Trenz Indonesia
News & Entertainment

CHRISYE Dari Cahaya, Cinta Hingga Damai Bersamamu

2,357

Trenz Music |Sejarah musik Indonesia mencatat nama Chrisye atau Chrismansyah Rahadi, mulai popular saat ikut berkiprah di album “LCLR 1977” yang menjadi album terlaris ditahun tersebut.

Adalah peran Jockie Surjoprajogo  dan Imran Amir dan dilanjut oleh Sys NS yang berhasil membujuk Chrisye untuk  terlibat di album “LCLR 1977” yang kemudian terbukti sukses mengantar ketenaran Chrisye lewat lagu ‘Lilin Lilin Keci’l ciptaan James F Sundah.

Dan tak cuma lewat ‘Lilin Lilin Kecil,’ sejatinya penyanyi, pencipta lagu dan musisi ini kemudian memang layak menjadi legenda musik Indonesia. Dua kiprah awal dari Chrisye yakni di album “Badai Pasti Berlalu” (1977) dan “Guruh Gipsy” (1976), tercatat sebagai urutan 1 dan 2 dalam ‘150 Album Indonesia Terbaik’ versi majalah RollingStone Indonesia edisi#32 Desember 2007. Hebatnya lagi, masih ada tiga album Chrisye lainnya yang juga masuk kedalam ‘150 Album Indonesia Terbaik’ yakni “Sabda Alam” (1978), diurutan 51, “Puspa Indah” (1980) di urutan 57 serta album “Resesi” (1980) yang berada di posisi urutan ke 82.

Sementara sejarah juga mencatat, ada lima lagu Chrisye yang juga terdaftar diantara “150 Lagu Indonesia Terbaik” versi majalah Rolling Stone Indonesia yang dipublikasikan di edisi #56, Desember 2009. Lagu tersebut adalah ‘Lilin Lilin Kecil’  yang berada di urutan 13, ‘Kidung’ di urutan 26, “Merpati Putih” di urutan 43, “Anak Jalanan” di urutan 72, dan “Merepih Alam” di urutan 90.

Yang juga patut menjadi catatan, meski ada peranan dari Eros Djarot, namun lagu ‘Merepih Alam’ yang ada di album fenomenal “Badai Pasti Berlalu’ , merupakan lagu pertama yang berhasil di ciptakan oleh Chrisye sendiri.

Namun tak juga melulu itu, kepopuleran Chrisye hingga dinobatkan sebagai penyanyi nomer 3 dari ‘50 Penyanyi Indonesia Terbaik’ serta artis urutan 3 dari ‘25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa’ yang dua duanya juga masih versi majalah Rolling Stone Indonesia adalah karena hingga akhir hayatnya penyanyi beraliran pop dan progressive rock ini memang selalu melahirkan lagu lagu hits berkualitas yang tetap dan masih digemari hingga saat ini.

Lahir dan tumbuh besar di keluarga Nasarani, Chrisye lahir di Jakarta,16 September 1949, dari pasangan Laurens Rahadi dan Hanna Rahadi. Chrisye yang terlahir dengan nama ‘Christian Rahadi’ merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yakni Joris kakaknya dan Vicky adiknya.

Semasa SMA, Christian Rahadi memilih memainkan gitar bass saat membentuk band bersama kakaknya sekaligus berperan sebagai vokalis..

Minatnya bermain musik mengantar Chrisye bergabung di group band Sabda Nada di tahun 1969, saat itu Chrisye diundang Gauri Nasution untuk bergabung di band bentukan Nasution Bersaudara guna menggantikan posisi pemain bass nya yang sedang sakit, Eddi Odek. Band Sabda Nada sendiri terbentuk ditahun 1963 atasinisiatif Pontjo Sutowo, putra dari pejabat tinggi PERTAMINA saat itu, yakni Ibnu Sutowo. Saat itu formasi band Sabda Nada adalah Pontjo Sutowo (organ),Joe Am Nasution  (gitar),Gauri Nasution  (gitar),Edi Odek (bas) dan Edit (drum).

Ditahun 1969 juga, setelah Pontjo Sutowo menyatakan mundur dari aktifitas bermain band, maka Sabda Nada berganti nama menjadi Gipsy Band dengan formasi Gauri Nasution (gitar), Keenan Nasution(drum), Chrisye (bas), Onan Soesilo (organ) dan Tammy Daudsyah (saksofon, flute) dan Atut Harahap (vokal)

Dalam perjalannya, di tahun 1971-1972,dan atas tawaran Pontjo Sutowo , akhirnya Chrisye bersama Gipsy band  rutin tampil sebagai home band di Restoran Ramayana, sebuah restoran Indonesia milik Pertamina yang berada di New York. Dan di New York pula, Gipsy band sempat berganti formasi menjadi Gauri Nasution (gitar),Keenan Nasution (drum,vocal),Chrisye (bas,vocal) ditambah anggota baru yakni Rully Djohan (keyboard), Lulu Soemaryo (saxophone) serta Adjie Bandy (biola).

Saat di New York, Chrisye juga sempat bergabung dengan home band lain di Restoran Ramayana yakni  The PRO’s band yang digawangi oleh Broery Marantika, Dimas Wahab, Pomo, Ronnie Makasutji dan Abadi Soesman.

Kembali di Indonesia, di tahun 1975 Gipsy band yang formasinya kembali berubah yakni Keenan Nasution (drum), Oding Nasution (gitar), Chrisye (vokal),  Roni Harahap (piano / organ)dan Abadi Soesman (keyboard), berkolaborasi dengan Guruh Soekarno Putra yang berhasil membuat album rekaman bertajuk “Guruh Gipsy”. Dengan mengusung konsep rock progressif dan komposisi etnik Bali, album eksperimental “Guruh Gipsy” menjadi album yang banyak dipuji karena pencapaiannya yang luar biasa.  Album indie “Guruh Gypsi” yang rilis ditahun 1976, tercatat menjadi album pertama Chrisye, dan lagu ‘Choppin Larung’ yang ada di album tersebut juga tercatat menjadi single pertama Chrisye sebagai seorang penyanyi.

Seperti telah disebutkan diatas, di tahun 1977 menjadi awal naiknya nama Chrisye sebagai penyanyi yang layak diperhitungkan di blantika musik Indonesia. Selain lagu ‘Lilin Lilin Kecil’  dan album “Badai Pasti Berlalu”, Chrisye yang bekerjasama dengan Jockie Surjoprajogo berhasil melahirkan album studio pertamanya bertajuk “Jurang Pemisah” yang diproduksi oleh label Pramaqua Records. Meski terbilang apik, sayangnya album “Jurang Pemisah” tak menuai sukses seperti ‘Lilin Lilin Kecil’ dan “Badai Pasti Berlalu”. Untuk penjualan album studio perdananya ini, Chrisye mendeskripsikan sebagai ‘yang masih hangat-hangat tahi ayam’.

Ditahun 1978, Chrisye bergabung dengan Musica Studios dan berhasil melahirkan 19 album. album solo pertama Chrisye bersama musica studios bertajuk “Sabda Alam” dengan hasil penjualan yang terbilang baik. Menyusul album berikutnya bertajuk “Percik Pesona” yang dirilis di tahun 1979, namun sayangnya tak menuai hasil penjualan yang memuaskan.

Ditahun 1980, Chrisye merilis album “Puspa Indah” yang hampir seluruh lagunya ditulis oleh Guruh Soekarnoputra. Bahkan dua lagu di album ini yakni ‘Galih dan Ratna’ serta ‘Gita Cinta’ diambil dari lagu yang pernah di gunakan alam film tahun 1979 bertajuk  “Gita Cinta Dari SMA” yang filmnya sukses meraih popularitas karena mendapat sambutan positif danbanyak digemari penonton film Indonesia di saat itu. Di film ‘Gita Cinta Dari SMA”,  Chrisye berkesempatan menjadi cameo yang tampil sebagai penyanyi.

Tampil diluar jalur yang ditekuninya sebagai penyanyi adalah saat Chrisye terbujuk ajakan Sys NS untuk mendapatkan peran di film tahun 1980 bertajuk “Seindah Rembulan” . Sebuah peran utama yang akhirnya disesali Chrisye karena dianggap produksi filmnya kurang professional.

Ditahun 1981, Chrisye kembali merilis albim bertajuk “Pantulan Cinta” yang sayangnya kembali gagal meraih hasil penjualan yang memuaskan.

Sempat menjalani cuti aktifitas selama dua tahun, ditahun 1983,Chrisye kembali berkolaborasi untuk membuat album trilogy bersama  Eros Djarot dan Jockie Surjoprajogo. Kolaborasi tersebut mengantar Chrisye merilis album bertajuk “Resesi” di tahun 1983 yang melahirkan hits ‘Malam Pertama’ dan ‘Hening’. Lalu album “Metropolitan” di tahun 1983 dengan hits  ‘Selamat Jalan Kekasih’. Dan kolaborasi terakhir melahirkan album bertajuk “Nona” di tahun 1984 dimana Chrisye sempat berduet dengan Hetty Koes Endang lewat lagu ‘Manis Manja’ dan ‘Sayang’.

Ditahun 1984 juga, kemudian Chrisye merilis album solo bertajuk “Sendiri” dengan hits ‘Kisah Insani’ dan ‘Sendiri’.

Puncak sukses Chrisye, terjadi setelah merilis album “Aku Cinta Dia” di tahun 1985 yang meraih penjualan diatas 1 juta copy. Lagu ‘Aku Cinta Dia’ yang diciptakan Adjie Soetama mampu menjadi hits yang sangat fenomenal.

Masih di tahun 1985, Chrisye kembali merilis album “Hip Hip Hura” dengan hits lagu berjudul sama dengan albumnya yakni ‘Hip Hip Hura’.

Selanjutnya di tahun 1986, Chrisye merilis album “Nona Lisa” dengan hits ‘Nona Lisa’ yang diciptakan oleh Tito Soemarsono, Deddy Dhukun dan Chrisye,  serta lagu ‘Anak sekolah’ yang diciptakan Oddie agam.

Chrisye, memang menjadi penyanyi idola lintas zaman, bahkan album album Chrisye yang dirilis berikutnya tetap tak pernah mencatat penjualan kurang dari 100 ribu copy. Album album Chrisye senantiasa melahirkan hits yang memang mewakili zamannya bahkan juga digemari oleh lintas generasi.

Ditahun 1988, Chrisye kembali hadir dengan album “Jumpa Pertama” dengan hits ‘Kisah Cintaku’. Lagu yang dinyanyikan Chrisye bersama Atiek CB ini memang menjadi favorit bagi yang sedang galau maupun yang sedang jatuh cinta.

Berikutnya, lagu ‘Pergilah Kasih’ , ciptaan Tito Soemarsono, sebuah lagu indah bernuansa menghanyutkan tampil sebagai hits dari album Chrisye bertajuk sama “Pergilah Kasih” yang dirilis ditahun 1989. ‘Pergilah Kasih’, juga menjadi lagu yang menjadi video musik pertama Chrisye. Dibawah arahan sutradara Jay Subyakto, video musik ‘Pergilah Kasih’ menjadi lagu Indonesia pertama yang ditampilkan pada MTV Asia Tenggara.

Hampir 4 tahun tak merilis album, di tahun 1993, Chrisye kembali hadir lewat album “Sendiri Lagi” yang merupakan kerjasama terakhir Chrisye dengan Younky Soewarno, setelah keduanya juga terlibat di album Chrisye sebelumnya yakni “Jumpa Pertama” dan “Pergilah Kasih”.

Kerjasama Chrisye berikutnya adalah bersama Erwin Gutawa  yang mana di tahun 1996 berhasil merilis album kompilasi bertajuk “Akustichrisye yang diwarnai oleh hits lama Chrisye yang telah diaransemen ulang serta lagu baru serta melibatkan beberapa musisi pendukung ternama seperti Aminoto Kosim, Tohpati, Indro Hardjodikoro, Iwan Wiradz, Uche Haryono, Hendri Lamiri, Erizal dan juga The Australian Concert Orchestra.

Diakhir 1997, Chrisye kembali bekerjasama dengan Erwin Gutawa guna merilis album bertajuk “Kala Cinta Menggoda”. Di album yang sukses secara kualitas dan penjualan ini, ada lagu rohani “Ketika Tangan Dan Kaki Berkata” yang diciptakan Chrisye bersama penyair Taufik Ismail. Memuat lirik yang dahsyat, Chrisye sempat mengakui bahwa ini merupakan lagu yang paling sulit untuk dinyanyikan di saat proses rekaman.

Bersama Erwin Gutawa, ditahun 1999, Chrisye kembali merilis album “Badai Pasti Berlalu”yang merupakan versi aransemen ulang Erwin Gutawa dari album fenomenal di tahun1977 yakni “Badai Pasti berlalu”. Dialbum ini, Chrisye juga melibatkan beberapa penyanyi lintas genre seperti Waljinah, Nicky Astria dan Aning Katamsi.

Ditahun 2001, Chrisye merilis album “Konser Tur 2001” dengan lagu andalan ‘Andai aku Bisa” serta lagu lagu hits Chrisye lainnya.

Bersama Musica Studios, Chrisye merilis album solo terakhirnya bertajuk “Senyawa” di tahun 2004, sebuah album kolaborasi unik yang mana Chrisye turut menjadi vokalis bersama vokalis dari berbagai grup musik ternama Indonesia , diantaranya Ahmad Dhani, Project Pop, Peter Pan, Eross, Tohpati, Ungu, El Em Ent serta Naif.

Namun masih bersama Musica Studios, Chrisye juga sempat merilis 2 album tribute yakni album “Dekade” yang dirilis pada tahun 2002 dengan hits lagu ‘Kisah Kasih Di Sekolah’ serta album kompilasi bertajuk “From Us To U” yang dirilis pada tahun 2005. Sebuah album yang merupakan bentuk kepedulian terhadap lagu lagu yang pernah dipopulerkan atau diciptakan oleh penyanyi legendaries Titiek Puspa. Selain Chrisye, musisi lainnya yang terlibat di album ini adalah Peter Pan, seurieus, Project Pop, Iwan Fals, Ungu, Naif, Kahitna dan Rossa, yang semuanya juga bernyanyi bersama pada lagu ‘Marilah Kemari’.

Bersama Musica Studios juga, Chrisye turut terlibat dalam 10 album kompilasi yakni album “Chrisye Terbaik” (1987), “Slow Cinta Chrisye” (1989), “The Best Of Chrisye” (1993), “Best of Chrisye Vol. II” (1999), “Best Cinta” (2000), “Chrisye By Request” (2006), “Chrisye Duets by Request” (2006), “Chrisye in Memoriam – Greatest Hits” (2007), “Chrisye in Memoriam – Everlasting Hits” (2007) dan “Chrisye Masterpiece Trilogy Limited Edition” (2007).

Selama menjalani karirnya sebagai penyanyi, Chrisye yang memutuskan untuk masuk agama Islam, akhirnya menikah dengan Gusti Firoza Damayanti Noor (Yanti) di Jakarta pada 12 Desember 1982. Hingga akhir hayatnya, saat berpulang pada 30 Maret 20017 (usia 57 tahun), Chrisye dan Yanti dikarunia 4 anak yakni Rizkia Nurannissa, Risty Nurraisa, serta si kembar Rayinda Prashatya dan Randa Pramasha.

Secara keseluruhan, Chrisye yang menghabiskan waktu sekitar 40 tahun dalam menjalani karir bermusiknya telah menghasilkan 31 album yang terdiri atas 1 album indie (Guruh Gypsi), 20 album studio dan 10 album kompilasi.

Selain itu Chrisye juga telah melahirkan 56 single, 26 video musik, 2 album soundtrack (Badai Pasti Berlalu/1977 # Seindah Rembulan/1980), 2 album tribute, 3 video soundtrack (Badai Pasti Berlalu/1977 # Puspa Indah Taman Hati/1979) # Seindah Rembulan/1980) serta 26 video musik.

Selama menjalani karirnya di industri musik Indonesia, Chrisye juga pernah menerima beberapa penghargaan. Diantaranya 3 BASF Awards yang dianugerahkan untuk album paling laris yakni album “Sendiri” (1984), album “Jumpa Pertama” (1988) dan album “Pergilah Kasih” yang diterima pada tahun 1989.

Di tahun 1994, Chrisye juga menerima BASF Lifetime Achievement Award atas sumbangsihnya kepada dunia musik Indonesia serta menerima penghargaan sebagai ‘Penyanyi Rekaman Terbaik’.

Di ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI), Chrisye juga pernah dianugerahi AMI Awards 1997 untuk kategori ‘Penyanyi Pop Pria Terbaik’. Selanjutnya, album “Kala Cinta Menggoda” milik Chrisye sukses memenangkan 9 AMI Awards diantaranya untuk kategori Album Terbaik, Penata Musik Terbaik, Produser album Rekaman Terbaik, dimana Chrisye sendiri menerima penghargaan sebagai ‘Artis Solo Pria Pop Terbaik’, ‘Perancang Grafis Terbaik’,  dan ‘Penyanyi Rekaman Terbaik’.

Ditahun 2007, setelah meninggal, Chrisye dianugerahi penghargaan SCTV Lifetime Achievement Award yang saat itu diterima oleh putrinya, Risty.

Sejak keberhasilannya menciptakan lagu pertama yakni ‘Merepih Alam’ bersama Eros Djarot, Chrisye juga semakin aktif menciptakan lagu-lagu berikutnya. Hingga akhir hayatnya, tercatat ada lebih dari 80 lagu yang sudah di ciptakan oleh Chrisye yang beberapa diantaranya sukses menjadi hits kala dinyanyikan oleh Vina Panduwinata, Tika Bisono, Andi M. Matalatta serta Utha Likumahua.

Meski duka mendalam turut mengiringi kepergian Chrisye di tahun 2007 lalu, namun kesederhanan, talenta, karya emas dan spirit Chrisye sebagai penyanyi berkarakter masih terus dikenang sampai saat ini, hingga ‘11 Tahun Setelah Chrisye Pergi’. Bahkan, dengan segala keunikan, karakter suara yang khas serta karya emas yang telah diwariskannya untuk musik Indonesia, sudah selayaknya pula Chrisye yang telah mendedikasikan sekitar 2/3 usianya untuk mewarnai dan turut menggairahkan perkembangan industri musik Indonesia tetap selalu dikenang sebagai legenda musik Indonesia, menjadi bagian terpenting dari musisi terbaik Indonesia.

Tentunya banyak cara untuk mengenang dan menghormati Chrisye sebagai bagian dari sejarah emas musik Indonesia bahkan juga sebagai legenda musik Indonesia.

Adalah Ferry Mursyidan Baldan atau yang akrab disapa Bang Ferry yang pernah menjadi penggemar berat dan akhirnya menjadi sahabat Chrisye. Rasa cintanya kepada Chrisye, melebihi cinta penggemar kepada idolanya namun tidak dengan cara yang aneh aneh.

Pada suatu kesempatan Bang Ferry pernah mengatakan bahwa Chrisye merupakan sosok istimewa, seorang penyanyi luar biasa yang menjalani hidup seperti kebanyakan orang pada umumnya dan menempuh karirnya dengan banyak hambatan.

Tak heran, sebagai penggemar berat Chrisye, maka mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, yang kini menjadi politikus partai NASDEM ini juga tampil sebagai pendiri sekaligus Ketua K2C (Komunitas Kangen Chrisye), yakni sebuah komunitas penggemar Chrisye.

Tak hanya itu, bersama tim K2C, Bang Ferry yang kini aktif menjadi politikus Partai Nasdem ini juga telah menerbitkan buku yang berhubungan dengan Chrisye yakni  Chrisye Kesan di Mata Media dan Fans”, serta “10 Tahun Setelah Chrisye Pergi: Ekspresi Seorang Penggemar”.

Yang istimewa, kecintaan dan kerinduan Bang Ferry akan Chrisye sebagai sosok penyanyi sederhana yang sangat dikaguminya tampak dari aktifitas tahunannya yang selalu berziarah ke makam Chrisye tepat di tanggal kepergiannya yakni 30 Maret. Di makam Chrisye, aktifitas membersihkan pusara serta memanjatkan doa terbaik untuk almarhum sahabatnyanya  tersebut menjadi rutinitas Bang Ferry setiap tahunannya.

Meski tak seintens seperti apa yang telah dilakukan Bang Ferry, namun banyak pula beragam aktifitas yang dilakukan pihak lainnya demi mengenang sekaligus menghormati Chrisye yang banyak berjasa mewarnai dunia musik Indonesia.

Alberthiene Endah menulis buku bioggrafi berjudul “Chrisye: Sebuah Memoar Musikal” yang diterbitkan pada Februari 2007. Penulis yang sama juga kembali menulis buku bertajuk “The Last Words of Chrisye” yang diterbitkan di tahun 2010.

Dibidang seni pertunjukan, beragam konser musik dan seni juga pernah dihelat untuk mengenang kembali karya karya Chrisye. Ditahun 2009 ada konser bertajuk “Classic Chrisye” yang dipersembahkan Addie MS bersama Twilite Orchestra dan dihelat di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta.

Konser megah dan spektakuler bertajuk “Chrisye 2012 Kidung Abadi ” persembahan Erwin Gutawa dan Jay Subyakto juga pernah dihelat di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta, pada tahun 2012.

Ditahun 2014 juga ada pertunjukan balet bertajuk “Seberkas Cahaya: A Tribute to Chrisye With Tohpati Orchestra” yang dihelat di Gedung Kesenian Jakarta.

Tak ketinggalan TRANS TV juga pernah mempersembahkan “Konser Melodi Chrisye” pada 16 April 2016.

Lalu Ussy Pieters Choir juga mempersembahkan Konser “3 Dekade Cinta Chrisye” di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat di bulan Agustus 2016.

Dan di tahun lalu, dalam rangka mengenang 10 tahun wafatnya Sang Maestro Chrisye juga  digelar konser bertajuk “CHRISYE The Spirit Continues Music Fest Concert” yang digagas oleh Yanti Chrisye, Rinny Noor, Setyorro serta Seno M. Hardjo dan dihelat di Balai Sarbini pada 29 November 2017.

Yang menjadi spesial, diakhir tahun lalu juga ditayangkan sebuah Film bertajuk “CHRISYE” garapan Rizal Mantovani yang diproduksi MNC Pictures bersama Vito Global Visi.

Melihat antusias beragam aktifitas yang dilakukan oleh para penggemar Chrisye untuk mengenang sekaligus menghormatinya, maka Chrisye memang hadir menjadi sosok penting yang patut di hargai sebagai legenda musik Indonesia.

Seperti yang juga pernah diungkapkan oleh Bang Ferry juga pada suatu kesempatan, Chrisye merupakan asset bangsa yang menjadi sejarah kebanggaan bagi dunia musik Tanah Air. Karenanya, menurut pria kelahiran Jakarta,16 Juni 1961 ini, sudah selayaknya pula bila bangsa ini perlu menghargai dan menghormati peran dan jasa seorang musisi, meski saat ini ia sudah tak ada lagi bersama kita.

Namun apapun adanya, keberadaan Chrisye bagaikan Cahaya, lantunannya  sarat nuansa Cinta dan kharismanya senantiasa menyisakan Kedamaian.

Selamat Jalan Kekasih...Andai Aku Bisa, Kisah Cintaku ingin berjalan Seperti Yang Kau Minta. Puspa Indah Taman Hati bukanlah sekedar Menunggumu, Sendiri dalam Hening namun bagaikan Pelangi seiring Kidung di Malam Pertama yang menawarkan Kemesraan demi Damai Bersamamu.

 

Aku Termenung Di Bawah Mentari

Di Antara Megahnya Alam Ini

Menikmati Indahnya Kasih-Mu

Kurasakan Damainya Hatiku

Sabda-Mu Bagai Air Yang Mengalir

Basahi Panas Terik Di Hatiku

Menerangi Semua Jalanku

Kurasakan Tenteramnya Hatiku

Reff;

Jangan Biarkan Damai Ini Pergi

Jangan Biarkan Semuanya Berlalu

Hanya Pada-Mu Tuhan

Tempatku Berteduh

Dari Semua Kepalsuan Dunia

Bila Ku Jauh Dari Diri-Mu

Akan Kutempuh Semua Perjalanan

Agar Selalu Ada Dekat-Mu

Biar Kurasakan Lembutnya Kasih-Mu

 

Teks : dari beragam sumber & Fajar | Foto: Google.co.id

 

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.