DAHULU Tari Legong biasanya ditarikan untuk menyambut tamu bangsawan di kerajaan Bali. Namun, ada juga jenis Tari Legong yang ditarikan keliling desa.
Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Maestro Tari Legong, Bulantrisna Djelantik. Menurut wanita kelahiran Deventer, Belanda, 8 September 1947 ini terdapat jenis Tari Legog yang tumbuh di lingkungan masyarakat.
“Ada jenis Legong dari suatu desa yang tidak tumbuh di lingkungan penguasa atau bangsawan daerah, tetapi tumbuh dari rakyat, yaitu di Banjar,” ungkapnya kepada Okezone di Dapoer Ciragil, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Berdasarkan suatu teori, Tari Legong memang berawal dari mimpi seorang Raja I Dewa Agung Made Karna yang bertahta dari 1775 sampai 1825. Dalam mimpinya, sang raja melihat dua penari dengan pakaian gemerlap keemasan turun ke bumi.
Kemudian, sang Raja memanggil dan mengumpulkan guru-guru tari yang sudah handal untuk membuat tarian. Setelah itu, raja meminta kepada para guru-guru tari untuk membuat suatu tarian, maka munculah tarian yang dinamakan Legong.
Oleh karenanya, setelah itu, Tari Legong menjadi sebuah kebanggaan penguasa-penguasa dan kaum bangsawan di Bali. Tetapi, menurut Bulantrisna Djelantik, seiring perkembangan zaman Tari Legong juga hidup di kalangan masyarakat.
“Jadi, masyarakat di desa-desa biasanya membuat Tari Legong untuk ngamen keliling dari satu desa ke desa lainnya,” tutupnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(ren)