Internasional

Inflasi 'Gila-gilaan', Negara Ini Bakal Cetak Koin Emas

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 July 2022 14:25
A woman counts cash as her shop opens in Harare, Zimbabwe, January 19, 2019. REUTERS/Philimon Bulawayo Foto: Krisis Zimbabwe (Reuters/Philimon Bulawayo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Zimbabwe akan mencetak koin emas pada akhir Juli mendatang. Langkah ini diambil untuk meredam lonjakan inflasi di tengah kemerosotan mata uangnya.

Gubernur Bank Sentral Zimbabwe (Reserve Bank of Zimbabwe) John P. Mangudya mengatakan koin emas, yang akan berisi 1 troy ons emas 22 karat, akan tersedia mulai 25 Juli.

"Koin emas tersebut akan tersedia untuk dijual kepada publik baik dalam mata uang lokal maupun dolar AS dan mata uang asing lainnya dengan harga berdasarkan harga emas internasional yang berlaku dan biaya produksi," ujar Mangudya dalam sebuah pernyataan, dilansir BBC, Rabu (6/7/2022).

Pernyataan itu juga mengatakan setiap koin akan diidentifikasi dengan nomor seri dan dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai, secara lokal dan internasional.

Ini akan disebut "Koin Emas Mosi-oa-Tunya" yang berarti "asap yang bergemuruh", mengacu pada Air Terjun Victoria yang terletak di perbatasan antara Zimbabwe dan Zambia.

Tidak hanya itu, bank sentral negara juga akan menguraikan rencana untuk menjadikan dolar AS sebagai alat pembayaran yang sah untuk 5 tahun ke depan.

Pengumuman tersebut merupakan bagian dari langkah pemerintah Zimbabwe untuk mengatasi krisis mata uang negara tersebut.

Suku bunga utama bank sentral lebih dari dua kali lipat bulan ini menjadi 200%, setelah tingkat inflasi tahunan naik di atas 190%. Nilai dolar Zimbabwe sendiri telah merosot terhadap mata uang utama tahun ini.

Bulan lalu, tingkat inflasi tahunan mencapai 191,6%, sementara dolar Zimbabwe telah kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya terhadap dolar AS sejak awal 2022.

Mulai 1 Juli, suku bunga utama Reserve Bank of Zimbabwe dinaikkan dari 80% menjadi 200% per tahun, dalam upaya untuk mengatasi kenaikan biaya hidup.

Hiperinflasi memaksa negara itu untuk meninggalkan dolar Zimbabwe pada tahun 2009, dan sebaliknya memilih untuk menggunakan mata uang asing, terutama dolar AS.

Selama krisis terburuk, pemerintah berhenti menerbitkan angka inflasi resmi tetapi satu perkiraan menempatkan tingkat inflasi pada 89,7 sextillion persen year-on-year pada pertengahan November 2008.

Pada saat itu, uang kertas seratus miliar dolar Zimbabwe dipandang sebagai lambang keruntuhan ekonomi negara. Mata uang lokal diperkenalkan kembali satu dekade kemudian tetapi dengan cepat kehilangan nilainya lagi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jokowi Akan ke Zimbabwe, Ajak Garap Harta Karun Super Langka


(tfa/luc)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading