BILLBOARD
970x250

Film Blonde Tuai Kritik Pedas: Marilyn Monroe Harusnya Lebih dari Objek Seksual Semata!

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Selasa, 04 Oct 2022 20:00 WIB
Film Blonde Tuai Kritik Pedas: Marilyn Monroe Harusnya Lebih dari Objek Seksual Semata!
Cuplikan adegan di film Blonde/Foto: Dok. Netflix

Beauties, siapa yang tidak mengenal sosok fenomenal Marilyn Monroe? Besarnya kesan yang ditinggalkan Marlyn pada industri hiburan dunia membuat para kreator seni terinspirasi untuk mengangkat kisah hidupnya dalam sebuah cerita.

Tak terkecuali sutradara terkenal Andrew Dominik yang memutuskan untuk menjadi sutradara film Blonde (2022). Dilansir dari laman detikHOT, film Blonde merupakan fiksi yang terinspirasi dari kisah kehidupan nyata Marilyn Monroe. Meski mendapat antusiasme besar pada saat penggarapannya, namun kritikus film tampak tak senang dengan hasil akhirnya. Film Blonde dinilai eksploitatif, misoginis, dan seksis.

Lantas, apa saja hal-hal yang dianggap bermasalah dalam film Blonde? Simak penjelasannya berikut ini, yuk!

Objektifikasi Marilyn Monroe Secara Vulgar

Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix
Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix

Marilyn Monroe telah lama dikenal atas kecantikan dan sisi sensualnya. Kemolekan tubuhnya bahkan menjadi standar kecantikan tersendiri pada masanya. Inilah daya tarik kuat yang menjadikan penonton tergila-gila padanya.

Sayangnya, Andrew Dominik seperti dengan sengaja menggali sisi sensualitas Marilyn Monroe sebagai sesuatu yang problematik. Dari kemolekannya, tokoh Marilyn Monroe dalam film Blonde selalu mendapat berbagai pelecehan dan kekerasan seksual. Sepanjang film, akan banyak ditemui adegan di mana Ana de Armas (pemain Marilyn Monroe) menggambarkan Marilyn Monroe telanjang tanpa busana.

Bagaimana tokoh lain menyikapi Marilyn Monroe juga digambarkan dengan sangat merendahkan, bahwa Marilyn Monroe tak lebih dari sekadar tubuh yang seksi dan perempuan sensual. Banyaknya visual yang terlalu terbuka dinilai kritikus terlalu vulgar dan tak mencerminkan pesan moral yang berarti yang sekiranya dapat dipetik sebagai pembelajaran hidup dari kisah Marilyn Monroe. Mengingat besarnya nama Marilyn Monroe di kancah dunia sebagai aktris dan model sukses, film Blonde seharusnya bisa menjadikan sosok Marilyn Monroe inspiratif bagi para perempuan yang sedang mengalami kesulitan hidup yang sama.

Tampilan Grafis Berlebihan Akan Adegan Kekerasan Seksual

Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix
Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix

Kisah kehidupan nyata Marilyn Monroe memang dipenuhi oleh tragedi. Salah satunya adalah sering menjadi korban kekerasan seksual dan pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya sendiri. Dilansir dari laman Vanityfair, banyak yang berpendapat bahwa film Blonde bukan berusaha membuka mata dunia tentang fenomena kekerasan seksual, melainkan hanya ingin menunjukkan adegan intim sebanyak mungkin untuk mendulang jumlah penonton.

Terbukti dengan lamanya durasi di setiap adegan seksual yang ditampilkan dalam film Blonde. Setiap adegan dewasa itu pun tidak benar-benar mengandung pesan berarti yang bisa memberi pencerahan tentang gagasan yang lebih penting daripada sekedar aktivitas seksual.

Meniadakan Karakter Cerdas Marilyn Monroe

Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix
Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix

Dilansir dari laman Foxnews, Scott Fortner sebagai pengamat ahli kehidupan Marilyn Monroe mengatakan bahwa film Blonde sesungguhnya sangat jauh dari realita kehidupan Marilyn Monroe yang sebenarnya. Film Blonde bukan sedang berusaha dekat dengan Marilyn Monroe, namun berusaha membuat fantasi tentang penderitaannya yang bertubi-tubi. Padahal, Marilyn Monroe merupakan sosok yang sangat cerdas dan berdedikasi penuh terhadap perkembangan kariernya di dunia seni adu peran.

Terlebih dalam film tersebut, tokoh presiden AS John F Kennedy (JFK) juga dilibatkan dalam jalan cerita. Namun sayang, dibanding menyuguhkan hubungan kedekatan berlandaskan kesamaan minat terhadap politik dan keilmuan, Andrew hanya menjadikan JFK sebagai tokoh pemerkosa narsis yang menyalahgunakan kekuasaannya demi kepuasan sendiri. Seorang kritikus bernama Jessie Thompson mengatakan bahwa film Blonde sesungguhnya sangat eksploitatif, misoginis, dan tidak paham tentang apa yang sesungguhnya ingin disampaikan kepada penonton, dilansir dari laman Vanityfair.

Menggambarkan Bahwa Perempuan Sosok Tidak Berdaya

degan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix
Adegan dalam Film Blonde (2022)/Foto: Youtube/Netflix

Dalam film Blonde, terdapat adegan di mana Marilyn Monroe mendapat surat penggemar dan disebut sebagai pelacur karena selalu memamerkan tubuh indahnya. Bahkan dalam suatu adegan, Joe DiMaggio sebagai suami Marilyn Monroe marah besar dan melakukan kekerasan fisik padanya karena Marlyn dinilai berpenampilan secara terbuka di depan kru film.

Cara para tokoh menanggapi pakaian Marilyn Monroe seolah lagi-lagi mengukuhkan bahwa perempuan adalah aset kepemilikan yang tidak bebas menentukan pilihannya sendiri. Bahkan, seorang pria merasa berhak seutuhnya untuk mengontrol hidup sang mega bintang.

Hal yang lebih disayangkan oleh para kritikus film adalah bagaimana sang sutradara menggambarkan Marlyn sebagai korban tak berdaya yang hanya bisa menangis, mencari perlindungan dan keamanan dari pria, serta selalu memiliki daddy issues dengan memanggil setiap suaminya sebagai “ayah”.

Apapun kejadian yang sebenarnya dalam kehidupan Marlyn, namun adegan yang menunjukkan Marlyn tak punya kuasa saat dipaksa melakukan aborsi seolah menunjukkan bahwa perempuan tak akan pernah punya kekuatan atas pilihannya meskipun ia tergolong orang penting dengan pamor mendunia.

Itu dia kekecewaan penonton atas objektifikasi seksual dan eksploitasi kesedihan Marilyn Monroe dalam film Blonde (2022). Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE