Share

5 Fakta Keraton Yogyakarta, Tempat Tinggal Raja hingga Jadi Pusat Budaya

Novie Fauziah, Jurnalis · Jum'at 01 September 2023 12:03 WIB
https: img.okezone.com content 2023 08 31 406 2874458 5-fakta-keraton-yogyakarta-tempat-tinggal-raja-hingga-jadi-pusat-budaya-iuCr2ZJp9u.JPG Keraton Yogyakarta, DIY (Foto: Andrheana Kharina)

BAGI Anda yang pernah menginjakkan kaki ke Kota Yogyakarta tentu sudah tak asing dengan Keraton Yogyakarta. Rasanya, kurang afdol jika pergi ke Jogja tapi belum mampir ke tempat ini. Sama halnya dengan Jalan Malioboro.

Keraton Yogyakarta ialah salah satu sentra kebudayaan paling populer di Indonesia. Tempat ini adalah bangunan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I.

Berikut sejumlah fakta tentang Keraton Yogyakarta, yang bisa menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya Indonesia;

1. Sejarah singkat

Kala itu, keraton berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan kerabatnya. Akan tetapi saat ini fungsi Keraton beralih menjadi tempat wisata, museum pusat kebudayaan Jawa, hingga sebagai tempat tinggal Sultan.

Mulanya Keraton Yogyakarta berdiri pada 1755, hasil dari Perjanjian Giyanti. Kraton Yogyakarta sebagai cikal bakal keberadaan pemukiman di wilayah Yogyakarta, meninggalkan jejak-jejak sejarah yang masih dapat Anda jumpai sampai saat ini.

Sri Sultan HB X

Sri Sultan HB X di Keraton Yogyakarta (Foto: IG/@kratonjogja)

Selain itu kawasan kraton, dijadikan sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 186/2011 meliputi wilayah dalam benteng Baluwarti (Njeron Benteng), dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan, dan Ngampilan.

Kemudian pada tahun 2017 terbit Peraturan Gubernur nomor 75/2017 yang menggabungkan kawasan cagar budaya Malioboro dan dalam benteng Keraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Keraton, yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak.

2. Berhubungan dengan Malioboro

Tahukah Anda, jika Jalan Malioboro diduga sebagai sumbu filosofis yang menghubungkan Tugu dengan Keraton Yogyakarta.

Secara simbolis garis filosofis tersebut, terwujud dalam simpul-simpul berupa Panggung Krapyak-Kraton Yogyakarta-Tugu Golong Giling yang melambagkan konsep 'sangkan paraning dumadi' atau 'asal' dan tujuan dari adanya 'hidup'.

Jalan Malioboro, Yogyakarta

Kawasan Jalan Malioboro (Foto: IG/@malioboro_insta)

Filosofi dari jalan dari Panggung Krapyak menuju Keraton Yogyakarta menggambarkan perjalanan manusia sejak di dalam kandungan, lahir, beranjak dewasa, menikah hingga memiliki anak (sangkaning dumadi).

Sementara filosofi jalan dari Tugu Golong Giling ke arah selatan, menggambarkan perjalanan manusia ketika hendak menghadap san Khalik (paraning dumadi), meninggalkan alam fana dunia menuju alam baka (akhirat).

Maka secara keseluruhan, arsitektur ini bergaya Joglo, joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

3. Terdiri atas tiga bagian keraton

Terdiri dari tiga bagian yang terdiri dari komplek depan kraton, kompleks inti keraton dan kompleks belakang keraton. Komplek depan keraton terdiri dari Gladhak-Pangurakan (Gerbang Utama), Alun-alun Ler, dan Masjid Gedhe.

Selanjutnya untuk kawasan komplek inti di Keraton Yogyakarta, tersusun dari tujuh rangkaian plataran mulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan, yaitu Pagelaran dan Sitihinggil Lor, Kamandungan Lor, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kamandhungan Kidul, dan Siti Hinggil Kidul. Sedangkan kompleks belakang kraton terdiri dari alun-alun kidul dan plengkung nirbaya.

Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta (Foto: dok. Andi Kamasan)

4. Warisan budaya

Kebudayaan Keraton Yogyakarta merupakan bukti, bahwa Indonesia pernah menggunakan kesultanan sebagai pusat pemerintahannya. Meskipun kini kesultanan sudah tidak berlaku lagi, akan tetapi segala macam tradisi dan budaya kesultanan masih banyak dijalankan di Keraton ini.

Hingga saat ini, Keraton Yogyakarta masih menjadi tempat tinggal Sultan beserta para Abdi Dalemnya. Keseharian sang sultan biasa dihabiskan di istananya ini, serta semua kebiasaan masih tetap sama seperti pendahulunya.

5. Kental arsitektur Jawa

Bila dilihat dari segi bangunannya yaitu menggunakan arsitektur khas budaya Jawa, terdapat balairung-balairung mewah, paviliun yang luas, daun pintu terbuat dari kayu jati juga tebal, di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono.

Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta (Foto: dok. Ratna Dewi)

Menariknya, Keraton Yogyakarta memiliki nilai-nilai sosial-budaya dan religi dalam pendirian maupun pemanfaatannya.

Selain dijadikan sebagai tempat tinggal raja dan museum pusat kebudayaan Jawa, Keraton Yogyakarta pun dijadikan sentra dan kiblat perkembangan budaya Jawa.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini