Kelelawar 'imut' seukuran telapak tangan yang terbiasa membuat tenda

  • Reena Shah
  • BBC Travel
kelelawar

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Kelelawar 'imut' ini bernama latin Ectophylla alba, yang juga dikenal sebagai kelelawar putih Honduras atau kelelawar pembuat tenda Karibia.

Kelelawar pembuat tenda Kosta Rika digambarkan sebagai hewan "imut" dalam jurnal ilmiah. Mereka bertentangan dengan stereotip negatif kelelawar lantaran mereka hidup harmonis satu sama lain dan menginspirasi konservasi.

Saya berkendara ke Sarapiquí, wilayah yang kurang dikenal di Kosta Rika untuk mencari kelelawar mungil.

Di sini, upaya konservasi dalam skala besar dan kecil digencarkan demi melestarikan hutan hujan tropis dataran rendah dengan keanekaragaman hayati yang menakjubkan.

Salah satu wujud keanekaragaman hayati tersebut adalah mamalia kecil dan menggemaskan: Ectophylla alba, yang juga dikenal sebagai kelelawar putih Honduras atau kelelawar pembuat tenda Karibia.

Saya diperingatkan bahwa kelelawar ini tak selalu mudah ditemukan. Mereka tinggal di habitat hutan hujan dataran rendah tertentu dari Honduras hingga Panama timur.

Di Kosta Rika, saya mencoba peruntungan di Tirimbina Rainforest Center, cagar alam pribadi seluas 345 hektare. Sekilas, daerah itu tidak tampak seperti hutan hujan. Perkebunan nanas mendominasi di semua sisi dan semak hijau runcing membentang hingga cakrawala.

Namun ternyata, di balik gerbang hijau yang sederhana terdapat oasis ekologis yang melindungi hampir 4.000 spesies tumbuhan dan hewan.

Pemandu saya, Emmanuel Rojas Valerio, membawa saya melintasi jembatan gantung sepanjang 270 meter di atas Sungai Sarapiquí yang airnya menderu-deru. Di tengah sungai ada pulau kecil "La Isla", yang pernah menjadi surganya ahli biologi untuk mempelajari kelelawar karena banyak tumbuhan heliconia.

Kelelawar pembuat tenda mengunyah punggung daun heliconia yang berbentuk mirip daun pisang, untuk membuat tenda tempat bertengger di siang hari.

Tanaman ini sangat cocok untuk tempat tinggal, karena sangat mudah diguncang. Daunnya menjadi lonceng peringatan jika disentuh predator, seperti ular, burung hantu dan tupai, sehingga kelelawar punya kesempatan melarikan diri.

kelelawar

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Para kelelawar Ectophylla alba tidur dan membuat tenda di dalam daun heliconia sepanjang siang.
Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Pada 2015, banjir besar melenyapkan La Isla. Kalau dilihat sekarang, rasanya tidak ada tanda-tanda pulau itu pernah tenggelam. Pohon cecropia dan balsa yang sangat besar telah tumbuh lebih tinggi dari jembatan, dan vegetasi yang lebat menutupi dasar pulau.

Namun, kelelawar kecil itu belum kembali. Ilmuwan berspekulasi bahwa ada terlalu banyak tumbuhan, sehingga para Ectophylla alba kesulitan meninggalkan tenda.

Tapi kami beruntung hari itu. Hanya beberapa ratus meter setelah jembatan, Rojas Valerio menunjukkan tenda-tenda berjumbai yang kosong di sepanjang jalan setapak yang kami lalui.

Dia lalu membawa saya ke hutan berawa dengan lumpur hingga ke pergelangan kaki. Di tengahnya, ada daun terlipat rapi dengan warna coklat di atasnya. Di bawahnya, sekelompok kelelawar tampak seperti segenggam biji hijau berbulu halus, sebuah bentuk penyamaran yang sangat efektif.

Saat Rojas Valerio menyalakan obornya, mereka berubah menjadi bola kapas putih dengan hidung dan telinga warna kuning-oranye. Ada koloni yang bergantung terbalik, lima betina, satu jantan dan satu bayi. Salah satunya membuka matanya yang bagai celah hitam berembun tertanam di bulu, dan menatap kami.

Mustahil jika tidak merasa gemas. Kelelawar pembuat tenda adalah salah satu kelelawar pemakan buah terkecil di dunia. Lebar sayapnya rata-rata hanya 10 cm dan berat sekitar 6 gram, seberat gula satu setengah sendok teh.

Menurut Bernal Rodriguez, ahli biologi kelelawar dan profesor di Universitas Kosta Rika, makhluk mungil ini adalah satu-satunya mamalia yang diketahui memiliki akumulasi pigmen karotenoid, zat kimia yang menyebabkan warna kuning cerah pada telinga dan hidung mereka.

Karotenoid berasal dari makanan kelelawar: buah ara mirip cranberry dari pohon tertentu, Ficus columbrinae, yang tumbuh di dekat sungai.

Studi terbaru oleh Rodriguez dan timnya menunjukkan bahwa pewarnaan adalah ciri seleksi seksual. Jantan yang lebih besar dan diberi makan yang cukup akan berwarna lebih cerah, ciri yang menarik betina.

kelelawar

Sumber gambar, Emmanuel Rojas Valerio

Keterangan gambar, Tanaman heliconia sangat cocok untuk tempat tinggal, karena sangat mudah diguncang.

Rojas Valerio menjelaskan bahwa koloni yang kami temukan akan meninggalkan sarangnya saat matahari terbenam. Mereka akan menempuh perjalanan hampir satu kilometer ke tepi sungai untuk mencari buah ara, dan hanya buah ara saja.

"Mereka tidak selalu pulang ke tenda yang sama. Mereka membuat banyak rumah di mana mereka bisa berhenti di sepanjang jalan. Tapi selalu dalam dedaunan heliconia," kata Rojas.

Spesialis, bukan generalis

Keharusan-keharusan itulah yang membuat kelelawar ini rentan, dan diklasifikasikan sebagai spesies yang hampir terancam punah.

"[Kelelawar] harus hidup di dekat ficus, yang berarti habitat mereka sangat spesifik," kata Rodriguez, yang telah mempelajari spesies itu selama beberapa dekade. "Itulah mengapa kelelawar ini ada di satu tempat, tapi tak bisa ditemukan di tempat lain yang hanya berjarak beberapa kilometer."

Mereka makan satu jenis makanan dan tinggal di satu jenis rumah. Jika itu masih kurang pemilih, kelelawar pembuat tenda juga lebih menyukai saat-saat tertentu dalam siklus hidup hutan. Mereka perlu cukup sinar matahari mencapai dasar hutan untuk kamuflase di tenda heliconia dan agar mereka tetap hangat.

Tapi di sisi lain, mereka juga perlu kanopi penutup yang cukup untuk melindungi dari hujan dan angin. Saat hutan semakin tua dan daun-daun menjadi lebih lebat, kondisinya menjadi kurang sesuai untuk para kelelawar mini ini.

kelelawar

Sumber gambar, Emmanuel Rojas Valerio

Regenerasi hutan, proses di mana pertumbuhan lama mati dan memberi ruang untuk pertumbuhan baru, sangat penting untuk melindungi spesies ini.

Cagar alam terbesar di Sarapiquí, La Selva, dulunya punya banyak koloni kelelawar pembuat tenda, tetapi jumlahnya berkurang seiring bertambahnya tutupan kanopi.

Bertahun-tahun nanti, kondisi ini dapat berubah seiring dengan tumbangnya pohon yang lebih tua, dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi kelelawar.

La Selva, salah satu stasiun penelitian tertua di negara itu, mengawasi koridor biologis penting dengan Taman Nasional Braulio Carrillo, sebidang besar hutan perawan. Sebagai pelopor dalam gerakan konservasi pribadi, La Selva telah menginspirasi puluhan cagar alam yang lebih kecil, dan bekerja sama melindungi hutan.

"Secara umum, lebih baik memiliki petak hutan yang luas daripada petak-petak yang tidak terhubung. Anda dapat mempertahankan lebih banyak populasi spesies dan ada lebih sedikit perbatasan," kata Amanda Vicente Santos, seorang peneliti di Emory University di Atlanta, Georgia dan mantan murid Rodriguez.

Vicente Santos meneliti imunologi kelelawar untuk lebih memahami dampak manusia pada ekosistem tropis. Seringkali, perbatasan antar habitat adalah tempat di mana spesies bertukar penyakit atau merasa terganggu.

Meskipun kelelawar pembuat tenda senang berada di dekat sungai di mana makanan berlimpah, Vicente Santos menjelaskan bahwa mereka membutuhkan "regenerasi tanaman tanpa campur tangan manusia".

Hutan seperti Tirimbina dan La Selva, di mana regenerasinya konstan, sangat penting untuk mempertahankan jumlah mereka.

kelelawar

Sumber gambar, Christopher Jimenez Nature Photo/Getty Images

Keterangan gambar, Rentang sayap kelelawar Ectophylla alba rata-rata mencapai 10cm.

Pendidikan sebagai konservasi

Kelelawar telah lama difitnah sebagai simbol horor yang haus darah, dan hubungan antara pandemi virus corona dan kelelawar menambah citra buruk itu. Dengan banyaknya tur soal kelelawar di seluruh negeri dan dengan adanya 100 spesies, Kosta Rika terdepan dalam usaha menghapus mitos itu.

Annabelle Nuñez Porras yang merawat bayi kelelawar yatim piatu di Bat Jungle, sebuah organisasi konservasi, mengatakan bahwa stereotip itu sangat bertentangan dengan sifat asli kelelawar.

"Kelelawar bukanlah petarung," kata Nuñez Porras. "Mereka umumnya berbagi ruang dan makanan serta hidup harmonis [satu sama lain]."

Kelelawar pembuat tenda, yang digambarkan sebagai "imut" bahkan dalam jurnal ilmiah seperti Journal of Mammalogy, sangat berguna dalam memerangi kesalahpahaman dan menginspirasi konservasi.

Pendekatan Tirimbina menekankan keterlibatan lokal. "Kami ingin orang-orang yang tinggal di sekitar sini terhubung dengan alam," kata Mariela Garcia Sánchez, seorang ahli biologi dan direktur pendidikan Tirimbina.

Selama lebih dari 20 tahun, cagar alam ini mengadakan kelas pendidikan lingkungan gratis untuk sekolah umum terdekat. Hingga pandemi melanda, sekitar 1.500 anak berpartisipasi setiap tahun dalam program ini.

"Di buku prasekolah mereka, anak-anak ini melihat singa, jerapah, dan gajah," kata Garcia Sánchez, yang memimpin kelas. "Tapi di mana ectophylla dan tolomucos [tayras - mamalia mirip musang], binatang yang ada di komunitas mereka? Tanpa pendidikan, tidak ada konservasi.

Di Sarapiquí, di mana banyak orang bergantung pada pekerjaan perkebunan untuk mencari nafkah, sehingga perlu waktu untukmembangun kesadaran seputar konservasi.

Rojas Valerio yang lahir dan dibesarkan tidak jauh dari Tirimbina mengatakan dia tertarik pada satwa liar sejak kecil. Tapi selama bertahun-tahun satu-satunya pekerjaan yang bisa dia temukan adalah di perkebunan nanas dan menjual burung tropis. Pada satu titik, dia memiliki 50 burung, kebanyakan dia tangkap sendiri.

kelelawar

Sumber gambar, Emmanuel Rojas Valerio

Keterangan gambar, Di Sarapiqui, perlu waktu untukmembangun kesadaran seputar konservasi.

Pada tahun 2004, Rojas Valerio bergabung dengan Tirimbina secara kebetulan untuk pekerjaan konstruksi selama dua minggu.

Dia membantu mengunjungi ahli biologi dan belajar mengidentifikasi spesies yang berbeda. Tetapi pekerjaannya punya konsekuensi. "Saya harus membebaskan burung yang saya pelihara," katanya.

Tidak lama kemudian, Rojas Valerio mulai bekerja dengan Rodriguez sebagai asisten lapangan, pekerjaan yang menjadi pendidikan yang tidak pernah dia miliki.

Sejak saat itu, dia berkontribusi pada makalah ilmiah tentang kelelawar dan burung, membuat pertanyaan penelitiannya sendiri dan menghadiri konferensi ekologi di seluruh Amerika Latin.

"Saya tidak pernah menyangka bisa menjadi bagian dari pembelajaran ilmiah, untuk menghasilkan ilmu pengetahuan," kata dia.

Upaya konservasi dan pendidikan berdampak langsung pada masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Menangkap dan menjual burung serta membunuh kelelawar dulunya adalah praktik yang umum.

"Sekarang banyak anak-anak yang kami didik bertahun-tahun lalu adalah orang tua yang menghargai alam dan terhubung dengan alam," kata Rojas Valerio. "Mereka datang ke cagar alam dan meminta untuk melihat kelelawar putih kecil."

Tempat melihat kelelawar

Wisatawan dapat mendukung konservasi kelelawar dan mempelajari lebih lanjut tentang kelelawar melalui cagar alam dan kelompok konservasi di seluruh Kosta Rika.

Tirimbina Rainforest Center menawarkan wisata pendidikan siang dan malam. Jika tersedia, pengunjung dapat mengamati investigasi jaring kabut malam di mana spesialis kelelawar dengan hati-hati menangkap dan melepaskan kelelawar sebagai bagian dari upaya pengumpulan data selama 10 tahun untuk melacak populasi kelelawar di cagar alam.

Pengalaman tersebut mencakup informasi tentang mitos dan manfaat ekologis kelelawar. Cagar ini juga memiliki akomodasi dan restoran di tempat.

Hutan Kelelawar di Monteverde, kawasan hutan pegunungan di sisi Pasifik Kosta Rika, menawarkan tur berpemandu selama 45 menit ke kandang kelelawar.

Meskipun kelelawar pembuat tenda bukan asli daerah tersebut dan karena itu bukan bagian dari pameran, pengunjung dapat melihat delapan spesies kelelawar pemakan buah dan nektar.

Sebagian besar adalah penghuni jangka panjang yang ditemukan yatim piatu atau terluka dan tidak dapat kembali ke alam liar. Pengunjung dapat mengamati perilaku kelelawar dari dekat dan mendengar ekolokasi, gelombang suara yang digunakan kelelawar untuk menemukan objek, secara langsung melalui mikrofon ultrasonik.

Meskipun tidak khusus untuk kelelawar, Stasiun Riset La Selva menawarkan tur siang dan malam berpemandu melalui jalur sepanjang 61 km. Selain kelelawar pembuat tenda, La Selva telah mencatat lebih dari 60 spesies kelelawar lainnya di cagar alam itu.

Anda dapat membaca versi asli artikel ini di BBC Travel dengan judul A tiny bat that can fit in your palm