Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Perdagangan Satwa Liar Mengancam Keanekaragaman Hayati

  • Oleh ANTARA
  • 02 Juni 2021 - 11:46 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Guru Besar di Fakultas Peternakan IPB University Prof Ronny Rachman Noor mengatakan bahwa perdagangan satwa liar telah mengancam keanekaragaman hayati Indonesia dan ia menekankan pentingnya penegakan hukum untuk mengatasi masalah itu.

"Indonesia sebagai negara yang dikenal sebagai negara mega biodiversity (biodiversitas) perlu melakukan upaya keras agar dapat mengurangi perdagangan satwa liar, terutama yang dilindungi dengan status langka," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas yang diterima, Rabu 2 Juni 2021.

"Jika hal ini tidak serius dilakukan maka dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, status mega biodiversity akan hilang dan tentunya akan merusak reputasi Indonesia di tatanan internasional," ia menambahkan.

Ronny mengemukakan perdagangan satwa liar diduga merupakan penyebab utama kelangkaan dan kepunahan spesies satwa serta jalur penularan dan persebaran penyakit ke berbagai belahan dunia.

Ia menyampaikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Indonesia tercatat sebagai eksportir besar produk satwa liar bersama dengan Jamaika dan Honduras sedangkan  Amerika, Perancis, dan Italia tercatat sebagai negara importir produk satwa liar terbesar dunia.

Menurut hasil studi yang diterbitkan Science Advances, ia melanjutkan, pusat perdagangan satwa liar seperti burung, mamalia, dan amfibi berada di wilayah pegunungan Andes dan hutan hujan Amazon, sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, dan Australia.

"Sebagai gambaran dari tahun 2006 hingga 2015 telah diperdagangkan sebanyak 1,3 juta hewan dan tumbuhan hidup; 1,5 juta kulit; dan 2.000 ton daging satwa liar diekspor secara legal dari Afrika ke Asia," kata Ronny.

"Jadi dapat kita bayangkan jika data perdagangan satwa liar digabungkan maka skala perdagangan satwa liar dunia ini sangatlah besar," ia menambahkan.

Menurut dia, gap antara negara kaya dan miskin telah memicu maraknya perdagangan satwa liar ilegal antar negara karena dalam perdagangan satwa liar sebagian besar satwa liar berasal dari negara miskin atau negara sedang berkembang.

Di Indonesia, meski pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengatasinya, perdagangan satwa liar masih marak terjadi.

Berita Terbaru