Perdagangan bebas dan penggunaan energi telah menjadi fokus utama para peneliti dan pembuat kebijakan. Hal ini karena telah ditemukan bahwa perdagangan dan penggunaan energi memiliki dampak signifikan terhadap tindakan pencemaran lingkungan seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), partikel (PM10), dan emisi gas rumah kaca (GRK). Terdapat tiga saluran utama yang menegaskan dampak perdagangan dan energi terhadap lingkungan antara lain skala, teknik, dan efek komposisi. Studi empiris sebelumnya menemukan bahwa produk domestik bruto (PDB) merupakan pendorong utama emisi CO2. Oleh karena itu, efek skala menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan berkaitan dengan peningkatan emisi. Sedangkan efek teknik mengacu pada efek menguntungkan dari pendapatan tinggi yang disebabkan oleh keterbukaan perdagangan, perubahan teknik produksi, dan tuntutan masyarakat akan kualitas dan perlindungan lingkungan. Peningkatan pendapatan yang lebih tinggi, keterbukaaan perdagangan dapat menghasilkan impor teknologi tinggi yang mengarah pada emisi lebih rendah per unit output. Untuk efek komposisi, perdagangan dapat meningkatkan emisi dan merusak lingkungan. Hal ini karena adanya peningkatan pendapatan dan transformasi struktural dari pertanian ke sektor industri, kemungkinan besar emisi akan meningkat. Telah diperdebatkan, bahwa efek komposisi tergantung pada apakah suatu negara memiliki keunggulan kompettitif dalam produksi yang lebih lebih kotor atau lebih bersih. Dengan pendapat ini, belum bisa dipastikan bahwa efek komposisi dapat menambah atau mengurangi pencemaran lingkungan.
Konsumsi energi merupakan penentu utama CO2 emisi dan degradasi lingkungan. Kerusakan lingkungan akibat konsumsi energi sebagian besar didorong oleh penggunaan dan eksploitasi sumber daya energi bahan bakar fosil. Dari tahun 2000 – 2010 emisi GRK tumbuh pesat sebagai akibat dari tingginya permintaan energi dan sumber bahan bakar fosil. Berdasarkan International Energy Report tahun 2019, pertumbuhan emisi CO2 mengalami stagnasi dari tahun 2014 – 2016 karena teknologi rendah emisi karbon dan peningkatan efisiensi energi. Sementara itu, tahun 2017 emisi CO2 global yang terkait dengan konsumsi energi meningkat sebesar 1,7%.
Dalam studi ini, akan menganalisis pengaruh perdagangan dan penggunaan energi terhadap emisi dan degradasi lingkungan menggunakan model Kurva Kuznets Lingkungan (EKC). Hal ini karena model tersebut didasarkan pada hubungan antara PDB dan pencemaran lingkungan. selain itu, juga bekerja berdasarkan skala, teknik, dan efek komposisi. Studi ini menggunakan koefisien acak dan estimasi GMM yang dikenal untuk mengendalikan endogenitas ke panel dari 47 negara Afrika. Studi empiris mengungkapkan bahwa efek skala yang diukur dengan PDB meningkatkan emisi dan degrasasi lingkungan. Efek teknik menurunkan emisi CO2 dan meningkatkan kualitas lingkungan. Temuan dalam studi ini menolak keberadaan perhubungan berbentuk-N antara PDB dan emisi CO2, sebagaimana dikonfirmasi oleh koefisien komponen kubik PDB. Variabel perdagangan meningkatkan emisi CO2 dan merusak lingkungan, akan tetapi ada bukti titik ambang batas pada tingkat keterbukaan perdagangan yang lebih tinggi. Negara – negara yang memiliki akses terhadap teknologi tinggi ramah lingkungan dapat menurunkan CO2 dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Implikasi kebijakan dari temuan ini yakni bahwa untuk memitigasi emisi yang dihasilkan dari peningkatan skala, perlu memperbaiki teknik produksi dan mengurangi tekanan pada penggunaan sumber daya dalam memenuhi permintan internal dan eksternal. Hal ini dapat dicapai dengan berinvestasi di bidang teknologi inovatif yang lebih efisien dan mengurangi polusi. Efek negatif dari adanya keterbukaan perdagangan ini dapat dilihat melalui apakah pembuat kebijakan menyusun kebijakan dengan memperhatikan kebijakan lingkungan. Hal ini dapat dicapai dengan memasukkan kebijakan lingkungan ke dalam kebijakan liberalisasi perdagangan. Untuk mengurangi dampak buruk perdagangan terhadap lingkungan, perlu menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan yang menghambat arus teknologi yang ramah lingkungan. Untuk mengurangi kenaikan emisi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan energi perlu untuk transfer yang stabil ke sumber daya energi terbarukan yang belum dimanfaatkan melalui investasi. Karena harga energi terbarukan relatif lebih tinggi, kebijakan yang ditujukan untuk menargetkan hal ini dapat lebih berhasil jika memungkinkan akses lebih luas dengan membuat harga energi terbarukan menjadi lebih rendah melalui subsidi konsumsi energi terbarukan, bea masuk yang lebih rendah untuk panel surya dan mobil listrik. Mengenai pekerjaan masa depan di bidang perdagangan , energi, dan lingkungan peneliti harus memahami bahwa perdagangan barang dan penggunaan energi berbahaya bagi lingkungan. Kesimpulan ini sejalan dengan sebagian besar literatur yang ada, akan tetapi sistem perdagangan dan sumber energi yang berbeda dapat menghasilkan dampak yang berbeda terhadap lingkungan.
Penulis: Kabiru Hannafi Ibrahim, Dyah Wulan Sari, Rossanto Dwi Handoyo
Link jurnal: The Role of Trade and Energy in Generating Carbon Emissions and Environmental Degradation