Kumis Tidak Islami, Seorang Lelaki Terusir Dari Kampungnya
Kamis, 13 September 2012 | 18:47 WIB
"Saya tidak rela jika kumis saya dicukur."
Seorang lelaki bernama Ameer Muhammad Afridi saat ini seperti seorang artis lantaran terkenal dengan kumisnya yang unik. Ia memiliki panjang kumis yang melingkar hingga sejajar dengan dahinya. Diperkirakan dengan panjang 30 centimeter dan ia sangat bangga memamerkannya di sepanjang jalan Peshawar, Pakistan.
Kumis Ameer rupanya tidak hanya menjadi hiburan mata, namun menarik perhatian anggota kelompok militan, Laskhar-e-Islami.
Namun siapa sangka di balik kelucuan kumisnya, Ameer memiliki kisah yang tragis dalam hidupnya. Gara-gara kumisnya itu, ia meninggalkan kampung halamannya di Bara, Khyber Agency setelah kelompok militan di kampungnya itu menyatakan, kumis Ameer tidak Islami.
"Saat itu musim panas 2008 saat anggota militan menangkap saya dan membawa ke seorang pemuka agama untuk mendengarkan pernyataan dia jika kumisnya tidak Islami. Ia lalu memerintahkan untuk mencukur kumis saya," kenang Ameer.
Meski dengan todongan senjata Ameer tidak serta merta takut. Ia menolak dengan tegas untuk mencukur kumisnya itu. Ia malah rela untuk pindah ke Peshawar agar ia tetap dapat memelihara kumisnya tanpa rasa takut.
Ia juga mengaku, hingga saat ini belum berani untuk mengunjungi kembali kampung halamannya selama empat tahun terakhir, karena takut ancaman para militan anti kumis.
"Saya meninggalkan tanah kelahiran saya, teman-teman dan kerabat dan siap untuk mengorbankan semua itu tetapi saya tidak rela jika kumis saya dicukur," ujarnya.
Saat ini, dirinya begitu bangga memamerkan kumisnya di lingkungan yang relatif aman. Di tempat barunya, lelaki berusia 47 tahun itu menjalankan bisnis elektronik di Deen Plaza.
"Gaya kumis saya unik. Saya sangat bangga dengan suku saya di Pakistan karena tidak ada dari mereka yang memiliki kumis seperi ini," ujarnya.
Ameer juga menjelaskan jika dirinya sangat dihormati di daerah baru gara-gara kumisnya itu. Bahkan, menurutnya, banyak orang yang memberikan antriannya di bank dan tempat-tempat lain karena melihat kumisnya.
Untuk perawatan, Ameer mengaku melakukannya dengan sangat hati-hati bahkan cenderung rumit. Sekali perawatan ia menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit. Ia menggunakan ekstrak minyak almond dan kelapa untuk menyehatkan kumisnya. Ia kemudian mengelus kumisnya hingga membentuk bulan sabut dengan jel yang berasal dari Jerman.
Namun kumisnya ternyata mengganggu hubungan rumah tangganya dengan sang istri. Bahkan istrinya itu sempat mendesak untuk mencukur kumisnya karena takut akan ancaman kelompok militan.
Ameer tidak mengindahan protes sang istri. Ia mengaku tidak akan menyerah dengan kumisnya sampai akhir hayat.
Seorang lelaki bernama Ameer Muhammad Afridi saat ini seperti seorang artis lantaran terkenal dengan kumisnya yang unik. Ia memiliki panjang kumis yang melingkar hingga sejajar dengan dahinya. Diperkirakan dengan panjang 30 centimeter dan ia sangat bangga memamerkannya di sepanjang jalan Peshawar, Pakistan.
Kumis Ameer rupanya tidak hanya menjadi hiburan mata, namun menarik perhatian anggota kelompok militan, Laskhar-e-Islami.
Namun siapa sangka di balik kelucuan kumisnya, Ameer memiliki kisah yang tragis dalam hidupnya. Gara-gara kumisnya itu, ia meninggalkan kampung halamannya di Bara, Khyber Agency setelah kelompok militan di kampungnya itu menyatakan, kumis Ameer tidak Islami.
"Saat itu musim panas 2008 saat anggota militan menangkap saya dan membawa ke seorang pemuka agama untuk mendengarkan pernyataan dia jika kumisnya tidak Islami. Ia lalu memerintahkan untuk mencukur kumis saya," kenang Ameer.
Meski dengan todongan senjata Ameer tidak serta merta takut. Ia menolak dengan tegas untuk mencukur kumisnya itu. Ia malah rela untuk pindah ke Peshawar agar ia tetap dapat memelihara kumisnya tanpa rasa takut.
Ia juga mengaku, hingga saat ini belum berani untuk mengunjungi kembali kampung halamannya selama empat tahun terakhir, karena takut ancaman para militan anti kumis.
"Saya meninggalkan tanah kelahiran saya, teman-teman dan kerabat dan siap untuk mengorbankan semua itu tetapi saya tidak rela jika kumis saya dicukur," ujarnya.
Saat ini, dirinya begitu bangga memamerkan kumisnya di lingkungan yang relatif aman. Di tempat barunya, lelaki berusia 47 tahun itu menjalankan bisnis elektronik di Deen Plaza.
"Gaya kumis saya unik. Saya sangat bangga dengan suku saya di Pakistan karena tidak ada dari mereka yang memiliki kumis seperi ini," ujarnya.
Ameer juga menjelaskan jika dirinya sangat dihormati di daerah baru gara-gara kumisnya itu. Bahkan, menurutnya, banyak orang yang memberikan antriannya di bank dan tempat-tempat lain karena melihat kumisnya.
Untuk perawatan, Ameer mengaku melakukannya dengan sangat hati-hati bahkan cenderung rumit. Sekali perawatan ia menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit. Ia menggunakan ekstrak minyak almond dan kelapa untuk menyehatkan kumisnya. Ia kemudian mengelus kumisnya hingga membentuk bulan sabut dengan jel yang berasal dari Jerman.
Namun kumisnya ternyata mengganggu hubungan rumah tangganya dengan sang istri. Bahkan istrinya itu sempat mendesak untuk mencukur kumisnya karena takut akan ancaman kelompok militan.
Ameer tidak mengindahan protes sang istri. Ia mengaku tidak akan menyerah dengan kumisnya sampai akhir hayat.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
Bagikan
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
ARTIKEL TERPOPULER
B-FILES
Usaha Pencegahan Stunting dari Hulu ke Hilir Melalui Penetrasi Teknologi Akuakultur pada Budidaya Ikan
Luciana Dita Chandra MurniAnak Blasteran
Paschasius HOSTI PrasetyadjiMengatasi Masalah Kesehatan Wanita Buka Peluang Tingkatkan Kehidupan dan Perekonomian
Raymond R. Tjandrawinata