk bus di terminal menjadi penting agar kawasan terminal tetap rapi dan teratur.

"Tahun ini saya agak sedih juga, tapi gimana lagi, risiko pekerjaan. Saya bersyukur saja terminal mulai ramai, karena kan ini fasilitas, sarana umum, fasilitas dari pemerintah untuk mudik, nikmati saja," papar Barokah.

Tahun 2021 ketika pemerintah melarang arus mudik karena tingginya penyebaran virus Covid-19, Barokah justru seperti tertimpa durian runtuh. Ia mendapat libur kala Lebaran dan bisa pulang ke kampung dengan aman.

Meski suasana Lebaran tak seramai tahun-tahun tanpa pandemi, Barokah bersyukur bisa kembali merasakan suasana Lebaran di rumah orang tuanya. Terlebih, ia tak perlu melihat anak dan istrinya harus pulang kampung tanpa dirinya.

Serupa dengan Barokah, laki-laki berseragam putih dan bercelana hitam sedang duduk menunggu penumpang lewat. Bukran, seorang agen PO Bus, hampir 10 tahun menggantungkan hidupnya di Terminal Kalideres. Sepanjang waktu itu pula, ia sama sekali tak pernah ikut musim mudik acap kali Lebaran tiba.

Padahal, kampung halamannya di Palembang, selalu ramai tiap kali Lebaran tiba. Lelaki paruh baya beranak delapan ini pun tak pernah sama sekali membawa anak-istrinya ke Palembang.

Ihwalnya, saat Lebaran justru ia bertugas menjaga terminal dan menarik penumpang yang akan pulang ke kampung halamannya. Bukran mengatakan, Lebaran menjadi salah satu momen emas yang tak bisa ditinggalkannya. Bukan karena keinginan, melainkan kewajiban dari tempatnya bekerja.

"[Kalau lebaran] Kerja lah, cari penumpang. Namanya kita kerja di PO kan," ujar lelaki bertubuh tambun itu.

Ia menceritakan ramainya penumpang tiap kali Ramadan tiba. Meski tak mau menyebut angka pasti omzet yang didapatkan, tapi wajah semringahnya menunjukkan masa-masa keemasan itu. Bagi Bukran, tak bisa mudik bukan lagi suatu perkara.

Menurutnya, hal berat yang ia alami justru ketika tak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Terutama, ketika Terminal Kalideres, tempatnya menggantungkan hidup ditutup total.

"Pengangguran, di rumah setahun, pusing setiap hari di rumah. Apalagi enggak bisa ketemu teman, kan ditutup," kelakar Bukran.

"Ibarat kata, orang main bola kaki di sini bisa," sambungnya.

Bukran tentu berbeda nasib dengan Barokah. Saat pandemi melanda dan kebijakan pemerintah tak berpihak padanya, pulang kampung untuk mudik sama sekali jauh dari pikirannya. Sebab setiap hari, isi kepalanya hanya cara untuk mengisi perut delapan anaknya.

"Kami ini pekerja harian lepas, lho. Jadi [Lebaran kali ini] cuma bisa nunggu puncaknya aja, tanggal 27, 28, 29 nanti," ucap Bukran.

(cfd/isn)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER