Academia.eduAcademia.edu
SEJARAH NABI IBRAHIM DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SEJARAH DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS DOSEN PENGAMPU Dr. Wasid Mansyur, M.Fil.I KELOMPOK 4 KELAS 2 C SPI Siti Mainnatul Himmah [ A92216102 ] Siti Juariyah [ A92216101 ] Try Wahyudi [ A92216107 ] Zufar Abdullah [ A92216110 ] JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2017 KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya kepada kami sehingga kami dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi contoh dan teladan serta motivasi bagi kami dalam mengerjakan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada orang tua kami yang telah berjasa besar sehingga kami bisa melanjutkan pendidikan sampai saat ini.Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yakni bapak Wasid yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam mengerjakan tugas makalah sejarah dalam al-Qur’an dan Hadits ini. Kami sebagai penulis mohon maaf jika ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan ini karena di dunia ini tidak ada yang sempurna, yang sempurna hanyalah Allah SWT. Maka dari itu, mohon kritik dan sarannya demi tercapainya kesempurnaan tugas ini. Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya. Surabaya, 23 Maret 2017 Penyusun Latar Belakang Qishah, dalam bahasa Indonesia ditulis kisah, dalam al-Qur’an jumlahnya banyak seperti kisah nabi, kisah malaikat, jin, iblis dan proses penciptaan manusia. Salah satu kisah nabi yang tercantum dalam al-Qur’an adalah kisah Nabi Ibrahim a.s. Kisah tersebut sangat penting dikaji dan dijadikan Ibrah (pelajaran) oleh umat muslim. Hal ini tercantum dalam al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT: Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim (QS. Asy-Syu’araa’:69) Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111) Kisah perjalanan Nabi Ibrahim sangat menarik untuk dipelajari. Kisah ini bercerita tentang seorang anak yang dilahirkan ditengah-tengah keluarga dan masyarakatnya penuh dengan kemusyrikan. Tetapi Nabi Ibrahim terpelihara dari perbuatan syirik tersebut, karena Allah SWT telah menjaganya dari perbuatan syirik yang dilakukan oleh keluarga dan kaumnya. Allah SWT menghendaki supaya Nabi Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang kelak dikemudian hari akan menyampaikan risalah-Nya kepada manusia yang buta dalam soal ketuhanan. Hidayah Salim. Qishashul Anbiya. Bandung: Al-Ma’arif, 1998. Hlm. 40. Apalagi di zaman itu telah hidup seorang seorang raja yang sangat dhalim yang bernama Namrud. Kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Al-Qur’an Di dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim a.s. digambarkan sebagai seorang yang beragama tauhid dan tidaklah syirik, sehingga beliau mendapatkan gelar Khalilullah (Kesayangan Allah). Hal ini terdapat pada QS. An-Nisa’:125 Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS. An-Nisa’:125) Mengenai pembangunan Baitullah ini, Allah Azza wa Jalla telah berfirman dalam QS. Al-Hajj: 26-27 Dan ingatlah, ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah dengan mengatakan:”Janganlah kamu mempersekutukan sesuatupun dengan-Ku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah serta orang-orang yang ruku’ dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan jalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 26-27) Abu Fida’ Ismail Ibnu Katsir. Kisah Para Nabi, Cet 16. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Hlm. 201. Sedangkan dalam surat Al-Baqarah: 124, Allah Azza wa Jalla menjelaskan sebagai berikut: Dan ingatlah, ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kaimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunanikannya. Allah berfirman:”Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata:”(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman:”Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim”. Ibid. Hlm. 201-202. Dari Aisyah r.a. istri Rasulullah, bahwa Rasullah pernah bersabda: “Tidakkah engkau menyaksikan bahwa kaummu ketika membangun Baitullah teah mengurangi dari pondasi bangunan Ibrahim”. Lalu aku (Aisyah) bertanya: “Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mengembalikkannya ke pondasi (yang dibangun oleh) Ibrahim?” Beliau menjawab:”Seandainya kaummu itu bukan orang-orang yang baru saja melepaskan kekafirannya (pasti aku akan melakukannya)”. (HR. Al- Bukhari dalam kitab Haji, dari al-Qa’nabi, Muslim, dan an-Nasa’i) Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004. Hlm. 266. Kelahiran Nabi Ibrahim Nama lengkap beliau adalah Ibrahim bin Tarikh(250) bin Nahur(148) bin Sarugh(230) bin Raghu(239) bin Faligh(439) bin Abir(464) bin Syalih(433) bin Arfakhsyadz(438) bin Saam(600) bin Nuh ‘alaihissalam. Ibid. Hlm. 157 kepada umatnya. Nabi Ibrahim as adalah seorang nabi, seorang rasul dan seorang yang menurunkan seluruh nabi yang berasal dari Bani Isra’il. Beliau lahir di Barzah sebelah timur Damaskus. Beliau adalah seorang nabi yang sangat dikasihi dan disayangi oleh Allah SWT dan kenasabannya menjadi seorang nabi yang menurunkan seorang nabi besar dan penutup serta pelengkap nabi yaitu Rasulullah Muhammad saw, serta menjadi pemimpin orang-orang yang bertaqwa sehingga Allah memfirmankan kepada nabi Muhammad saw. untuk menceritakan tentang kisah nabi Ibrahim Sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an : Artinya: "Ceritakan (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab suci (Al Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi". (Q S. Maryam 41) Adapun tentang keturunan- keturunan beliau Allah berfirman : Artinya: "Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan keturunannya, Kitab pada keturunannya dan kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasan di dunia dan sesungguhnya dia di akherat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh". (Q.S. Al Ankabut: 27) Sebagai seorang nabi yang besar dan agung nabi Ibrahim dalam mengarungi kehidupannya penuh diwarnai dengan cobaan-cobaan yang sangat berat, tapi sebagai seorang tauladan Ibrahim yang telah dibentengi dengan kekokonan iman, seluruh cobaan yang menimpa dihadapinya dengan penuh ketabahan dan tanpa ragu sedikit pun, sehingga ketika diperintah menyembelih putera terkasihnya dihadapinya dengan penuh ketabahan. Itulah Tbrahim sang pemimpin dan tauladan. Dalam Al Qur'an Allah SWT. Berfrman : Artinya : “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan tauladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)". Q.S. An Nahl : 120) Banyak sekali cobaan cobaan yang berhasil dihalau berkat keimanan yang kokoh. Karena itu kemenangan-kemenangan serta nikmat-nikmat Allah dilimpahkan kepada beliau dan Allah menjadikan beliau sebagai orang yang sangat disayangi serta tauladan bagi orang-orang yang menjadikan beliau sebagai tauladan. Dalam Al Qur'an Allah SWT. Berfirman : Artinya : "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya". (Q.S. An Nisa : 125) Dalam sejarah kenasaban nabi Ibrahim terdapat dua pendapat yang berbeda, yaitu: Dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan dengan sabdanya : “Pada hari kiamat nanti Ibrahim akan bertemu dengan Azar ayahnya. Pada wajah Azar ada goresan warna hitam yang berdebu. Lalu dikatakan kepadanya: "Bukankah aku pernah mengatakan kepadamu, janganlah kau mendustaiku?” Lalu ayahnya menjawab : "Hari ini aku tidak mendustaimu. Lalu Ibrahim berkata: "Wahai Tuhan kami sungguh telah Engkau janjikan kepadaku bahwa Engkau tidak akan menyusahkanku pada hari manusia dibangkitkan, musibah yang mana lebih menyusahkan daripada ayahku yang berada jauh daripadaku?” Lalu allah berfirman: Sesungguhnya aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir, kemudian Allah berfirman kepada nabi Ibrahim : “Lihatlah apa yang ada di bawah kakimu, lalu ia melihat, ternyata di bawah kakinya ada yang kotor, lalu diambillah kotoran itu dan dilemparkan ke api neraka”. Dalam kitab Nihayah, Ibnu Katsir mengemukakan pendapat yang menunjukkan bahwa Azar adalah ayahnya dengan ungkapannya : "Ketika Ibrahim mengatakan kepada Azar ayahnya, akankah kau menjadikan berhala sebagai Tuhan". Ayat ini menunjukkan bahwa ayah Ibrahim itu Azar. Menurut mayoritas ahli peneliti silsilah, diantaranya Ibnu Abbas berpendapat bahwa nama ayah nabi Ibrahim itu Tarih, sedangkan menurut ahlul kitab Tarikh, menurut satu pendapat, ia dijuluki dengan nama berhala yang ia sembah yang bemama Azar. Ibnu Jarir berkata : Pendapat yang benar bahwa nama ayahnya adalah Azar sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Qur'an dan barangkali ia mempunyai dua nama asli atau salah satu nama julukan dan yang lainnya nama asli. Demikian pendapat tentang orang tua nabi Ibrahim as, bisa saja nama orang tua Ibrahim itu Azar sebagai nama asli bisa pula nama Azar itu sebagai nama samaran maka atas perdebatan yang muncul sulit rasanya untuk membenarkan atau menyalahkan salah satunya. Sebagai seorang nabi yang mempunyai aneka warna karakteristik, nabi Ibrahim as. mempunyai banyak julukan. Misalnya Ibrahim as disebut dengan nama Abu Dhaifan, hal ini kemungkinan karena banyaknya tamu yang hadir ke rumah beliau, dan ini dapat ditemukan di dalam sejarahnya, bahwa beliau adalah seorang nabi yang mempunyai banyak sekali tamu dan sangat memuliakan tamu yang hadir ke rumahnya bahkan disebutkan dalam sejarahnya bahwa beliau selalu menjamu tamu dengan jamuan yang sangat istimewa, meskipun tamu yang datang itu bukan tamu yang dikenalnya. Rafi’udin, In’am Fadhali. Lentera Kisah 25 Nabi. Jakarta: Kalam Mulia, 1997. Ibrahim a.s. dihukum bakar Dalam al-Qur’an, Allah berkisah tentang Nabi Ibrahim ketika beliau berkata kepada bapak dan kaumnya yang menyembah berhala: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya ?”. dan mereka menjawab: “kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata”. Beliau berkata pula: “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”. Pada saat orang-orang pergi untuk menghadiri perayaan tahunan mereka, Nabi Ibrahim tetap tinggal dengan alasan sakit. Ketika ditinggal sendiri, lalu beliau secara diam-diam keluar menuju tempat berhala-berhala itu. Lalu ia menemukan patung-patung itu berada di pelataran yang sangat luas. Di hadapan patung itu ada berbagai macam makanan yang disediakan oleh orang-orang yang menyembahnya. Nabi Ibrahim berkata pada patung-patung itu dengan nada mengejek: “Apakah kalian tidak makan? Mengapa kalian tidak menjawab?”. Kemudian Nabi Ibrahim memukul patung-patung itu dengan tangan kanannya yang kuat hingga patung tersebut hancur berkeping, semua patung dihancurkan kecuali patung yang terbesar. Ketika orang-orang kembali dari perayaan mereka mendapati patung-patung mereka telah hancur, lalu mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini kepada tuhan-tuhan kami?”. Kemudia ada yang berkata: “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”. Mereka berkata: “Kalau demikian bawalah dia dengan cara yang banyak orang dapat melihat”. Setelah itu orang-orang berkumpul dan bertanya pada Nabi Ibrahim: “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami?.” Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang menghancurkannya, maka tanyalah padanya jika ia bisa berbicara”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu (Ibrahim) telah mengetahui kalau mereka itu tidak dapat berbicara”. Nabi Ibrahim berkata: “Maka mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfa’at sedikitpun dan tidak pula memberi mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS. Al-Anbiya: 66-67). M. Arief Hakim. Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul, Cet 2. Bandung: Penerbit Marja’, April 2004. Hlm. 60 Sebagai rakyat Babilon memang merasa tersinggung dengan perilaku Ibrahim yang berani menghina dan merusak sesembahan mereka. Akan tetapi, sebagian yang lain sebenarnya simpatik kepada seorang anak yang bernama Ibrahim, yang berani melawan Namrud yang bengis dan otoriter. Namun, rakyat yang simpatik tidak berani menunjukkannya secara terang-terangan, karna takut berurusan dengan sang raja. Tetapi, bagaimanapun perlawanan Ibrahim terhadap Namrud tidak membuka kesadaran rakyat Babilon. Bahwa, mereka kelak harus berani melawan kezaliman seorang raja secara bersama sama. Raja Namrud sangat murka, seorang anak muda berani menghinanya di depan rakyat Babilon. Sehingga Namrud memanggil Algojo kerajaan untuk mengikat Nabi Ibrahim di atas manjaniq (alat pelontar pada zaman dulu) dan melontarkannya ke dalam api yang menyala. Setelah itu, kayu kayu bakar di tata sedemikian rupa mengelilingi Nabi Ibrahim As. Minyak tanah di siramkan merata di sekitar kayu yang telah menggunung. Semua orang mengira, bahwa sebentar lagi Ibrahim dibakar hangus menjadi abu. Meskipun Ibrahim tertutupi tumbunan kayu, Namrud bertanya dengan suara menggelegarnya kepada Ibrahim untuk yang terakhir kalinya. “Ibrahim. Apakah engkau ingin menyampaikan kata kata terakhirmu, sebelum api memangsa tubuhmu ? Ayo katakan!” “ Aku berpesan kepada seluruh rakyat Babilon, agar berani membangun kekuatan bersama untuk berani menumbangkan Namrud yang kejam dan sewenang wenang!!” Kurang Ajar!. Terimalah kematianmu yang mengenaskan Ibrahim!!. Setelah mendapatkan komando dari Namrud, beberapa orang maju untuk menyulut kayu bakar yang telah disirami minyak. Sedimikian cepatnya api melahap kayu yang menjilat jilat ke angkasa. Sangat dahsyat. Ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, maka beliau membaca doa: “Cukuplah Allah bagiku, dan Dia sebaik-baik penolong” Tapi ditengah tegah kobaran api, ada mahluk berkelabat bagai cahaya. Tidak ada manusia yang melihatnya. Dialah Malaikat Jibril As yang di utus Allah SWT untuk menyelamatkan Ibrahim. Dalam kobaran Api, Jibril membentangkan sayap raksasanya untuk mendekap Ibrahim. Allah berfirman , “Hai api, jadilah engkau dingin dan selamatkan Ibrahim”. Akibatnya, Ibrahim tidak merasa panas, melaikan merasa sejuk dan segar. Kobaran api baru padam setelah bejam-jam lamanya. Kayu telah menjadi bara panas kemerah merahan. Semua orang mengira Ibrahim telah lenyap mnjadi Abu. Selanjutnya, pemandagan benar benar di luar dugaan siapa pun. Ibrahim keluar dari reruntuhan bara api dalam kondisi segar bugar. Badannya masih utuh, tidak kurang suatu apapun. Borgol dan ikatan justru terlepas dari tubuh Ibrahim. Inilah salah satu mukjizat Nabi Ibrahim As: tidak mempan di panggang api yang membara. Namrud, bala tentara, dan rakyat Babilon terbelalak. Mereka masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Seperti mimpi. Apa yang mereka lihat adalah benar benar kenyataan ?. Namrud semakin gusar, dan bercampur malu, dia sadar, bahwa Ibrahim bukan manusia biasa. Dia punya kekuatan dan keistimewaan. Namrud yakin bahwa Ibrahim sulit dikalahkan. Kesombongan Namrud agar meluntur. Akhirnya, kerumunan massa di Babilon membubarkan diri. Banyak orang menceritakan kejadian luar biasa yang baru saja terjadi. Mereka sedemikian kagum terhadap Ibrahim a.s. Yang jelas-jelas mempunyai “kesaktian” atau lebih tepat mukjizat dari Allah SWT. Ibid. Hlm. 62-64 Ibrahim a.s. diusir dari Babilon Sejak pembakaran Nabi Ibrahim di alun alun. Semakin banyak orang percaya terhadap kenabian Ibrahim. Secara sembunyi sembunyi karna masih takut atas kekejaman raja Namrud. Banyak orang yang mengikuti cara Ibadah nabi Ibrahim, mempelajari ajaran dan nilai nilai yang merupakan firman Allah. Yang tak kalah penting, dan masih membekas himbauan Ibrahim agar rakyat bersatu menggalang kekuatan untuk menumbangkan pengusaha dholim. Rakyat Babilon harus mampu meraih kemerdekaan, serta mewujudkan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi semua. Bagi Namrud, sudah barang tentu Ibrahim merupakan ancaman yang sangat kuat dan nyata. Dari hari ke hari, semakin banyak orang yang percaya kepada ajaran dan nilai nilai yang dibawa Ibrahim.. meski rakyat Babilon melakukannya dengan cara sembunyi sembunyi, tapi Namrud lama lama bisa mengerti dan merasakannya. Kalau dibiarkan, tentu sangatlah berbahaya. Bisa bisa, suatu ssat, kekuasaan mutlaknya atas negeri Babilon, digugat oleh rakyat. Setelah memutar otak, akhirnya Namrud mendapat ide. Dia menyuruh bala tentara kerajaan untuk mengusir Ibrahim dari negeri Babilon. Jika tidak diusur, bisa jadi rakyat Babilon akan menemukan figur pemimpin spiritul dari Ibrahim, untuk melakukan perlawanan terhadap Namrud. Ini sangat berbahaya. Singkat cerita, setelah mendapat tekanan tekanan yang besar dari Namrud, dan bala tentaranya, akhirnya Ibrahim menyutujui usul Namrud dan bala tentaranya, sehingga Ibrahim rela meninggalkan babilon. Namun, dari “pencerahannya” telah bersarang di sanubari rakyat, tidak harus di kawal dan kita awasi terus menerus. Suatu saat, kekuatan ide dan gagasan telah menjadi “kesadaran” , akan bergerak dan bergerak, tanpa ada kekuatan yang mampu menahan dan membendungnya. Inilah barang kali yang menjadi keyakinan Ibrahim untuk rela meninggalkan Babilon. Disertai dengan pengikutnya yang rela meninggalkan kampung halaman, ibrahim berangkat menuju Mesir. Di Mesir Ibrahim dan pengikutnya mencoba merajut kehidupan baru, sembari mendakwahkan ajaran dan nilai nilai Allah, secara tulus dan jujur. Di Mesir, Ibrahim dan pengikutnya hidup dari bertani dan bertenak. Pekerjaan mereka berhasil. Dan akhirnya mereka hidup makmur dan sejahtera. Ibid. Hlm. 65-66 Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud Berkenaan dengan perdebatan ini, Allah SWT telah mengangkatnya dalam sebuah kisah yang terkandung di dalam al-Qur’an, di mana Dia berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang (Namrud, raja Babilonia) yang berdebat dengan Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu kekuasaan (pemerintahan). Ketika Ibrahim mengatakan, ‘Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan.’ Orang itu (Namrud) berkata, ‘Aku juga dapat menghidupkan dan mematikan. ‘Ibrahim berkata, Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat. Lalu orang kafir itu pun heran dan terdiam. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim”. (QS. Al-Baqarah: 258) Kementrian Agama. Mushaf Aisyah. Jakarta: Penerbit Jabal, Mei 2010. Hlm. 43. Para ahi tafsir dan sejarawan mengatakan, “Raja itu adalah raja Babilonia yang bernama Namrud bin Kan’an bin Kausy bin Saam bin Nuh”. Namun, ulama mengatakan, namanya adalah Namrud bin Falin bin ‘Abir bin Shaih bin Arfaksyadz bin Saam bin Nuh. Raja Namrud memegang pemerintahan selama empat ratus tahun. Ia adaah seorang yang dhalim lagi sewenang-wenang, seseorang raja yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat. Abu Fida’ Ismail Ibnu Katsir. Kisah Para Nabi, Cet 16. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Hlm. 174. Ketika Ibrahim mengajaknya supaya menyembah Allah SWT semata, justru kebodohan dan kesesatan serta angan-angan panjang membawanya kepada keingkaran kepada sang Pencipta. Ia malah berbalik mendebat Ibrahim dan bahkan ia mengaku bahwa dirinya itu sebagai Tuhan, ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan,” maka ia mengatakan, “Aku juga dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibid. Hlm. 175 Setelah debat Namrud terpatahkan oleh Ibrahim, namun tidak disadari oleh khalayak ramai yang menghadirinya, Ibrahim kembali menyebutkan argumentasi lain yang menjelaskan adanya Zat Pencipta dan sesatnya pengakuan Namrud. Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat”. Dengan demikian, Ibrahim telah menjeaskan kesesatan, kebodohan, dan kedustaannya (Namrud), serta kesesatan jalan yang ditempuhnya. Tiada sepatah katapun yang Namrud ucapkan kepada Ibrahim, bahkan ia terdiam seribu bahasa. Oleh karena itu, Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 258. “Lalu orang kafir itu heran dan terdiam. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim”. Dikisahkan, ketika Raja Namrud tidak juga beriman kepada Allah, Allah menurunkan azab kepadanya dan bala tentaranya, lalat yang tida terlihat oleh mereka, lalu lalat itu memakan daging dan darah mereka dan hanya menyisakan tulang belulang saja. Kemudian salah satu lalat itu masuk ke dalam hidung raja Namrud dan menetap di dalamnya selama empat ratus tahun. Dengan lalat itulah Allah SWT mengadzabnya. Dan ia selalu memukuli kepalanya dengan besi selama masa itu sehingga Allah Azza wa Jalla membinasakannya. Ibid. Hlm. 175-176 Penyembelihan Ismail Mengenai penyembelihan Ismail ini, Allah SWT berfirman: Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan ia Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shalih.” Maka Kami beri ia kabar gembira dengan kelhiran seorang anak yang sangat sabar (Ismail). Kesabaran Ismail tertulis dalam firman Allah: “Maka ketika anak itu pada usia yang sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !”. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, InsyaAllah, engkau akan mendapatkan diriku termasuk orang-orang yang sabar. Ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. (QS. As-Saffat:102-103) Kami panggil ia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya yang demikian ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang benar. Mengenai kelahiran Ishak, Allah SWT telah menyinggungnya dalam firman-Nya berikut ini: “Dan kami ia kabar gembira dengan kelahiran Ishak, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang shalih. Kami limpahkan keberkahan atasnya dan atas Ishak, dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik da nada pula yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata”. (QS. Al- Shaffat: 112-113). Kabar gembira tersebut disampaikan malaikat kepada Nabi Ibrahim dan Sarah ketika mereka berjalan bersama menuju ke beberapa kota kaum Luth. Mereka berangkat ke sana untuk menghancurkan kekufuran mereka dan kejahatan mereka. Wafatnya Nabi Ibrahim a.s. Sarah meninggal dunia lebih awal dari Nabi Ibrahim di Habrawan yang terletak di negeri Kan’an dalam usia seratus dua puluh tujuh tahun. Nabi Ibrahim pun merasa sedih atas meninggalnya Sarah, dan bahkan sempat menangis karenanya. Kemudian beliau membeli sebidang tanah kepada Afrun bin Shakhr dan dikebumikan di tanah tersebut. Ibnu Hibban menceritakan, Muhammad bin Abdullah bin Al Janid memberitahu kami, Qutaibah bin Sa’id memberitahu kami, Al Laits memberitahu kami, dari Ibnu Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ibrahim berkhitan ketika umurnya mencapai 120 tahun dan setelah itu beliau hidup selama 80 tahun. Ia berkhitan dengan menggunakan alat sebangsa pisau”. Ibnu Katsir mengatakan, “Yang benar, Ibrahim berkhitan setelah berusia 80 tahun, dan dalam sebuh riwayat disebutkan, ketika itu Ibrahim berusia 80 tahun. Wallahu a’lam. Kuburan Nabi Ibrahim dan juga anaknya Ishak serta Ya’qub berada di bangunan persegi empat yang dibangun oleh Sulaiman putera Dawud a.s. di negeri Habrawan, yng sekarang dikenal dengan Al Khalil. Ibid. Hlm. 220-222 Pesan Moral Nabi Ibrahim mengajarkan kita untk menegakkan Tauhid, yakni beribadah hanya kepada Allah SWT saja, dan menjauhi syirik, yaitu beribadah kepada sesembahan-sesembahan lain selain Allah SWT, seperti binatang, matahari, bulan, patung dan lain-lain. Syirik adalah dosa yang paling besar dan tidak akan dimpuni oleh Allah. Orang yang berbuat kesyirikan, maka mereka adalah orang-orang yang sesat dan menjadi musuh Allah dan menjadi kawan syaitan. Mereka yang berbuat syirik adan kekal dalam neraka. Allah akan selalu menolong para Nabi dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman kepada apa yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul-Nya, dan membinasakan orang-orang yang berbuat dhalim dan ingkar kepada-Nya. Kesimpulan Dari pembahan di atas dapat disimpulkan bahwa Ibrahim dilahirkan di Barzah sebelah timur Damaskus. Mempelajari kisah nabi Ibrahim banyak sekali muncul keajaiban dari dirinya. Betapa Ibrahim yang dilahirkan dalam dunia kemusyrikan baik lingkungan maupun keluarganya serta dunia hitam menghalangi sinar kebenaran tiada menghambat dirinya untuk mentauhidkan Allah Tuhannya. Itulah karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya. Meski ia tertatih-tatih dalam pencarian akan sinar kebenaran Tuhan dan banyak mendapat perlawanan termasuk dari ayahnya sendiri dan sering muncul perdebatan karena yang tak mungkin untuk dihindari. Maka karena karunia itu Allah mencerdaskan akal pikirannya. Tak didapati kekalahan dalam segala perdebatannya. Dan karena karunia-Nya pula akhirnya Ibrahim mampu menemukan Tuhannya; mampu meng-Esakan Allah dan tidak mensekutukan Allah dengan bentuk apa pun. Allahlah yang menunjukinya jiwa yang ingkar kepada kekufuran. Ibrahim adalah orang yang mempercayai Allah sebagai Tuhan karena wahyu yang diturunkan namun belum teguh benar hatinya, maka Ibrahim pun minta bukti-bukti kepada Tuhannya demi keteguhannya. Maka untuk meneguhkan jiwanya Allah pun mengabulkan permintaannya. Perjalanan Nabi Ibrahim dalam pencarian kebenaran tuhannya begitu kuat, proses yang beliau lakukan untuk menemukan tuhan semata-mata untuk membuktikan kesesatan tuhan kaumnya. Penemuan Ibrahim tentang tuhan menjadikan manusia yang tadinya tunduk kepada alam menjadi mampu menguasai alam, serta menilai baik buruknya. Setelah Allah SWT membinasakan raja Namrud melalui tangannya, ia lalu berhijrah ke Carhae (Huran), kemudian pindah ke Syiria, dan kemudian menetap di Iliya, sebagaimana yang telah dikemukakan di depan. Setelah itu lahirlah Ismail dan Ishak. Mengenai wafatnya beliau itu Wallahu a’lam. Maka dengan tauladan yang diberikan oleh nabi Ibrahim dapatlah kiranya untuk kita ambil sebagai suri tauladan dan menghadapi beraneka ragam cobaan hidup yang semakin berat. Ibrahim dengan segala daya dan upayanya yang berlandaskan kepada keimanan kepada Allah SWT. Segala jenis cobaan mampu diatasi. Kiranya hanya iman yang mampu menangkal segala cobaan hidup bila ingin selamat. DAFTAR PUSTAKA Hakim, M. Arief. April 2004. Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul, Cet 2. Bandung: Penerbit Marja’. Katsir, Ibnu. 2008. Kisah Para Nabi, Cet 16. Jakarta: Pustaka Azzam. Kementrian Agama. Mei 2010. Mushaf Aisyah. Jakarta: Penerbit Jabal. Muhammad, Abdullah Bin. 2004. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Rafi’udin. Fadhali, In’am. 1997. Lentera Kisah 25 Nabi. Jakarta: Kalam Mulia. Salim, Hidayah. 1998. Qishashul Anbiya. Bandung: Al-Ma’arif.