Sri Mulyani Tegur Bank Dunia, Biaya Pinjaman Terlalu Mahal!

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia
23 April 2024 08:45
Menteri Keuangan Sri Mulyani bertemu dengan Menteri Keuangan Selandia Baru Nicola Willis di Jakarta, Kamis (18/4/2024). (Tangkapan layar Instagram @smindrawati) Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani bertemu dengan Menteri Keuangan Selandia Baru Nicola Willis di Jakarta, Kamis (18/4/2024). (Tangkapan layar Instagram @smindrawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengkritik pricing (cost of borrowing) Bank Dunia yang terlalu mahal dibandingkan MDBs sejawat lainnya saat ini. Hal ini diungkapkan dalam Development Committee Meeting di sela-sela rangkaian kegiatan Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2024 (2024 IMF-WBG Spring Meetings) di Washington DC, Amerika Serikat pada 15 - 20 April lalu.

Sri Mulyani juga menyinggung perihal pentingnya penambahan kapasitas keuangan Bank Dunia dan penguatan kepentingan dan keterwakilan anggota. Dia juga menyampaikan keyakinannya bahwa peningkatan modal yang sejalan dengan tinjauan kepemilikan saham, akan memperkuat legitimasi dan tata kelola Bank Dunia di saat lembaga-lembaga global tepercaya sangat dibutuhkan keberadaannya. Hal ini diungkapkan dalam rilis resmi Kementerian Keuangan perihal aktivitas Sri Mulyani di Spring Meetings.

Dalam kegiatan ini, dia menyambut baik kemajuan yang dicapai menuju terciptanya Grup Bank Dunia (WBG) yang lebih besar, lebih baik dan lebih berani (bigger, better, bolder) melalui Peta Jalan Evolusi Grup Bank Dunia (World Bank Group Evolution Roadmap).

Sri Mulyani mendorong agar Bank Dunia harus lebih percaya diri untuk menetapkan target ambisius untuk evolution deliverables pada fase berikutnya. Bank Dunia dan IMF harus mempertahankan momentum reformasi dan memastikan reformasi tersebut menghasilkan peluang nyata bagi negara-negara emerging market dan negara berkembang.

Dia pun menyampaikan harapan besar untuk implementasi Global Challenges Programs dan Knowledge Compact yang mengutamakan kebutuhan dan kondisi klien.

Sebagai catatan, dikutip dari IDA Bank Dunia, bunga pinjaman untuk ekonomi kecil selama kurun waktu 40 tahun dengan grace periode 10 tahun dikenakan dalam dua skema. Pada 11-20 tahun pertama, Bank Dunia mengenakan rate 2% dan 4% untuk tahun ke-21 hingga tahun ke-40.

Sementara itu, untuk ekonomi reguler, pinjaman mencapai 38 tahun dengan grace period 6 tahun dan bunganya 3,125% untuk tahun ke-7 hingga tahun terakhir. Bank Dunia juga memiliki jenis pinjaman lain seperti blending credit, tenor 50 tahun, SML dan Regular SUW serta program lainnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Simak! Ramalan Ekonomi RI 2024 dari IMF, World Bank & OECD


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading