SMA I Pamekasan Raih Tiga Juara Dunia

Oleh: Abd Aziz

Pamekasan, 22/12 (ANTARA) – Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Pamekasan, Madura, Jawa Timur, mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia di tingkat dunia, dengan tiga juara yang telah diraih selama ini.

Juara pertama diraih oleh siswa bernama Andy Octavian Latief dalam ajang Olimpiade Fisika Internasional ke-37 di Singapura 2006. Juara kedua oleh Mohammad Shohebul Maromi dalam lomba fisika internasionaldi Kroasia yang digelar pada 15 hingga 17 Juli 2010

Terakhir oleh Alyssa Diva Mustika dalam ajang “The Fourth International Young Mathematics” di India yang berlangsung 2-5 Desember 2010.

“Hingga saat ini sudah tercatat sebanyak 43 juara yang diraih RSBI SMA Negeri I Pamekasan dari berbagai tingkatan, baik regional, nasional ataupun internasional,” kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan RSBI SMA Negeri I Pamekasan, Zainal Arifin.

Alyssa sendiri masuk dalam tim Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan dipercaya mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi yang diikuti 13 negara, masing-masing Rusia, Inggris, Afrika Selatan, Korea, Thailand, Filipina, Iran, Qatar, Nepal, Bhutan, India, Sri Lanka, Indonesia itu setelah sebelumnya yang bersangkutan dinyatakan lulus seleksi tingkat nasional.

Sukses siswa RSBI SMA Negeri I pada ajang lomba matematika tingkat dunia yang digelar pada 2 hingga 5 Desember itu, merupakan prestasi gemilang terakhir yang diraih lembaga itu sepanjang 2010 ini.

“Di bidang fisika, siswa RSBI SMA Negeri I Pamekasan juga berhasil mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia, yakni Andy Octavian Latif dan Muhammad Shohibul Maromi,” kata Zainal.

Mohammad Sohebul Maromi merupakan satu dari lima siswa Indonesia yang berhasil meraih juara dalam ajang lomba fisika internasional di Kroasia pada 15 hingga 17 Juli lalu.

Lima siswa yang dikirim mengikuti ajang kompetisi fisika dunia di Kroasia, semuanya berhasil meraih juara dengan memersembahkan empat medali emas dan satu medali perak.

Mereka itu atas nama Christian George Emor, David Giovanni, Kevin Soedyatmiko, Muhammad Sohebul Maromi untuk peraih medali emas, sedang peraih medali perak atas nama Ahmad Ataka.

Mohammad Shohebul Maromi, siswa SMA Negeri 1 Pamekasan, Madura, ini terpilih menjadi duta Indonesia dalam Olimpiade Fisika Internasional (International Physic Olimpiade/IphO) di Kroasia, setelah yang bersangkutan menjuarai lomba fisika tingkat Asia di Taipeh, Taiwan, 24-29 April lalu.

“Kalau Andy Octavian Latief itu pada tahun 2006, tidak termasuk dalam catatan 43 juara yang diraih RSBI SMA Negeri I Pamekasan pada 2010 ini,” tutur Zainal.

Andy Octavian Latief merupakan satu dari empat peraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional ke-37 di Singapura pada 2006.

Tiga peraih emas lainnya ketika itu adalah Jonathan Pradana Mailoa, siswa SMAK 1 BPK Penabur Jakarta, Pangus Ho (SMAK 3 BPK Penabur Jakarta) dan Irwan Ade Putra (SMAN 1 Pekanbaru).

Sekolah favorit
Di wilayah Kabupaten Pamekasan, RSBI SMA Negeri I memang merupakan salah satu lembaga pendidikan negeri yang dikenal favorit di kota itu, dibanding lembaga pendidikan lainnya.

Sejumlah nama terkenal dan tokoh nasional tercatat sebagai siswa di lembaga yang beralamat di Jalan Pramuka, Pamekasan, Madura ini. Sebut saja mantan KSAD Jenderal (Purn) Hartono dan tokoh pembaruan pemikiran Islam pada 1960-an, Achmad Wahib.

Sukses prestasi yang diraih para siswa di lembaga pendidikan yang dikenal paling bergengsi di Pamekasan ini bukan tanpa upaya.

Menurut Kepala RSBI SMA Negeri I Pamekasan Basyair, pola dan sistem pembelajaran, serta pola rekrutmen calon siswa yang diterapkan di lembaga ini memang berbeda dengan lembaga pendidikan lain yang ada
di Kabupaten Pamekasan pada khususnya dan Madura pada umumnya.

“Dari awal kami memang telah menjaring siswa berkualitas, siswa yang kemampuannya di atas rata-rata,” katanya, menjelaskan.

Di samping itu, sistem pembinaan secara intensif dilakukan para guru, pada saat penerimaan siswa baru, juga melakukan pemetaan kelompok siswa sesuai dengan kemampuanya mata pelajaran yang dimilikinya.

Bahkan mulai sejak kelas I SMA para siswa sudah dikelompokkan dalam kelas khusus, seperti kelas khusus matematika, fisika, kimia, Astronomi dan Biologi serta kelas khusus Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

“Program pemetaan kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya ini kami sebut dengan program pembelajaran intensif (Probi),” kata Basyair, menjelaskan.

Program lain yang diterapkan di lembaga ini adalah pemantapan dan bimbingan belajar (Pinja). Program ini dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian nasional ujian masuk perguruan tinggi
negeri (UMPTN).

“Ada juga program tambahan semacam matrikulasi jika di perguruan tinggi yang tujuannya untuk menyamakan kemampuan dasar para siswa dan ini kami lakukan sesudah siswa dinyatakan lulus dalam tes rekrutmen calon siswa,” tuturnya.

Setiap awal tahun penerimaan siswa baru, lembaga pendidikan yang kini menampung sebanyak sebanyak 729 siswa dengan 59 orang guru ini selalu diserbu para pendaftar.

Pada pendaftaran penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2010-2011 ini misalnya sebanyak 256 calon siswa terpaksa tertolak dari total sebanyak 480 orang pendaftar.

“Mungkin karena imaji yang terbangun di masyarakat itulah yang menyebabkan mereka berlomba-lomba masuk RSBI SMA Negeri I Pamekasan, bahwa siswa yang belajar disini merupakan siswa yang memiliki di atas
kemampuan rata-rata,” ucap Basyair.

Tiga jalur
Dalam hal penerimaan siswa baru, RSBI SMA Negeri I Pamekasan menerapkan tiga jalur, yakni jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK), jalur lomba materi pelajaran yang digelar setiap tahun di lembaga itu, dan yang terakhir adalah jalur reguler (jalur tes).

Menurut Basyair jalur PMDK diperuntukkan bagi calon siswa yang memiliki nilai rapor rata-rata 7,0 untuk bidang pelajaran IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia, serta Bahasa Inggris.

Sedangkan untuk lomba materi pelajaran, siswa yang berhak masuk RSBI SMA Negeri I Pamekasan ialah yang meraih juara tiga besar dan materi pelajaran yang dilombakan meliputi Fisika, Matematika, Biologi,
Tekonologi Informatika dan Komunikasi (TIK).

“Kalau jalur reguler ini yang mengikuti tes sebagaimana biasanya dan berlangsung selama satu minggu, meliputi tes tulis dan tes wawancara,” kata Basyair.

Ia menjelaskan, tes wawancara yang dilakukan RSBI SMA Negeri I Pamekasan tersebut bukan hanya kepada calon siswa saja, namun juga kepada orang tua siswa. Hal ini dilakukan agar antara calon siswa dan orang tua memiliki pandangan yang sama akan tanggung jawabnya dalam hal penyelenggaran pendidikan di lembaga tersebut.

“Artinya dengan cara seperti itu kami menginginkan para orang tua juga merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan pendidikan siswa,” katanya menjelaskan.

Kepala RSBI SMA Negeri I Pamekasan Basyair mengklain, sukses prestasi yang diraih sejumlah siswa dilembaga itu karena dukungan sistem yang telah diterapkan, selain memang karena kemampuan siswa itu sendiri.

“Dua hal itu yang menurut hemat kami mampu mengantarkan sejumlah siswa RSBI SMA Negeri I Pamekasan ini mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional,” kata Basyair, menjelaskan.

Sebab, katanya, jika seorang siswa memiliki kemampuan tapi tidak didukung oleh sistem yang baik, maka hasilnya juga kurang maksimal, dan demikian juga sebaliknya.

Dari segi dukungan prasarana, RSBI SMA Negeri I Pamekasan ini memang jauh lebih lengkap dibanding lembaga pendidikan lain yang ada di wilayah itu.

Di lembaga ini ada sebanyak 23 unit kegiatan ektra kurekuler sebagai kegiatan penunjang bagi para siswa untuk mengembangkan bakatnya. Mulai dari Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) hingga teater dan drum band.

Masing-masing ruang kelas juga dilengkap dengan satu unit LCD dan “laptop” (komputer jinjing), sehigga sistem pembelajaran tidak lagi secara manual.

“Jadi guru yang mengajar tidak lagi repot-repot membawa buku dengan jumlah yang tidak sedikit,” katanya.

Selain itu, kurikulum yang diberlakukan juga berbeda, karena merupakan perpaduan antara kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum yang ‘diadopsi’ dan ‘diadaptasi’ dari kurikulum internasional Cambridge Inggris dengan 30 persen pengantar mata pelajaran menggunakan bahasa Inggris.

Meski, secara sepintas RSBI SMA Negeri I Pamekasan ini terkesan ‘mewah’ dengan fasilitas pendidikan yang serba ada, namun bukan berarti lembaga ini bebas dari siswa keluarga miskin.

Sistem subsidi silang yang diberlakukan di lembaga ini juga memberi peluang bagi siswa berprestasi tapi secara ekonomi tidak mampu untuk belajar di lembaga tersebut.

Bahkan menurut Kepala RSBI SMA Negeri I Pamekasan Basyair, lembaganya memang telah menyediakan secara khusus alokasi beasiswa bagi mereka yang berprestasi secara akademik tapi tidak mampu.

“Kami memberikan peluang 20 persen bagi siswa tak mampu tapi berprestasi setiap penerimaan siswa baru,” katanya menjelaskan.

Menurut dia, beasiswa untuk para siswa yang tidak mampu itu dari siswa lain yang memiliki kemampuan lebih dengan sistem subsidi silang tersebut.

Dukungan Pemda
Prestasi di tingkat internasional yang selama ini diraih RSBI SMA Negeri I Pamekasan terbilang cukup mandiri, karena tidak terlalu bergantung pada dukungan dana pemerintah setempat melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

“Dukungan dari Pemda itu ada, jika kami telah sukses dan berhasil meraih juara. Tapi di bidang pembinaan itu murni dana lembaga,” tutur Wakil Kepala RSBI SMA Negeri I Pamekasan, Zainal Arifin.

Ia menjelaskan, sejauh ini belum ada anggaran dari Pemkab Pamekasan untuk bidang pembinaan dan pengembangan intelektual siswa.

Program yang dikucurkan Pemkab Pamekasan melalui Dinas Pendidikan (Disdik) sebatas hanya pada bantuan perbaikan sarana fisik dan itupun sangat minim.

“Yang kami rasa lebih hanya dukungan dari pemerintah pusat melalui program ‘blogrand’. Kalau dari pemerintah sejauh ini hanya itu saja,” tuturnya.

Akibatnya, kata Zainal, pihak RSBI SMA Negeri I Pamekasan terpaksa menarik sumbangan uang pembagunan terhadap para orang tua siswa, saat penerimaan siswa baru sebagai sarana penunjang untuk peningkatan prestasi pendidikan. Seperti kelengkapan laboratoriun dan usaha kesehatan sekolah (UKS) dan berbagai sarana penunjang lainnya.

“Tapi karena istilah sumbangan uang pembangunan akhir-akhir ini dilarang, maka kami hanya menarik uang partisipasi,” katanya.

Konsekuesinya, ujar Zainal, memang ada orang tua siswa yang menyumbang, tapi tidak sedikit pula yang tidak menyumpang karena alasan kemampuan ekonomi.

“Tapi Alhamdulillah, meski dana terbatas, berkat semangat dan penataan sistem yang terkelola dengan baik, kami masih mampu menorehkan sejarah mengharumkan nama baik Indonesia di tingkat dunia dengan prestasi yang berhasil kami raih,” ucap Zainal Arifin.

Menurut Ketua Tim Anggaran Pemkab Pamekasan Hadi Suwarso, sebenarya pemkab telah menganggarkan peningkatan bidang prestasi siswa pada 2010. Tapi para RAPBD 2011 terpaksa dihapus karena di Dinas Pendidikan sendiri tidak terpakai, khususnya untuk dana Pusat Pendidikan Sains (Pusdik Sains).

“Terpaksa kami hapus usulan anggara untuk Pusdik Sains, karena tidak terpakai,” ujar Hadi Suwarso, menjelaskan.

Pada RAPBD 2011 ini, anggaran untuk bidang peningkata mutu pendidikan turun Rp20 miliar dan hanya dialokasikan sebesar Rp2 miliar lebih.

“Umumnya alokasi untuk bidang pendidikan yang diajukan tim anggaran pada RAPBD 2011 memang pada perbaikan infrastruktur dan hanya 10 persen saja untuk peningkatan mutu pendidikan,” kata anggota Badan
Anggaran DPRD Pamekasan, Iskandar.

Seharusnya, kata dia, alokasi anggara untuk bidang pendidikan imbang antara perbaikan infrastruktur dengan peningkatan mutu, apalagi lembaga pendidikan di Pamekasan telah menunjukkan prestasinya baik di tingkat regional, nasional maupun internasional dengan segudang prestasi yang telah diraihnya selama ini. (www.antarajatim.com)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.