Internasional

Kemenangan Putin Beri Angin Segar bagi Trump, Dunia Intelijen Waswas

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
18 March 2024 22:00
U.S. President Donald Trump and Russia's President Vladimir Putin shake hands as they meet in Helsinki, Finland July 16, 2018. REUTERS/Kevin Lamarque     TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/Kevin Lamarque

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemenangan Vladimir Putin dalam pemilihan presiden (pilpres) Rusia disebut telah membawa angin segar baru bagi mantan presiden Amerika Serikat (AS) yang akan mencalonkan diri pada pemilihan tahun ini, Donald Trump. Hal ini bahkan membawa ketakutan baru di kalangan intelijen.

Sejumlah pihak mata-mata dan pakar lainnya khawatir jika kembali menjadi presiden, Trump akan menguntungkan Moskow dan merugikan demokrasi serta kepentingan Amerika di luar negeri. Ini disebabkan kedekatan antara keduanya.

Trump memuji Putin sebagai seorang yang "jenius" dan "cukup cerdas" ketika Rusia menyerbu Ukraina pada awal tahun 2022, dan menyatakan bahwa dia akan mengakhiri perang dalam hitungan "hari".

Ini memicu kekhawatiran Trump akan membantu Rusia mencapai tujuannya dan menghentikan bantuan senjata ke Ukraina. Trump baru ini sempat memberi lampu hijau kepada Rusia untuk "melakukan apa pun yang mereka inginkan" terhadap anggota NATO yang tidak membayar cukup kepada aliansi tersebut.

"Trump memandang Putin sebagai orang yang kuat. Di satu sisi, mereka bekerja secara paralel karena keduanya berusaha melemahkan AS, namun untuk alasan yang sangat berbeda," kata Fiona Hill, peneliti senior di Brookings Institution dan pejabat keamanan nasional pada dua tahun pertama pemerintahan Trump kepada The Guardian, Senin (18/3/2024).

Trump juga baru ini tidak mengkritik kematian aktivis oposisi Putin yang dipenjara, Alexei Navalny, seperti beberapa pejabat Barat lainnya. Trump malah menyamakan nasib Navalny dengan dirinya, yang menghadapi tuntutan.

"Kematian mendadak Alexei Navalny membuat saya semakin sadar akan apa yang terjadi di negara kita," tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

Para mantan pejabat juga khawatir bahwa Trump akan menguras tenaga intelijen AS dengan menunjuk loyalis sayap kanan seperti pensiunan Letjen Michael Flynn, yang sempat bertugas pada tahun 2017 sebagai penasihat keamanan nasional.

Ketakutan semacam ini sebagian besar berakar pada penerimaannya terhadap perkataan Putin pada tahun 2018 bahwa Rusia tidak ikut campur dalam pemilu tahun 2016, meskipun ada bukti kuat yang menyatakan sebaliknya dari para pejabat intelijen AS, laporan panel Senat bipartisan, dan penyelidikan oleh badan khusus.

"Dengan mengurangi pemerintahan AS dan menunjuk loyalisnya, Trump akan menyingkirkan keahlian keamanan yang penting," tambah Fiona.

Ada tanda-tanda signifikan lainnya bahwa Trump bersikap ramah terhadap Rusia selama masa kepresidenannya, termasuk pertemuan aneh di kantor Oval dengan duta besar dan menteri luar negeri Rusia di mana Trump berbagi informasi rahasia.

Kini para pejabat intelijen veteran dan pakar lainnya mengatakan mereka mempunyai kekhawatiran yang kuat jika Trump kembali menjadi presiden mengingat bromance Putin-Trump yang sedang berlangsung.

"Putin lebih menyukai agen kekacauan Trump karena hal itu melemahkan AS," papar Fiona lagi.

"Trump tidak mengkhawatirkan keamanan nasional, namun fokus pada dirinya sendiri. Dengan mengurangi pemerintahan AS dan menunjuk loyalisnya, Trump akan menyingkirkan keahlian keamanan yang penting."

Respons Putin

Setelah berhasil mengunci kemenangan di pemilu, Putin mulai mengeluarkan pernyataan di depan publik. Ia mengaku bangga dengan dukungan masyarakat Rusia yang kuat kepadanya, di saat negara itu sedang dalam momentum perang melawan Ukraina.

"Tidak peduli siapa atau seberapa besar mereka ingin mengintimidasi kita, tidak peduli siapa atau seberapa besar mereka ingin menekan kita, kemauan kita, kesadaran kita, tidak ada seorangpun yang pernah berhasil melakukan hal seperti ini dalam sejarah. Hal ini tidak berhasil sekarang dan tidak akan berhasil di masa depan. Tidak akan pernah," tuturnya, dikutip AFP.

Dari angka penghitungan resmi yang telah mencapai 99%, Putin telah memperoleh 87% dari seluruh suara yang diberikan. Hal ini membuka jalan bagi mantan intelijen tersebut untuk menjadi pemimpin Rusia yang paling lama menjabat dalam lebih dari 200 tahun.

Putin kemudian mengucapkan terima kasih khusus kepada pasukan Rusia yang bertempur di Ukraina. Ia memuji para prajuritnya yang diklaim telah memiliki keuntungan besar di medan perang.

"Inisiatif ini sepenuhnya milik angkatan bersenjata Rusia. Di beberapa wilayah, pasukan kami hanya membantai mereka, musuh."


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Putin Beri Pesan Khusus Jelang Pemilu Rusia Besok, Ini Isinya


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading