Academia.eduAcademia.edu
Implementasi Layanan Konseling dengan Methode Reinforcement Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri........... Tahun Pelajaran 2014/2015 LAPORAN TINDAKAN KELAS Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Sertifikasi Guru OLEH : ……………….. NIP. ……………….. DINAS PENDIDIKAN KOTA .... HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian yang dipublikasikan dan didokumentasikan di perpustakaan..... Kabupaten Madiun hasil karya dari: 1. Identitas Peneliti : Nama : ……………… NIP : ………………….. Unit Kerja : 2. Lokasi Penelitian : 3. Lama Penelitian : 4. Judul : Implementasi Layanan Konseling dengan Methode Reinforcement Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri........... Tahun Pelajaran 2014/2015 ……………20… Kepala Sekolah …………… NIP. ………………….. HALAMAN PUBLIKASI Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian yang dipublikasikan dan didokumentasikan di perpustakaan.... hasil karya dari: 1. Identitas Peneliti : Nama : ……………… NIP : ………………….. Unit Kerja : 2. Lokasi Penelitian : 3. Lama Penelitian : 4. Judul : Implementasi Layanan Konseling dengan Methode Reinforcement Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri........... Tahun Pelajaran 2014/2015 Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi syarat Sertifikasi Guru. Karya ilmiah ini dipublikasikan dan didokumentasikan didokumentasikan di perpustakaan Madrasah ..... ……………… 20…. Pustakawan ……………… NIP. …………………. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul Implementasi Layanan Konseling dengan Methode Reinforcement Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri........... Tahun Pelajaran 2014/2015, penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada: Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kota …………… Yth. Ketua PD II PGRI Kota ……………….. Yth. Rekan-rekan Guru ………………………………………….. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan. Penulis ABSTRAK ………………, Implementasi Layanan Konseling dengan Methode Reinforcement Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri........... Tahun Pelajaran 2014/2015 Kata Kunci: Bimbingan Konseling Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Apakah Pembelajaran Metode Reinforcemen berpengaruh terhadap hasil belajar motivasi belajar? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Bimbingan Konseling dengan diterapkannya metode Pembelajaran Metode Reinforcemen ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh Pembelajaran Metode Reinforcemen terhadap motivasi belajar. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh motivasi belajar setelah diterapkannya Pembelajaran Metode Reinforcement Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas X. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (57%), siklus II (71%), siklus III (88%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode Reinforcement dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa kelas X, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative Bimbingan Konseling. DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Pentingnya Penelitian Definisi Operasional Variabel Batasan Masalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pembahasan Tentang Penguatan (Reinforcement) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk Penelitian Tindakan Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian Rancangan Penelitian Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisi Item Butir Soal Analisis Data Penelitian Persiklus Pembahasan BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan adalah pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bimbingan di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Sedangkan konseling adalah hubungan timbal balik diantara dua orang individu, dimana konselor berusaha membantu klien untuk mencapai atau mewujudkan pemahaman tentang dirinya sendiri dalam kaitannya dalam masalah atau kesulitan yang dihadapinya pada saat ini dan pada waktu mendatang. Program bimbingan k onseling ini lebih optimal untuk menangani masalah yang dihadapi oleh siswa pada tahap perkembangan remaja. Salah satu tujuan bimbingan konseling adalah untuk belajar percaya pada diri sendiri dan orang lain, Belajar bersosialisasi secara optimal dan menciptakan tanggung jawab sendiri dan orang lain, sehingga beberapa permasalahan yang berhubungan dengan masalah sosial siswa semua dapat dibantu melalui bimbingan konseling termasuk dalam hal perilaku negatif siswa. Belajar adalah inti dari kegiatan sekolah, maka guru berkewajiban untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dengan cara memberikan bimbingan yang sesuai kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan. Ketercapaian perkembangan siswa diperlukan tiga komponen pokok : 1) program kurikulum; 2) administrasi, 3) bimbingan belajar yang terarah. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang integral. Bimbingan di sekolah, sangat diperlukan guna membantu siswa dalam mengatasi permasalahannya, dalam masalah belajar atau masalah pribadi siswa. (Pedoman BP.SD, 1994 ). Bimbingan siswa harus memiliki prinsip dasar yang kuat sebagai landasan pelaksanaannya, sehingga layanan kelompok belajar merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan di sekolah. Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan, dihadapkan pada tugas pokok untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kecerdasan, ketrampilan serta budi pekerti yang luhur merupakan unsur daripada tujuan pendidikan di sekolah. Guru berkewajiban untuk memberikan layanan kelompok belajar pada kesulitan yang sangat mendasar. Maka motivasi dalam belajar siswa itu sangat diperhatikan, sehingga dalam Kegiatan belajar megnajar siswa mampu menyerap ilmu yang disampaiakan. Motiviasi merupakan sebuah titik awal dalam membuka kemampuan siswa yang sebenarnya berpotensi besar untuk berhasil. Maka motivasi ini perlu ditumbuh kembangkan dan di dorong dari diri siswa. Dari latar belakang terbsebut akhirnya penulis mengambil sebuah judul penelitian ” Implementasi Layanan Konseling dengan Methode Reinforcement Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri........... Tahun Pelajaran 2014/2015 B. Rumusan Masalah Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: Apakah Pembelajaran Metode Reinforcemen berpengaruh terhadap hasil belajar Bimbingan Konseling Kelas X tahun pelajaran 2014/2015? Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Bimbingan Konseling dengan diterapkannya metode Reinforcemen pada siswa Sekolah…………. Kelas X tahun pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Berdasar atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: Untuk mengungkap pengaruh metode Reinforcemen terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri…… Kelas X tahun pelajaran 2014/2015. Ingin mengetahui seberapa jauh kreatifitas siswa dalam belajar setelah diterapkannya metode Reinforcemen pada siswa sekolah ………….. Kelas X D. Pentingnya Penelitian Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode Reinforcement dalam pembelajaran Bimbingan Konseling oleh guru BK. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bimbingan Konseling. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Bimbingan Konseling dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Bimbingan Konseling. Sumbangan pemikiran bagi guru Bimbingan Konseling dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Bimbingan Konseling. E. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi: Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa SMK Negeri........ Kelas X tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. BAB II KAJIAN TEORI A. Bimbingan dan Konseling Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Prayitno Bimbingan adalah layanan yang diberikan kepada klien agar bisa membantu dalam menyelesaikan masalah. Gazda dalam bukunya Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. H.P. Gammon menyatakan tentang bimbingan di sekolah dalam bukunya Abu Ahmadi adalah usaha membantu peserta didik agar dapat sebanyak mungkin memetik manfaat dari pengalaman -pengalaman yang mereka dapatkan selama berada di sekolah. Bimbingan di sekolah meliputi harapan-harapan yang menyangkut perkembangan pendidikan, perkembangan sosial dan sedapat mungkin diorientasikan pada bidang akademis. Dewa Ketut Sukardi berpendapat bahwa bimbingan adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari -hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari uraian pengertian bimbingan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah layanan yang di berikan kepada seseorang atau klien dengan pemberian informasi untuk keperluan tertentu. Sedangkan Konseling, Juntika Ahmad memberikan penjelasan tentang konseling merupakan bantuan kepada individu yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Menurut Latipun konseling adalah pemberian bantuan dengan memanfaatkan suasana hati klen untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Prayitno memberikan rumusan tentang konseling adalah memberikan bantuan melalui interaksi sosial klien sesuai dengan setiap kebutuhan individu. Konseling menurut W.S Winkel adalah suatu kegiatan bimbingan yang memiliki ciri -ciri khas yaitu kombinasi dari bentuk “individu” dengan aktivitas “pembahasan suatu masalah”. Menurut pendapat M. Ohlsen dalam buku Bimbingan dan Konseling yang ditulis Dewa Ketut Sukardi, konseling adalah suatu hubungan antara konselor dengan satu atau lebih klien yang penuh perasaan penerimaan, kepercayaan dan rasa aman. Dewa Ketut Sukardi memberikan pengertian konseling adalah bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika sosial. Dari beberapa pendapat tentang konseling diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah pemberian bantuan dan informasi yang bersifat pencegahan, penyembuhan sesuai dengan kebutuhan setiap individu atau kelompok. Prinsip prinsip bimbingan konseling Menurut Dewa Ketut Sukardi dibedakan menjadi dua yaitu, prinsip secara umum dan prinsip secara khusus. Prinsip-prinsip umum yaitu : Karena bimbingan itu berubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet. Perlu dikenal dan dipahami perbeadan individu daripada individu -individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna diluar sekolah Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana dirumuskan terahulu. Sedangkan untuk prinsip yang khusus Dewa Ketut Sukardi merumuskan sebagai berikut : Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi Bimbingan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis Bimbingan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangn individu Bimbingan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling Fungsi bimbingan konseling menurut pendapat Dewa Ketut Sukardi yang ditulis dalam bukunya Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah ditinjau dari segi sifatnya adalah Pencegahan (preventif) Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan terhadap timbulnya masalah Fungsi pemahaman Fungsi pemahaman yang dimaksud atau fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Fungsi perbaikan Walaupun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah -masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan Juntika Ahmad berpendapat bahwa fungsi dari bimbingan konseling adalah: Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki indivdu Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu indvidu memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri -ciri kepribadian lainnya. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu pelaksanan pendidikan, khususnya guru/dosen, widaswara dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangan secara optimal. Fungsi bimbingan dan konseling dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi yang berjudul Bimbingan dan Konseling ada 6 yaitu : Menyalurkan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa di sekolah mengadaptasikan program pemdidikan dengan keadaan masing-masing siswa. Menyesuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswamenghindari kemungkinan terjadinya hambatan Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswauntuk memperbaiki kondisi siswa yang dipandang kurang memadai Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara wajar Bergerak lebih jauh dengan melihat harapan -harapan yang ingin di capai. Menjelaskan nilai dan menentukan apakah dan bagaimana mengubah nilai tersebut. Ws. Winkel berpendapat bahwa tujuan bimbingan konseling di bagi menjadi dua yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara adalah supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini. Tujuan akhir adalah supaya orang mampu mengatur kehidupanya sendiri, mengambil keputusan sendiri, mempunyai pandangan hidup sendiri dan menanggung resiko atau konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan dari program layanan bimbingan konseling adalah : Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam kemajuan dirinya di sekolah Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya denganinformasi dengan kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab Mewujudkan penghargaan terhadap diri orang lain Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat Mengidentifikasikan dan mengatasi masalah yang dihadapinya Sedangkan untuk tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan tujuan teoritis konseling secara lengkap dikemukakan Corey dalam bukunya Latipun Psikologi Konseling ialah: Belajar percaya pada diri sendiri dan orang lain. Mengetahui keunikan diri sendiri dan mngembangkannya. Mengenal anggota yang lain dan mengembangkan kebutuhan serta masalah yang dihadapi. Menambah penerimaan diri, kepercayaan diri individu. Menemukan cara alternatif, pengembangan persoalan, pemecahkan perselisihan dan salah paham. Menciptakan tanggung jawab sendiri dan orang lain Membuat pilihan atau keputusan secara bijaksana. Membuat rencana khusus untuk masalah perubahan tingkah laku. Belajar berinteraksi sosial secara efektif. Menjadikan lebih sensitif dan merasakan masalah anggota lainnya. Belajar menghadapi masalah dengan peduli, keprihatinan, ketulusan hati dan pemberian solusi. B. Pembahasan Tentang Penguatan (Reinforcement) 1. Pengertian Penguatan (Reinforcement) Menurut Soemanto yang dimaksud dengan pemberian penguatan (reinforcement) adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi. Pemberian penguatan (reinforcement) ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar dan mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik itu. Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal sangat diperlukan sehingga siswa terus berusaha berbuat lebih baik misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata-kata bagus kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya terhadap siswa. Siswa tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang dicapai, dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti itu. Menurut Moh. Uzer Usman Penguatan (Reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feet back) bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi. Penguatan dikatakan juga sebagai respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi untuk interaksi dalam belajar mengajar. 2. Tujuan Pemberian Penguatan Menurut Mulyasa ada tiga tujuan pemberian penguatan yaitu: Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina prilaku laku yang produktif. Sedangkan menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono ada enam tujuan pemberian penguatan yaitu: Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajarn. Melancarkan atau memudahkan proses belajar. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang produktif. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik atau divergen dan inisiatif sendiri. 3. Macam-macam Penguatan Menurut Uzer usman mengemukakan dua macam pemberian penguatan, yaitu verbal dan non verbal. Kedua macam pengutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Penguatan verbal Penguatan ini biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. 2. Penguatan nonverbal Pengutan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan, senyuman, acungan jempol wajah cerah dan masih banyak yang lainya. Penguatan pendekatan. Penguatan dengan sentuhan. 4. Kompenen Keterampilan Memberikan Penguatan Beberapa kompenen yang perlu dipahami yang dilakukan oleh guru agara ia dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis adalah: Penguatan Verbal Komentar guru berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja siswa. Komentar demikian merupakan balikan yang diberikan guru atas kinerja ataupun prilaku siswa. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yakni: Kata-kata, seperti: bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan sebagainya. Kalimat, seperti: pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi penjelasan bagus sekali dan sebagainya. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan (gestural) Penguatan berupa gerak badan dan mimik muka antara lain: senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan dan sebagainya, seringkali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Verbal “pekerjaanmu baik sekali”, pada saat itu guru menganggukkan kepalanya. Penguatan dengan cara mendekati anak Siswa didekati oleh guru pada saat mengerjakan soal dapat terkesan diperhatikan. Keadaan ini dapat menghangatkan suasana belajar anak, yang gilirannya dapat meningkatkan motivasi. Kesan akrab juga dapat timbul dengan cara ini, akibatnya anak tidak merasa dibebani tugas. Beberapa prilaku yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan penguatan ini antara lain: berdiri, disamping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa dan sebagainya. Penguatan dengan sentuhan Teknik ini penggunaannya perlu menggunakan pertimbangan latar belakang anak, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Dalam penggunaan penguatan ini, beberapa prilaku yang dapat dilakukan guru antara lain: menepuk pundak atau bahu siswa, serta menjabat tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang mengang dalam pertandingan. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Motivasi belajar anak dipengaruhi pula oleh apakah kegiatan belajar yang dilaksanakan tersebut menyenangkan dirinya atau tidak. Bentuk kegiatan belajar yang disenangi anak dapat mempertinggi intensitas belajarnya, sehingga apabila bentuk kegiatan belajar yang harus dilaksanakan tersebut disukai, akibatnya anak tidak ada gairah untuk belajar. Untuk menguatkan gairah belajar, guru dapat memiliki kegiatan-kegiatan belajar yang disukai anak. Oleh karena itu tiap-tiap anak memiliki kesukaran masing-masing, maka guru perlu menyediakan berbagai alternatif pilihan yang sesuai dengan kesukaan masing-masing siswa. Dengan demikian alternatif kegiatan belajar yang sesuai dengan kesukaannya tersebut, sekaligus kegiatan itu merupakan penguatan bagi anak. Penguatan berupa simbol atau benda Jenis simbol atau benda yang diberikan diselaraskan dengan usia perkembangan anak. Untuk anak tingkat dasar, berbeda dengan anak usia sekolah lanjutan. Anak SMA yang berprestasi diberikan penghargaan berupa pensil, tentunya kurang relevan. Penguatan yang berupa simbol atau benda ini dapat berupa piagam penghargaan, benda-benda yang berupa alat tulis dan buku, dapat pula berupa komentar tertulis pada buku anak. Jika anak memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh (partial), seumpama, bila seorang siswa yang hanya memberi jawaban sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan, “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan,” sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya. 5. Prinsip-prinsip Penggunaan Penguatan Walaupun pemberian penguatan (reinforcement) sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan (reinforcement) yang diberikan pada siswa enggan belajar, karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki siswa. Dalam pemberian penguatan (reinforcement) yang penting harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu maka guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian penguatan. Ada beberapa cara pengguanaan penguataan yang perlu diperhatikan. a. Penguatan pada pribadi tertentu Penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa tertentu. Oleh karena itu pandangan guru harus tegas diarahkan kepada anak yang memperoleh penguatan serta diusahakan menyebutkan nama anak yang mendapatkan penguatan serta memandangnya. b. Penguatan kepada kelompok Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu tugas telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengizinkan kelas tersebut untuk bermain basket yang memang menjadi kegemaran mereka. c. Penguatan yang tidak penuh Sering didapat jawaban anak yang diberikan anak atas pertanyaan guru sedikit mengandung kebenaran. Untuk itu penguatan yang digunakan tentu penguatan tidak penuh. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengatakan “jawabanmu ada benarnya, dan lebih sempurna dirinci secara sistematis”. Tentang bagaimana teknik mengatakan tergantung kontek dan keadaan jawaban anak. Prinsip dalam penguatan tidak penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban yang salah. d. Variasi Penggunaan Untuk menghindari ketidak bermaknaan, guru dapat menggunakan secara bervariasi. Penggunaan penguatan yang monoton dapat menjadi bahan tertawaan anak. Bahkan anak-anak ikut serta memberikan penguatan apabila teman lain menjawab dengan benar. Untuk menghindari lunturnya makna penguatan dan kemungkinan terjadi bahan tertawaan anak, guru dapat memvariasikan penggunaannya. Dan lebih penting untuk itu adalah menerapkan prinsip-prinsip penggunaannya secara matang. Kehangatan dan keantusiasan Sikap dan gerak guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Kebermaknaan Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Menghindari penggunaan respons yang negatif Respon negatif yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan mematahkan semangat siswa dalam mengembangkan dirinya. Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman ada tiga prinsip dalam penggunaan penguatan, yaitu kehangatan dan kantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari respon negatif. Namun selain selain ketiga prinsip tersebut Uzer Usman juga menambahkan empat cara menggunakan penguatan dengan segera, dan variasi dalam penggunaannya. C. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri yaitu motivasi dan belajar, namun dalam pembahasan ini dua kata yang berbeda tersebut saling berhubungan membentuk satu arti. Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan pengertian dua kata tersebut. Motivasi berasal dari dari kata motif, kata motif diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakuakan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi merupakan segala tenaga yang dapat membangkitkan atau mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Jadi secara etimologi motivasi adalah dorongan atau daya penggerak yang dapat membangkitkan atau mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Secara terminologi, banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain sebagai berikut: 1) Mc. Donald mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afetif dan reaksi untuk mencapai tujuan. 2) Clifford T. Morgan menjelaskan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi yaitu keadaan yang mendorong (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or end such behavior). 3) James O. Whittaker, memberikan pengertian tentang motivasi sebagai kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi. Sedangkan pengertian belajar dapat didefinisikan menurut beberapa para ahli sebagai berikut: HC. Witherington memberi batasan belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Morgan mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Lester D. Crow mengemukakan belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengeahuan dan sikap-sikap. Menurut Syamsudin Makmun (2003: 159) yang dimaksud dengan perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material, dan behavioral, serta keseluruhan pribadi. Beberapa uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu baik fisik (jasmani) maupun psikis (rohani) yang relatif menetap, serta perubahan tersebut terjadi setelah melalui pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungan yang telibat proses kognitif. Dari pengertian motivasi dan belajar yang dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah totalitas daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini Sardiman mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Sehingga perubahan prilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasikan dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Bisa membedakan antara perubahan prilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan. Orang kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu tidak dapat mengulang perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukannya secara berulang-ulang dengan hasil yang sama. Beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa motivasi belajar memegang peranan penting, sebab motivasi akan memberikan gairah atau semangat seseorang (siswa) dalam belajar sehingga siswa akan memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai tujuan. Adapun ciri-ciri anak yang termotivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya adalah : Mencari dan memberikan informasi. Bertanya pada orang tua (pengajar) atau teman yang lain. Mengajukan pendapat atau komentar kepada orang tua (pengajar) atau teman yang lain. Diskusi atau memecahkan masalah. Mengerjakan tugas yang diberikan orang tua (pengajar). Memanfaatkan sumber belajar yang ada. Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaanya Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya. Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tua (pengajar) dengan tepat saat belajar berlangsung. Memberikan contoh yang benar. Dapat memecahkan masalah dengan tepat. Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan materi. Senang bila diberi tugas. Bekerja sama dan menjalin hubungan/ komunikasi dengan teman yang lain. Dapat menjawab pertanyaan diakhir belajar. Ciri-ciri di atas merupakan yang sering terjadi apabila anak telah termotivasi dalam belajarnya, yaitu wujud dari respon yang akan membawa dampak positif bagi anak. Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi sebagai berikut : Tekun menghadapi tugas. Ulet menghadapi kesulitan. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah. Lebih senang belajar mendiri. Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif). Sering mencari dan memecahkan soal-soal. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini. Dapat mempertahankan pendapatnya. Apabila seorang anak memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah memiliki motivasi yang kuat dalam melaksanakan proses belajr mengajar. Ciri-ciri tersebut penting karena dengan motivasi yang kuat anak akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Berdasarkan uraian diatas jelaslah ciri seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi adalah mereka sangat semangat untuk mencapai tujuannya dan tidak mudah menyerah, sebelum mendapatkan apa yang inginkan. Siswa mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.. Penelitian tindakan telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Oleh sebab itu, terdapat banyak pengertian tentang PTK. Istilah PTK dideferensiasi dari pengertianpengertian berikut. Kemmis (1992): Action research as a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out. McNeiff (2002): action research is a term which refer to a practical way of looking at your own work to sheck that it is you would like it to be. Because action researchis done by you, the practitioner, it is often referred to as practitioner based research; and because it involves you thinking about and reflecting on your work, it can also be called a form of self-reflective practice. Berdasarkan penjelasan Kemmis dan McNeiff tersebut, dapat dicermati pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap. PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan, planing, action, observation/evaluation, dan reflection. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di ………………………. tahun pelajaran 2014/2015. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September s/d Nopember semester ganjil 2014/2015. No Jadwal kegiatan September Oktober Nopember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan awal sampai penyusunan proposal 2 Persiapan instrument dan alat 3 Pegumpulan data penulis mengadakan penelitian dengan metode dokumentasi yaitu dengan mencari nilai raport dan nilai ulangan harian siswa. penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan reinforcement yaitu siklus I penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan reinforcement yaitu siklus II penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan reinforcement yaitu siklus III 4 Analisis data 5 Penyusunan Laporan 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas X tahun pelajaran 2014/2015 B. Rancangan Penelitian Menurut Hopkins (1993: 57-61), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut. 1. Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya PTK yang dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait dengan prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya dalam PTK tidak segera dapat memperbaiki pembelajarannya, atau hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Sebagai pertanggungjawaban profesional, Guru hendaknya selalu secara konsisten menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu memfasilitasi para siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, misalnya pembentukan pemahaman yang mendalam (deep understanding) ketimbang Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah: Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model Groub Investigation. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. B. Perencanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan sekolah yang berlangsung selama 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan Penerapan Pengawasan Melekat yang meliputi supervise tradisional dan supervise klinis yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: Perencanaan Awal Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari beberapa kegiatan, yakni: a. Identifikasi masalah b. Pengajuan proposal c. Mempersiapkan instrument 2. Siklus pertama. a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti merencanakan langkah-langkah sebagi berikut: 1. Mengidentifikasi jumlah siswa dalam kelas. 2. Meminta siswa mengisi instrumen layanan. 3. Peneliti memeriksa nilai dan kegiatan KBM 4. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan. 5. Menyusun rencana b. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan berupa layanan konseling pada siswa. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa pertanyaan dan isian yang harus dijawab siswa. c. Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1. d. Refleksi Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama kolaborator untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua. 3. Siklus kedua a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti merencanakan langkah-langkah sebagi berikut: 1. Mengidentifikasi jumlah siswa dalam kelas. 2. Meminta siswa mengisi instrumen layanan. 3. Peneliti memeriksa nilai dan kegiatan KBM 4. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan. 5. Menyusun rencana b. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan berupa layanan konseling pada siswa. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa pertanyaan dan isian yang harus dijawab siswa. c. Observasi Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan siswa dalam proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula, peneliti mengumpulkan data-data yang terjadi selama tahap pelaksanaan. d. Refleksi Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama kolaborator untuk membahas hasil evaluasi. C. Teknik Analisa Data Untuk mengetahui efektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakananalisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai sisw juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes praktek pada setiap akhir putaran, Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu: 1. Untuk menilai tes praktek Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan Dengan = Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai siswa = Jumlah siswa 2. Untuk Ketercapaian belajar Ada dua kategori Ketercapaian belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila di kelas tersebut mendapat 85% yang telah mencapai daya serap dari sama dengan. Untuk menghitung persentase Ketercapaian belajar digunakan rumus sebagai berikut: 3. Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen digunakan rumus sebagai berikut: Dimana : P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2 b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut: % = dengan Dimana: % = persentase angket = Rata-rata = Jumlah Rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 Untuk menghitung persentase angket digunakan rumus sebagai berikut: dimana P = Persentase Z = Alternatif jawaban (A,B,C,D) N = Jumlah responden Aspek yang diamati Mengadakan analisis terhadap data hasil pengamatan yanbg menggunakan rating scale, hal ini dimaksudkan apakah penelitian bisa dihentikan atau dilanjutkan pada siklus berikutnya. a. Ranah Psikomotor skala peniloaian yang digunakan sesuai dengan instrument yang telah direncanakan, yaitu antara 1-3 (1= kurang tepat, 2 = cukup dan 3 = tepat) untuk aspek penilaian. Hal ini berarti bahwa: - Skor minima yang diperoleh siswa adalah : 1 x 4 =4 - Skor maksimal yan diperoleh siswa adalah : 3 x 4 = 12 - Medium skor adalah : - Dibuat rentang skor dan dikonversi menjadi nilai rapor sebagai pedoman penilaian. Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah psikomotor No Rentang skor Nilai Rapor Predikat 1 11-12 A Baik sekali 2 9-10 B Baik 3 7-8 C Cukup 4 5-6 K Kurang 5 3-4 KS Kurang sekali Mutu Pembelajaran dikatakan baik apabila siswa yang mendapat nilai diatas 70 mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis data Penelitian Persklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi dan aktivitas siswa. b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal .......... 2014 di Kelas X dengan jumlah siswa 40 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses layanan konseling yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: No Nama Aspek yang dinilai Jumlah Skor Nilai Tuntas Tdk Tuntas A B C D 1 2 2 2 3 9 75 √ 2 2 2 2 3 9 75 √ 3 2 2 2 3 9 75 √ 4 2 2 3 1 8 67 √ 5 1 2 3 1 7 58 √ 6 2 2 2 3 9 75 √ 7 2 3 3 2 10 83 √ 8 2 3 2 2 9 75 √ 9 2 3 3 2 10 83 √ 10 1 2 3 3 9 75 √ 11 3 2 2 2 9 75 √ 12 3 2 2 3 10 83 √ 13 2 2 3 1 8 67 √ 14 1 1 2 1 5 42 √ 15 2 2 3 1 8 67 √ 16 2 1 2 1 6 50 √ 17 2 2 2 3 9 75 √ 18 2 2 2 3 9 75 √ 19 2 1 3 2 8 67 √ 20 1 1 2 2 6 50 √ 21 3 2 2 3 10 83 √ 22 2 2 3 1 8 67 √ 23 3 2 3 2 10 83 √ 24 2 3 2 3 10 83 √ 25 2 2 2 3 9 75 √ 26 2 2 2 3 9 75 √ 27 2 2 2 3 9 75 √ 28 2 2 2 3 9 75 √ 29 2 2 2 3 9 75 √ 30 2 2 2 3 9 75 √ 31 2 2 2 3 9 75 √ 32 2 2 2 3 9 75 √ 33 3 2 3 2 10 83 √ 34 3 2 3 2 10 83 √ 35 2 2 2 3 9 75 √ 36 2 2 2 3 9 75 √ 37 3 2 3 2 10 83 √ 38 2 2 2 3 9 75 √ 39 2 2 2 3 9 75 √ 40 2 2 2 3 9 75 √ Jumlah 29 16 Jumlah seharusnya= 4000 Jumlah yang diperoleh = 2924 Rata-rata= 74 Prosentase = 72% Keterangan: Tekun menghadapi tugas serta ulet menghadapi kesulitan. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah dan mencoba belajar mandiri. Sering mencari dan memecahkan soal-soal. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini serta dapat mempertahankan pendapatnya. Dari table di atas jelas terlihat bahwa siswa yang nilai skor diatas minimal (75) adalah sebesar 72%. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikt 1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan layanan konseling. 2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3. Siswa kurang bisa antusias selama layanan. d. Revisi Pelaksanaan kegiatan layanan konseling pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana layanan konseling 2, soal tes 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi dan aktivitas siswa. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal .... 2014 di Kelas X dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu oleh seorang guru ………………………. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes Psikomotor II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes praktek II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: No Nama Aspek yang dinilai Jumlah Skor Nilai Tuntas Tdk Tuntas A B C D 1 2 3 3 3 11 92 √ 2 2 2 2 3 9 75 √ 3 2 2 2 3 9 75 √ 4 2 2 2 3 9 75 √ 5 3 2 3 3 11 92 √ 6 2 2 2 3 9 75 √ 7 2 3 3 2 10 83 √ 8 2 3 2 2 9 75 √ 9 2 3 3 2 10 83 √ 10 3 3 3 3 12 100 √ 11 3 2 2 2 9 75 √ 12 3 2 2 3 10 83 √ 13 2 2 3 2 9 75 √ 14 2 2 2 3 9 75 √ 15 2 2 2 1 7 58 √ 16 2 2 2 1 7 58 √ 17 2 2 3 3 10 83 √ 18 2 2 2 3 9 75 √ 19 2 2 3 2 9 75 √ 20 2 2 3 2 9 75 √ 21 3 2 2 3 10 83 √ 22 3 2 3 3 11 92 √ 23 3 2 3 2 10 83 √ 24 2 3 2 3 10 83 √ 25 2 2 2 3 9 75 √ 26 2 3 3 3 11 92 √ 27 3 3 3 3 12 100 √ 28 2 2 2 3 9 75 √ 29 2 2 2 3 9 75 √ 30 2 2 2 3 9 75 √ 31 1 2 2 2 7 58 √ 32 2 2 2 3 9 75 √ 33 3 2 3 2 10 83 √ 34 3 3 3 2 11 92 √ 35 2 3 3 3 11 92 √ 36 2 2 3 2 9 75 √ 37 3 2 3 2 10 83 √ 38 2 2 3 3 10 83 √ 39 3 3 3 3 12 100 √ 40 3 3 2 3 11 92 √ Jumlah 37 3 Jumlah seharusnya= 4000 Jumlah yang diperoleh = 3190 Rata-rata=79 Prosentase = 94% Keterangan: Tekun menghadapi tugas serta ulet menghadapi kesulitan. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah dan mencoba belajar mandiri. Sering mencari dan memecahkan soal-soal. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini serta dapat mempertahankan pendapatnya. Dari table di atas jelas terlihat bahwa siswa yang nilai skor diatas minimal (75%) adalah sebesar 994%. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikt 1. Guru sudah baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan layanan konseling. 2. Guru sudah bisa dengan baik dalam pengelolaan waktu 3. Siswa mulai antusias selama layanan konseling. d. Revisi Pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling pada siklus II ini sudah berjalan dengan baik dan mendapatkan perubahan yang signifikan dalam kedisiplinan guru di dalam kelas berupa pelaksanaan layanan konseling. B. Pembahasan 1. Ketercapaian Hasil belajar siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan dengan methode reinforcement memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (Ketercapaian belajar meningkat dari siklus I, II dan III) untuk ranah psikomotor yaitu siklus I (72%), siklus II (92%) pada siklus II Ketercapaian nilai siswa secara klasikal. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode reinforcement dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran paling dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode reinforcement dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran , menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik dalam prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut Layanan Bimbingan Konseling dengan metode ini memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan Ketercapaian nilai siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72%), dan siklus II (93%) 2. Penerapan metode layanan bimbingan konseling ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran ini sehingga mereka menjati termotivasi untuk belajar. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran Bimbingan Konseling memerlukan persiapan yang cukup matang. 2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di ………………………………….tahun pelajaran…… 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Budi Santoso, D. 1992. Media Pembinaan Pendidikan, Fa Dian Indah Pustaka, ............. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, Bimbingan dan Penyuluhan, Depdikbud, Jakarta. Bagdan, R. dan Biklen, 1990, Kualitatif untuk Pendidikan : Pengantar Teori dan Metode Alih Bahasa Memandir, PAV, UT, Jakarta. Djamarah, S.B. 1991, Prestasi Belajar dan Kompensi Guna, Usaha Nasional, .............. Depdikbud, 1994, Bimbingan dan Penyuluhan SMK, Depdikbud, Jakarta. Depdikbud, 1995, Pedoman Penilaian di SMK, Dirjen Dikdasmen, Jakarta. Depdikbud, 1999, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di SMK, Dirjen Dikdasmen, Jakarta. Depdiknas, 2002, Penyesuaian GBPP dan Penilaian Pada Sistem Semester di SMK Depdiknas, Jakarta. De Porter, B.M.S.S, Nourie, 2000, Quantum Teaching, Kaifa Bandung. Hopkind, D. 1985, A Teacher'S Guide to Classroom Research, Philadelpia, Open University Press, Milton Keyness. MC. Niff, J. 1992, Action Rersearch Principles and Practice, New York Rantidge Chapment dan Hall Inc. Nasution, S, 1992, Metode Penelitian-Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. NDT; PPL, UNM Malang, 1993, Petunjuk Pelaksanaan PPL Keguruan IKIP Malang, Malang. Sudirman, AM. 1988, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Rajawali Pers, Jakarta. Sutijono, S, 1991, Media Pembinaan Pendidikan, Fa Dian Indah Pustaka, ............. Perencanaan IKLUS I Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Perencanaan SIKLUS III Pengamatan Pelaksanaan Refleksi LAPORAN