Benarkah Virus Nipah Sudah Masuk Indonesia? Ini Kata Kemenkes

Lifestyle - Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
22 September 2023 09:35
A bat hangs from a branch outside Brazil's state-run Fiocruz Institute at Pedra Branca state park, near Rio de Janeiro, Tuesday, Nov. 17, 2020. Bats are thought to be the original or intermediary hosts for multiple viruses that have spawned recent epidemics, including COVID-19, SARS, MERS, Ebola, Nipah virus, Hendra virus and Marburg virus. (AP Photo/Silvia Izquierdo) Foto: Ilustrasi kelelawar pembawa virus Nipah - AP/Silvia Izquierdo

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Nipah atau NiV menjadi salah satu kekhawatiran masyarakat dunia setelah menewaskan dua warga asal Kerala, India Selatan.

Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, virus yang pertama kali teridentifikasi di Malaysia ini berpotensi menjadi wabah pandemi dan/atau endemi baru dengan kemungkinan meninggal 75 persen bagi para penderitanya.

Selain itu, virus yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae ini juga dinilai berpotensi masuk ke Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia?

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, hingga saat ini belum dilaporkan kasus konfirmasi penyakit virus Nipah pada manusia di Indonesia. Akan tetapi, beberapa penelitian atau publikasi telah menemukan adanya temuan virus Nipah pada kelelawar buah (genus Pteropus) pada beberapa negara termasuk Indonesia.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa Kemenkes RI akan meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk Indonesia dengan meminta para Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari negara yang sudah terjangkit Virus Nipah untuk segera ke fasilitas kesehatan (faskes), terutama jika mengalami gejala.

"Kami juga akan meningkatkan kewaspadaan bersama Kementan (Kementerian Pertanian) dan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) untuk kejadian di satwa liar," kata dr. Nadia.

Selain itu, dr. Nadia juga mengimbau masyarakat, terutama petani buah serta peternak babi dan kambing, untuk meningkatkan kewaspadaan guna mencegah Virus Nipah. Ia menegaskan, peternak harus berwaspada ketika ada hewan ternak yang mati mendadak.

"Tetap lakukan perlindungan saat mengelola daging mentah, seperti pakai alat pelindung diri (APD) dan bersihkan kandang dengan disinfektan," imbau dr. Nadia.

"Masyarakat diimbau untuk tidak makan daging mentah, mencuci buah hingga bersih, dan tida mengonsumsi langsung produk mentah yang berisiko," tegasnya.

Menurut dr. Nadia, gejala klinis Virus Nipah yang tidak khas, seperti demam, badan pegal, batuk, pilek, kejang, mengantuk, sampai radang otak adalah pemicu angka fatalitas atau kematian yang tinggi.

"[Gejala-gejala tersebut] yang kemudian menimbulkan kematian," kata dr. Nadia.

Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa Virus Nipah berasal dari kelelawar buah yang ditularkan ke babi saat terjadi penebangan hutan secara besar-besaran. Akibatnya, populasi kelelawar berpindah mendekati area peternakan.

Ternak babi yang telah terinfeksi dapat menularkan Virus Nipah ke peternak dan peternak pun dapat menularkannya ke sesama manusia. Proses penularan yang mudah inilah yang menjadikan Virus Nipah diduga bisa berpotensi menjadi pandemi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Geger Virus Nipah di Tetangga RI, Mematikan-Tak Ada Vaksin


(hsy/hsy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading