Pos-pos oleh togapardede

Wilmar Sitorus /Thio Seng Hap (A Hok)

 

Orang Batak Wilmar Sitorus Orang Kaya Indonesia No.14 versi Forbes

 

Di pentas bisnis nasional, nama kelompok usaha ini mungkin kurang familier. Padahal, Wilmar termasuk perusahaan agrobisnis terbesar di Asia, mulai dari penguasaan lahan, pabrik pengolahan, hingga perdagangannya. Dan, walaupun berbasis di Singapura, sejatinya sebagian besar aktivitas produksinya berada di Indonesia. Di negeri ini, Wilmar memiliki sekitar 48 perusahaan operasional. Salah satunya adalah PT Multimas Nabati Asahan, yang memproduksi minyak goreng bermerek Sania. Pada akhir 2005, kelompok usaha yang resminya bernama Wilmar International Limited ini memiliki total aset US$1,6 miliar, total pendapatan US$4,7 miliar, dan laba bersih US$58 juta.

Lebih dari itu, pendiri Wilmar adalah orang Indonesia bernama Martua Sitorus. Lelaki yang baru berusia 46 tahun ini berasal dari Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ia adalah sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan, Sumatera Utara.

Awalnya Martua berdagang minyak sawit dan kelapa sawit kecil-kecilan di Indonesia dan Singapura. Lama-kelamaan bisnisnya berkembang pesat. Dan, pada 1991 Martua mampu memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 7.100 hektar di Sumatera Utara. Di tahun yang sama pula ia berhasil membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya. Pada 1996 Martua berekspansi ke Malaysia dengan membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di sana.

Tak puas dengan itu, Martua mulai melirik bisnis hilir (produk turunan) yang lebih bernilai tinggi. Pada 1998 Martua untuk pertama kalinya membangun pabrik yang memproduksi specialty fats. Lalu pada tahun 2000 ia juga meluncurkan produk konsumsi minyak goreng bermerek Sania.

Selanjutnya, tahun demi tahun bisnis Martua makin membesar hingga menjadi salah satu perusahaan agrobisnis terbesar di Asia yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Per 31 Desember 2005, Wilmar memiliki total lahan perkebunan kelapa sawit seluas 69.217 hektar, 65 pabrik, tujuh kapal tanker, dan 20.123 karyawan. Wilmar mengekspor produk-produknya ke lebih dari 30 negara. Puncaknya, Martua mencatatkan Wilmar di bursa efek Singapura pada Agustus 2006 dengan kapitalisasi pasar mencapai US$2 miliar.

Berkat keberhasilannya itu, sosok Martua Sitorus juga makin menonjol di pentas bisnis global. Majalah Forbes menempatkan Martua di urutan ke-14 dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia pada 2006. Kekayaan bersihnya ditaksir mencapai US$475 juta. “Palm Oil King”, begitu Forbes menyebut sosok Martua.

Derom Bangun, ketua harian Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), telah mengenal Martua lebih dari 10 tahun lalu. Dan, ia menilai Martua bisa sukses seperti sekarang karena terhitung pengusaha yang berani memasuki wilayah-wilayah bisnis baru. “Ia cukup berani mengambil risiko, sehingga dengan cepat pula ia mendapat peluang,” tuturnya.

Bungaran Saragih juga berpendapat senada. Mantan Menteri Pertanian itu juga telah lama mengenal Martua dan ia melihat Martua sebagai pengusaha muda yang sangat dinamis, banyak ide, dan kreatif. “Namun, ia memang tergolong orang yang low profile atau tak mau menonjol,” nilai guru besar IPB itu.

Seorang kawan baik Martua yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan semula Martua, yang memiliki nama panggilan A Hok, hanya dikenal sebagai pemasok kecil minyak kelapa sawit. “Ia banyak membeli minyak dari perusahaan perkebunan negara dan dijualnya lagi ke luar negeri,” paparnya. Namun, karena Martua yang juga bernama Thio Seng Hap ini memang sangat low profile, tak banyak pihak yang mengetahui kemajuan pesat bisnisnya. “Jadi, kami terkejut juga setelah melihat ia mampu menjadi pebisnis besar,” tuturnya.

Kawan baik Martua itu memperkirakan bisnis Martua bisa cepat membesar karena, selain memang agresif, ia berhasil menangkap peluang terbukanya penjualan minyak kelapa sawit hasil produksi perusahaan-perusahaan perkebunan negara yang sebelumnya, pada masa Orde Baru, hanya dikuasai oleh salah satu grup konglomerasi di Indonesia. Apalagi, karena bersifat ekspor, bisnis Martua tak terganggu oleh krisis moneter 1997. Sumber Warta Ekonomi menyebutkan jika perusahaan besar di Jakarta yang terkena krisis rata-rata harus memotong penghasilan karyawannya sebesar 2,5%, maka karyawan Wilmar justru memperoleh tunjangan krisis sebesar 2,5%.

Bermitra dengan Kuok Khoon Hong
Akan tetapi, Martua Sitorus tak sendirian dalam mengembangkan Wilmar Corporation. Pada akhir 1980-an, ia menjalin kemitraan dagang dengan Kuok Khoon Hong. Pria berusia 57 tahun ini adalah keponakan Robert Kuok, raja bisnis gula dan properti Malaysia. Keduanya sepakat untuk mengembangkan bisnis bersama-sama. Nama Wilmar sendiri disebut-sebut sebenarnya adalah singkatan dari kedua nama mereka, yaitu William, nama panggilan Kuok Khoon Hong, dan Martua Sitorus. Mereka berdua adalah pemilik signifikan Wilmar Holdings Pte Ltd (perusahaan holding Wilmar International Ltd). Keduanya berbagi tugas, Kuok Khoon Hong sebagai chairman & CEO dan Martua sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd.

Keluarga besar Martua Sitorus juga berperan penting dalam mengembangkan Wilmar Corp. Istri (Rosa Taniasuri Ong), saudara laki-laki (Ganda Sitorus), saudara perempuan (Bertha, Mutiara, dan Thio Ida), dan ipar (Suheri Tanoto dan Hendri Saksti) Martua menduduki berbagai posisi kunci di Wilmar Corp. Bahkan, Hendri Saksti diberi kepercayaan menjadi kepala operasional bisnis Wilmar di Indonesia.

Hendri Saksti bukanlah orang baru di bisnis sawit. Presdir PT Cahaya Kalbar Tbk. ini mulai bergabung dengan Wilmar Corp. sebagai manajer cabang operasional bisnis minyak sawit Wilmar di Indonesia dan kemudian diangkat sebagai direktur keuangan operasional Wilmar di Indonesia pada 1996. Darius Na, mantan direktur PT Cahaya Kalbar Tbk., mengungkapkan sebelumnya Hendri juga sempat berkarier di PT Astra Agro Lestari Tbk. Darius menggambarkan sosok Hendri sebagai pebisnis yang cukup tegas dan memiliki visi bisnis untuk selalu berupaya memperbesar kapasitas. “Ia terhitung orang yang mengutamakan jumlah,” ungkapnya.

Kini, bisnis Martua dan Kuok Khoon Hong terus berkembang. Selama sembilan bulan pertama 2006, pendapatan Wilmar Corp. naik 7,8% menjadi US$3,7 miliar dibanding periode yang sama 2005 sebesar US$3,4 miliar. Adapun laba bersihnya selama sembilan bulan pertama 2006 tumbuh 56,4% mencapai US$68,3 juta dibanding periode yang sama 2005 sebesar US$43,6 juta.

Rencana Merger dan Bisnis Biodiesel
Saat ini ada dua isu yang mencuat mengenai Wilmar Corp. Pertama, rencana merger Wilmar dan lini bisnis Kuok Group, milik taipan Robert Kuok, di bidang agrobisnis (PPB Oil Palms Berhad, PGEO Group Sdn. Bhd., dan Kuok Oil & Grains Pte Ltd). Nilai transaksi merger itu mencapai US$2,7 miliar. Merger ini diperkirakan akan menjadikan Wilmar sebagai salah satu dari 15 perusahaan terbesar di bursa efek Singapura berdasarkan nilai kapitalisasi pasarnya. Sebab, merger ini ditaksir akan memberikan potensi kapitalisasi pasar Wilmar sebesar US$7 miliar. Merger ini diperkirakan juga akan menghasilkan kombinasi pendapatan US$10 miliar dan laba bersih US$300 juta selama sembilan bulan pertama 2006.

Sumber Warta Ekonomi menyebutkan langkah merger itu tak lepas dari situasi yang terjadi dalam keluarga taipan Robert Kuok. Konglomerat itu makin berusia lanjut, tetapi ia tidak merasa nyaman menyerahkan lini agrobisnis Kuok Group kepada anak-anaknya sehingga ia menoleh kembali kepada Kuok Khoon Hong, keponakannya. Pada awalnya, sebenarnya Kuok Khoon Hong adalah orang yang juga membesarkan lini agrobisnis Kuok Group. “Akan tetapi, karena ada perbedaan visi, Kuok Khoon Hong memilih keluar dari Kuok Group dan merintis bisnis sendiri bersama Martua Sitorus,” ujarnya. Kuok Khoon Hong mendapatkan pasokan minyak kelapa sawit dari Martua dan ia kemudian mengekspornya ke berbagai negara. “Dari kombinasi inilah embrio Wilmar muncul,” jelasnya.

Kedua, rencana ekspansi Wilmar ke bisnis biodiesel. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung menggebrak dengan membangun tiga pabrik biodiesel yang diagendakan akan selesai dibangun seluruhnya tahun ini. Masing-masing memiliki kapasitas produksi 350.000 ton per tahun sehingga total kapasitasnya mencapai 1,050 juta ton per tahun. Sejauh ini, belum ada pabrik biodiesel milik perusahaan lain di dunia yang memiliki kapasitas produksi sebesar Wilmar. Sebagai tambahan, apabila rencana merger itu terealisasi, maka pabrik biodiesel milik PGEO Group Sdn. Bhd. dengan kapasitas 100.000 ton per tahun akan makin memperkuat bisnis biodiesel Wilmar.

Menurut Alex Umboh, head of legal and corporate affairs Wilmar Corp. di Indonesia, bisnis biodiesel Wilmar sangatlah prospektif karena permintaan sudah banyak. Selain dari dalam negeri sendiri, permintaan juga datang dari Eropa, Cina, dan Amerika Serikat. Wilmar pun telah siap memasoknya. “Di kawasan industri Dumai itu (tempat ketiga pabrik biodiesel Wilmar berada), kami juga telah dilengkapi dengan pelabuhan dalam,” kata Alex. Jadi, Martua kini tak hanya pantas disebut “raja minyak sawit Asia”, tetapi juga layak disebut “raja biodiesel dunia”.

Darah Manusia Ketika Berdoa , Sedih ,Takut, Dan Jatuh Cinta

Sebuah penelitian dilakukan oleh pakar EFT untuk menunjukkan bagaimana kondisi darah manusia disaat normal, sedih, gembira, jatuh cinta dan saat berdoa. EFT itu sendiri apa sih??? Untuk lebih jelasnya silahkan dibaca disini. Oke, kita lanjutkan saja. Pakar EFT tersebut mengambil sampel darah seorang pasien (Rebecca) kemudian memotretnya dengan menggunakan “darkfield microscope” yang dihubungkan dengan monitor komputer. Dan tampaklah perubahan drastis pada darah Rebecca tersebut setiap kali emosinya berubah. Berikut ini adalah foto darah seorang Rebecca sebelum dan sesudah melakukan EFT.

Sebelum melakukan EFT ( sel darah merah menggumpal disebabkan oleh Lectin yang didapat dari alergi ayam & alpukat )

Sesudah melakukan EFT ( sel darah merah menjadi normal kembali )

Kemudian Rebecca melakukan EFT lagi dan mengundang emosi “sedih” dengan cara memikirkan saat-saat sedih sampai dia menangis, lalu sang pakar EFT ( Dr. Felicy) mengambil sampel darahnya lagi.

Kondisi darah saat sedih ( sel darah begerak cepat dan berbentuk air mata ). Lalu Rebecca menggunakan EFT untuk mengundang energi “cinta” untuk memasuki tubuh dan darahnya. Dan seketika darahnya kembali normal, dan sel-sel darah bergerak dengan indah dan timbul substansi yang berkilauan dalam cairan darah.

Kondisi darah saat merasakan cinta : ( sel darah bergerak pelan dan cenderung berkumpul )
Satu kenyataan menarik pada sampel darah saat “sedih” terjadi perubahan seperti pada sampel darah saat “merasakan cinta”. Jadi walaupun darah itu sudah meninggalkan tubuh Rebecca ia tetap masih berhubungan dengan pemiliknya.

Kemudian seorang Rebecca mengundang rasa takut dan memikirkan kejadian menakutkan yang pernah ia alami. Dan sel-sel dalam darahnya bergerak tidak beraturan dengan sangat cepat (ditunjukkan pada gambar dibawah dimana terlihat sel-sel darah saling berjatuhan). Mungkin ini adalah akibat dari produksi adrenalin sebagai reaksi normal atas rasa takut.

Kondisi darah saat merasa

Lalu Rebecca mecoba untuk memikirkan “sifat feminine Tuhan”. Dalam keyakinan agamanya ia sebut “divine mother”, sifat penyayang, penyantun dan pemelihara ( dalam islam disebut sifat “Jamaliah” Allah). Dan memohon kepada-Nya untuk menyalurkan energi feminine itu kedalam tubuh dan darahnya. Saat berdoa tersebut, Rebecca merasakan seperti ini “saya merasakan gelombang energi yang begitu besarnya menyelimuti diri saya, saya sampai menangis bahagia karenanya”, begitu Rebecca tersebut menggambarkan pengalamannya.

Saat sampel darah Rebecca diambil setelah berdoa dan merasakan pengalaman religius itu, kemudian dilihatkan dibawah mikroskop yang dihubungkan dengan komputer, semua yang hadir dilaboratorium itu seketika terdiam dan terpana karena melihat komdisi darah yang sama sekali berbeda dengan yang lain, cairah darahnya sangat cerah, gerakan sel darah sangat tenang seakan bergerak dengan penuh kedamaian, muncul banyak substansi yang berkilauan. Di dalam sel darah terdapat substansi yang bercahaya dan berdenyut seperti denyutan jantung mini.

Kondisi darah saat “berdo’a” (timbul substansi putih berkilauan dan darah bergerak pelan dan sangat teratur)

Suku Batak dengan berbagai perkembangannya

Bangsa Batak

Menurut legenda Batak, sebagian besar orang Batak adalah keturunan dari Si Radja Batak, yang lahir dari keturunan supranatural di Bukit Pusuk, sebuah gunung di tepi barat Danau Toba (Danau Toba). Menurut antropolog, orang Batak adalah Proto-Melayu orang keturunan dari suku-suku gunung neolitik di utara Thailand dan Myanmar (Burma), yang terdesak oleh arus suku-suku Mongolia dan Siam bermigrasi.
Ketika mereka tiba di Sumatra, mereka tidak berlama-lama di pantai tapi berjalan kaki ke pedalaman, membuat pemukiman pertama mereka di sekitar Danau Toba, di mana pegunungan sekitarnya memberikan lapisan pelindung alami. Mereka tinggal di isolasi virtual untuk ribuan tahun. Selama ribuan tahun sering terjadi perselisihan, sehingga terjadi perpecahan dalam kelompok mereka menjadi beberapa kelompok, yang menjadi sub-suku Batak yang tersebar ke Wilayah Aceh sekarang, Sumatra Utara, hingga ke wilayah Sumatra Barat dan Riau, sampai jauh ke pedalaman hutan-hutan Sumatra, hingga ke pulau-pulau kecil sebelah Barat dan Timur Sumatra.
Si Raja Batak sendiri tidaklah diketahui nama sebenarnya. Sepertinya istilah si Raja Batak, hanya sebutan saja untuk menyebutkan seorang pemimpin yang membawa dan memimpin orang-orang Batak Purba pada awal hadirnya orang-orang Batak di tanah Sumatra. Masa kejadian ini diperkirakan sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi.
Tetapi ada peneliti yang mengemukakan teorinya bahwa kehadiran orang-orang Batak Purba datang secara bergelombang. Perjalanan mereka semuanya melalui Formosa, Filipina dan Kalimantan melewati Selat Malaka. Kedatangan pertama pada masa 7000 tahun Sebelum Masehi mendarat di kepulauan-kepulauan di sebelah Barat Sumatra. Kedatangan kedua pada masa 4000 tahun Sebelum Masehi mendarat di pantai sebelah Barat dan terakhir kedatangan ketiga pada masa 2000 tahun Sebelum Masehi ada yang mendarat di pantai sebelah Barat Sumatra dan ada juga yang mendarat di pantai sebelah Timur Sumatra. Pada kedatangan ketiga mereka sempat berinteraksi dengan penduduk lain seperti suku Lubu dan suku Kubu yang lebih dahulu menetap di kawasan tersebut selama ribuan tahun, yang memiliki ras weddoid, suatu ras berbeda dengan orang-orang Batak Purba yang memiliki ras mongoloid. Orang-orang Batak Purba pada masa ini bersifat nomaden dan tidak suka berlama-lama menetap pada satu wilayah, akibatnya mereka tersebar-sebar menjadi kelompok-kelompok kecil dan menyebar hingga ke seluruh pedalaman hutan Sumatra, mulai dari wilayah Aceh hingga sampai ke wilayah Sumatra Selatan.
William Marsden, seorang wisatawan Inggris pada tahun 1783, ketika ia kembali ke London dengan sebuah akun dari kerajaan kanibalisme di pedalaman Sumatera tentang bagaimana suku kanibal di pedalaman bisa memiliki budaya yang sangat maju dan sistem penulisan. Orang Batak menjadi subjek daya tarik sejak saat itu.
pejuang Batak di masa lalu
Orang Batak adalah di antara sukubangsa yang suka perang di Sumatera, bersama dengan penduduk asli Nias, desa mereka terus-menerus berseteru. Mereka begitu curiga satu sama lain (belum lagi orang luar) bahwa mereka tidak membangun atau mempertahankan jalur alami antara desa-desa, atau jembatan konstruksi.
Mereka mempraktekkan kanibalisme ritual di mana daging musuh yang dibunuh atau seseorang, dihukum karena melakukan pelanggaran serius terhadap adat (hukum adat) akan dimakan.
Saat masa sekarang ini, terdapat lebih dari enam juta orang Batak dan memperluas tanah mereka 200 km sebelah utara dan 300 km selatan Danau Toba. 
Mereka dibagi menjadi: 
  • Batak Pakpak, di sebelah utara-barat dari Danau Toba,
  • Batak Dairi, di sebelah utara-barat dari Danau Toba,
  • Batak Karo, di sekitar Berastagi dan Kabanjahe,
  • Batak Simalungun, di sekitar Pematangsiantar;
  • Batak Toba, sekitar Danau Toba,
  • Batak Angkola, ke wilayah selatan dan
  • Batak Mandailing, ke selatan lebih jauh
Di luar suku di atas, masih terdapat di wilayah provinsi Aceh, seperti:
  • Batak Gayo, wilayah Aceh
  • Batak Alas, wilayah Aceh
  • Batak Singkil, wilayah Aceh dan
  • Batak Kluet, wilayah Aceh
Menurut beberapa peneliti, masih terdapat suku Batak di luar suku-suku Batak di atas tadi, yaitu:
  • Batak Rao
  • Batak Padang Lawas 
  • Batak Siladang
  • Batak Pasisi 
 
Selain itu juga ada Batak di Filipina, yaitu suku Batak Palawan, tetapi ini mungkin hanya kesamaan label ‘batak’ dan belum ada penelitian lebih lanjut.
 
Yang agak kontroversial, beberapa peneliti juga sempat mengelompokkan suku-suku di kepulauan sebelah barat Sumatra ke dalam Rumpun Batak, seperti:
  • Simalur:
    – Devayan
    – Sigulai
    – Lekon
    – Haloban
  • Nias
  • Mentawai
  • Enggano
               Rumah suku Nias                  Rumah suku Mentawai
Kelompok suku kepulauan tersebut di atas, diperkirakan memang berasal dari tempat yang sama dengan suku-suku Batak yang lain, tetapi untuk Nias, Mentawai dan Enggano karena terisolasi di tengah-tengah laut, menjadikan budaya yang diusung mereka tidak terpengaruh oleh budaya-budaya dari luar seperti hindu, budha dan islam. Sehingga terlihat sedikit berbeda dengan suku-suku Batak lain, tetapi dari kebiasaan hidup dan tradisi, mereka semua berasal dan berakar dari sumber yang sama.
 
The ‘name’ Batak mulai digunakan secara umum pada abad ke 17. Tetapi pada tahun 77 Masehi, seorang utusan Kaisar Titus bernama Pliny dari Kerajaan Romawi, pada perjalanan mencacah penduduk di seluruh dunia, tiba di pulau Sumatra, dan menyebutkan penduduk di pulau Sumatra sebagai Batta, Battas dan Batech, yang telah memiliki budaya yang maju. Pada saat itu tidak ada istilah Toba, Mandailing, Angkola, Silindung, Samosir, Simalungun, Karo, Pakpak, Dairi, Alas, Gayo dan lain-lain. Pliny hanya menyebutkan bahwa penduduk pulau Sumatra adalah Batta, Battas atau Batech.
Istilah ‘batak’ selama ini dianggap berasal dari istilah Melayu untuk menghina ‘perampok’ atau ‘pemeras’, sementara saran lain adalah bahwa itu adalah sebuah julukan kasar yang diciptakan untuk ‘pemakan babi’ bagi umat Islam. Saat ini sebagian dari masyarakat suku-suku Batak yang telah memeluk agama Islam mulai enggan disebut sebagai “orang Batak”, mereka lebih suka menyebutkan nama suku nya langsung, seperti, “Mandailing”, “Gayo”, “Alas”, “Singkil” dan “Kluet”. Tetapi belakangan sebagian dari masyarakat suku-suku Batak yang Kristen juga mulai meninggalkan istilah ke-‘Batak’-an nya, seperti, “Karo”, “Pakpak” dan “Simalungun”. Sepertinya hanya suku Toba, Humbang, Samosir, Silindung dan Angkola saja yang masih setia dengan embel-embel “Batak” di depan nama sukunya.
Tetapi terlepas dari ‘mengaku’ atau ‘tidak mengaku’ sebagai orang Batak dengan berbagai antiteori, mereka semua tetaplah orang-orang Batak dan berasal dari rumpun yang sama.
 
Orang-orang Batak terutama hidup dengan cara pertanian. Orang Batak yang berhasil dalam bidang pertanian berada di dataran tinggi Karo, yang dipasok untuk Sumatera Utara, serta untuk ekspor. Berbeda dengan orang Minangkabau yang matrilineal, orang Batak memiliki struktur patrilineal paling kaku di Indonesia. Perempuan tidak hanya melakukan semua pekerjaan di sekitar rumah, tetapi juga banyak pekerjaan di ladang. Meskipun ada naskah Batak asli, tidak pernah digunakan untuk merekam peristiwa. Tampaknya telah digunakan hanya oleh imam dan dukun (mistik) pada ramalan dan untuk merekam mantra sihir.
 
Agama dan Mitologi Batak ini telah lama terjepit di antara kubu Islam Aceh dan Sumatera Barat. Batak Karo, khususnya, yang berselisih dengan orang Aceh Islam di utara, yang beberapa kali berusaha untuk mengalahkan dan mengkonversi orang Batak ke Islam.
Yang cukup menarik, setelah bertahun-tahun melakukan perlawanan terhadap Aceh, wilayah Karo dengan mudah ditundukkan oleh Belanda, yang membawa mereka memeluk Kristen.
Mayoritas orang Batak saat ini adalah Kristen Protestan, terutama di bagian utara di sekitar Danau Toba dan Dataran Tinggi Karo, sedangkan Islam dominan di selatan.
Namun, orang Batak kebanyakan masih memasukkan unsur kepercayaan animisme tradisional dan ritual. Kepercayaan tradisional menggabungkan kosmologi, pemujaan leluhur dan roh dan tondi. Tondi adalah konsep jiwa, roh, hakikat individualitas seseorang yang diyakini untuk mengembangkan keyakinan sebelum anak lahir.
Orang Batak menganggap beringin sebagai pohon kehidupan dan berhubungan dengan legenda penciptaan mahakuasa dewa mereka Ompung Mulajadi Na Bolon:
Suatu hari Ompung bersandar santai terhadap pohon beringin besar dan copot sebuah dahan busuk yang jatuh ke laut. Dari cabang ini muncullah ikan dan semua makhluk hidup dari lautan. Tak lama kemudian, dahan lain jatuh ke tanah dan dari jangkrik dikeluarkan, ulat, lipan, kalajengking dan serangga. Cabang pecah menjadi potongan besar yang berubah menjadi harimau, rusa, babi hutan, monyet, burung dan semua binatang hutan. Cabang keempat yang tersebar di dataran menjadi kuda, kerbau, kambing, babi dan semua binatang domestik. Manusia muncul dari telur yang dihasilkan oleh sepasang burung yang baru dibuat, lahir pada puncak gempa kekerasan.
rumah adat batak karo
rumah batak toba
Arsitektur Tradisional rumah Batak yang dibangun di atas panggung satu sampai dua meter dari tanah. Sentuhan akhir bervariasi dari daerah ke daerah, tetapi semua mengikuti pola dasar yang sama. Terbuat dari kayu (slotted dan terikat bersama-sama tanpa kuku) dan beratap dengan serat aren.
Atapnya memiliki cekung, pelana tikungan, dan akhir setiap terbit di titik yang tajam yang, dari sudut tertentu, yang selalu dihiasi dengan tanduk kerbau. Di atas biasanya dihiasi dengan mosaik dan ukiran ular, spiral, kadal dan kepala rakasa lengkap dengan mata bulat.
rumah adat batak pakpak
rumah adat batak gayo
Ruang di bawah struktur utama digunakan untuk membesarkan hewan ternak seperti sapi, babi dan kambing. Tempat tinggal, atau bagian tengah, besar dan terbuka tanpa dinding dalam tetap dan sering dihuni oleh keluarga sampai selusin. Daerah ini biasanya dibelah oleh tikar rotan yang dibentangkan agar memberikan privasi parsial. Sebuah desa tradisional terdiri dari sejumlah rumah tersebut, mirip dengan desa-desa orang Toraja dari Sulawesi Tengah.
rumah adat Batak Simalungun
rumah adat Batak Angkola
Ada banyak desa-desa tradisional menarik di sekitar Berastagi. Rumah-rumah memiliki atap yang sangat tinggi dan jauh lebih besar dari rumah orang dari Batak Toba. Sebuah desa Toba tradisional (huta) selalu dikelilingi oleh parit dan pohon bambu untuk melindungi desa dari serangan. Rumah-rumah di desa yang berbaris ke kiri dan kanan rumah raja. Di depan rumah adalah garis lumbung beras, digunakan untuk menyimpan hasil panen. Bahkan saat ini, jika anda berjalan sekitar Pulau Samosir, anda masih dapat melihat bagaimana desa-desa yang dirancang dengan pertahanan dengan pikiran yang matang.
Pengaruh budaya Hindu juga ada pada orang Batak jelas dalam budidaya padi sawah, jenis rumah, catur, kapas dan bahkan jenis roda berputar, serta beberapa istilah dalam bahasa Batak, seperti “raja”, “mangaraja” dan “debata”.
sigalegale
Sebuah tradisi murni Batak adalah tarian patung hidup ‘sigalegale’, yang dilakukan setelah upacara pemakaman, tapi sekarang lebih sering merupakan bagian dari upacara pernikahan. Patung hidup, ukiran dari kayu pohon beringin, adalah rupa seukuran seorang pemuda Batak. Hal ini mengenakan kostum tradisional sorban merah, kemeja longgar dan sarung biru. Sebuah ulos merah (sepotong kain persegi panjang tradisional digunakan untuk membungkus bayi bulat atau sekitar pengantin untuk memberkati mereka dengan kesuburan, persatuan dan harmoni) yang disampirkan di bahu.
Sigalegale ini berdiri di atas kotak kayu panjang, di mana tali yang berulir dan dioperasikan seperti katrol untuk memanipulasi gerakan anggota badannya. Hal ini memungkinkan operator untuk membuat tarian sigalegale musik diiringi seruling dan drum. Dalam beberapa penampilan pertunjukan sigalegale yang sedang menangis atau sedang merokok. Lidahnya dapat dibuat untuk menyodok keluar dan kelopak mata yang berkedip. Sigalegale ini sangat mirip dalam penampilan dengan patung ‘tau tau’ dari Tana Toraja di Sulawesi, meskipun tau-tau tidak bergerak.
Rumah suku Nias
Satu cerita tentang asal-usul patung hidup sigalegale, penuh kasih tapi punya anak, pasangan yang tinggal di Pulau Samosir. Kehilangan dan kesepian setelah kematian suaminya, sang istri membuat gambar kayu dari dirinya. Setiap kali ia merasa sangat kesepian, dia menyewa seorang dalang untuk membuat tari patung hidup dan dukun untuk berkomunikasi dengan jiwa suaminya melalui sebuah patung.
Kisah lain terjadi bahwa pernah ada seorang raja yang hanya memiliki satu anak, seorang putra. Ketika anaknya meninggal itu raja sudah sedih karena dia tidak memiliki penerus. Untuk mengenang anaknya yang telah tiada, sang raja memerintahkan dibuat patung kayu yang serupa dengannya dan ketika ia pergi untuk melihatnya untuk pertama kali, ia mengundang orang untuk mengambil bagian dalam pesta dansa.
Apa pun asal-usulnya, patung sigalegale segera menjadi bagian dari budaya Batak dan digunakan pada upacara pemakaman untuk menghidupkan kembali jiwa-jiwa orang mati dan untuk berkomunikasi dengan mereka. Milik pribadi almarhum digunakan untuk menghias boneka dan dukun akan mengundang jiwa almarhum untuk memasukkan boneka kayu seperti menari di atas kuburan. Pada akhir tarian, para penduduk desa akan melemparkan tombak dan panah di wayang sementara dukun melakukan upacara untuk mengusir roh jahat. Beberapa hari kemudian dukun akan kembali untuk melakukan upacara lain, kadang-kadang berlangsung 24 jam, untuk mengusir roh jahat lagi.
Menurut cerita dari tua-tua adat di tanah Batak, bahwa pada zaman dahulunya patung sigalegale dibuat penuh dengan ruas-ruas mengikuti bentuk struktur tulang-tulang pada manusia, dan setiap satu ruas patung dimasuki oleh satu roh jiwa orang mati, sehingga dalam patung sigalegale akan berisi beratus-ratus roh yang dapat menggerakkan setiap ruas sigalegale, dan patung sigalegale akan bergerak dan menari dengan sendirinya mengikuti alunan musik Batak, tidak seperti patung sigalegale yang sekarang, dikendalikan dengan tali dari belakang layar.
Seni dan kerajinan tradisional orang Batak adalah perajin logam terampil dan pengukir, bahan lain yang mereka gunakan adalah kerang, kulit, tulang dan tanduk. Mereka menghias pekerjaan mereka dengan simbol kesuburan, tanda-tanda ajaib dan hewan.
Salah satu bentuk yang sangat istimewa seni yang dikembangkan oleh orang Batak Toba adalah buku nujum sihir disebut pustaha. Buku-buku ini terdiri dari bagian paling penting dari sejarah tertulis mereka. Biasanya diukir dari kulit kayu atau bambu, mereka adalah catatan agama penting yang menjelaskan ritual lisan didirikan dan tanggapan dari imam dan pelayat. Selain buku, ada juga yang tertulis di tulang atau bambu dan hiasan dekorasi di setiap dokumen mitos Batak.

Berbagai sumber:

Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013

10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013

Menurut Ethnologue, saat ini ada sekitar 6.912 bahasa yang dituturkan orang di seluruh dunia. 
kartun guru mengajar - un1x projectJumlah ini tentu saja masih diragukan keakuratannya karena tiap hari ada bahasa baru yang mungkin muncul, sebaliknya ada pula bahasa yang punah. Bahasa Indonesia masuk dalam 10 besar bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak di dunia.
Dan Berikut Adalah Daftar10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

1. Bahasa Mandarin
Bahasa Mandarin adalah dialek Bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Cina. Kata “Mandarin”, dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori bahasa Cina lisan. 
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x projectDalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti Putonghua dan Guoyu yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua*. 
2. Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya, dan termasuk rumpun bahasa Jermanik Barat.
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project
Bahasa ini berawal dari kombinasi antara beberapa bahasa lokal yang dipakai oleh orang-orang Norwegia, Denmark, dan Anglo-Saxon dari abad ke-6 sampai 10. Lalu pada tahun 1066 dengan ditaklukkan Inggris oleh William the Conqueror, sang penakluk dari Normandia, Perancis Utara, maka bahasa Inggris dengan sangat intensif mulai dipengaruhi bahasa Latin dan bahasa Perancis.
3. Bahasa Hindi
Bahasa Hindi adalah bahasa resmi di India selain Bahasa Inggris, dan bahasa ini merupakan salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia setelah Bahasa Tionghoa dan Bahasa Inggris.
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project
Bahasa ini merupakan saudara kembar Bahasa Urdu. Bahasa Hindi menjadi bahasa nasional India selain Bahasa Inggris. Disamping itu menjadi bahasa resmi di negara bagian Himachal Pradesh, Delhi, Haryana, Uttar Pradesh, Chandigarh, Bihar, Madhya Pradesh dan Rajashtan. Disamping itu, juga dipakai luas di kota Bombai dan Hyderabad. Sekitar 180 juta orang India menganggap bahasa Hindi sebagai bahasa ibunya, sedangkan 300 juta lainnya menggunakannya sebagai bahasa kedua atau kesekian. 
4. Bahasa Spanyol
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project
Bahasa Spanyol adalah suatu bahasa Iberia-Roman, dan bahasa keempat yang paling banyak digunakan di dunia. Bahasa Spanyol merupakan bahasa pertama bagi sekitar 500 juta orang di dunia, atau bagi 600 juta orang jika termasuk non-penutur asli (menurut perkiraan pada tahun 1999). Mayoritas penutur bahasa Spanyol kebanyakan di Amerika Latin.
5. Bahasa Rusia

10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project
Bahasa Rusia merupakan bahasa terbesar ke-5 dari segi jumlah penuturnya, (setelah bahasa Mandarin, Inggris, Spanyol dan Hindi), dan merupakan bahasa resmi Perserikatan Bangsa Bangsa (selain bahasa Arab, Prancis, Mandarin, Inggris dan Spanyol), dengan jumlah penutur sebanyak 278 juta jiwa, bahasa Rusia dituturkan secara luas di 17 negara di 2 benua dan menempati peringkat ke 5 terbesar setelah bahasa Mandarin, Inggris, Hindi dan Spanyol.
6. Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami.
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project

Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semitik. Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara.

 7. Bahasa Bengali
Bahasa Bengali adalah anak cabang dari Bahasa Indo-Arya. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia, dengan penutur lebih dari 200 juta jiwa yang masing-masing berada di Bangladesh (sekitar 120 juta), India (±70 juta). Di India, Bahasa Bengali dituturkan di negara bagian Bengala Barat, Assam, Tripura hingga Manipur, di samping penutur yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project
Bahasa Bengali dibagi menjadi dua dialek sosial yakni, yang disebut sebagai Shadhu Bhasa (yakni bahasa standar)yang didasarkan pada dialek kota Kolkata, sedangkan Cholit Bhasa adalah bahasa non-standar yang tergantung pada wilayah tutur Bahasa itu sendiri. Di Bangladesh, bahasa Bengali didasarkan pada dialek yang dipakai di kota Dhaka.
 8. Bahasa Portugis
Bahasa Portugis adalah sebuah bahasa Roman yang banyak dituturkan di Portugal, Brasil, Angola, Mozambik, Tanjung Verde, dan Timor Leste. Banyak ahli bahasa yang menganggap bahasa Galisia, bahasa daerah di Galisia, Spanyol, sebenarnya adalah sejenis Portugis yang telah dipengaruhi dengan kuat oleh bahasa Spanyol. Dengan lebih dari 200 juta penutur asli,
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project

Portugis adalah salah satu bahasa yang dituturkan secara luas di dunia dan merupakan bahasa yang paling banyak dituturkan kelima atau keenam di dunia. Bahasa Portugis menjadi bahasa yang paling banyak digunakan di Amerika Selatan karena Brasil, dengan 184 juta penduduknya, membentuk sekitar 51% dari seluruh populasi Amerika Selatan. Bahasa Portugis menyebar ke penjuru dunia pada abad ke-15 dan abad ke-16 saat Portugal menciptakan kerajaan kolonial dan perdagangan pertama dan yang terlama di dunia pada zaman modern (1415–1975), dari Brasil di Amerika hingga Makau di Tiongkok. Hasilnya, bahasa Portugis kini adalah bahasa resmi di beberapa negara dan dituturkan atau dipelajari secara luas sebagai bahasa kedua di banyak negara lainnya. Hingga kini masih terdapat lebih dari 20 macam dialek Portugis. Portugis adalah bahasa minoritas yang penting di Andorra, Luxemburg dan Namibia. Komunitas imigran berbahasa Portugis yang besar terdapat di banyak kota di seluruh dunia, termasuk Paris di Perancis dan Boston, New Bedford (di Massachusetts), Cape Cod, dan Newark (di New Jersey) di Amerika Serikat. Portugis akrab dipanggil A língua de Camões (“Bahasa Camões”, dinamakan menurut Luís de Camões, pengarang Os Lusíadas); A última flor do Lácio (“Bunga terakhir Latium”).

9. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Di Australia saja sudah ada 500 sekolah yang membuka Program Studi Bahasa Indonesia, Di Rusia, terdapat lima pusat studi bahasa Indonesia dan tiga universitas yang memiliki program studi bahasa Indonesia. Di Amerika Serikat, bahasa Indonesia sebagai mata kuliah telah diterapkan di 12 Universitas, Sementara di asia tenggara bahasa indonesia menjadi bahasa ke dua setelah bahasa nasionalnya.
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project
Bahasa Indonesia menduduki peringkat 3 di Asia dan peringkat ke 26 di dunia dalam hal Tata bahasa terumit di dunia. Bahasa Indonesia juga mendunia di dunia maya, wikipedia berbahasa Indonesia telah menduduki peringkat 26 dari 250 wikipedia berbahasa asing di dunia dan peringkat 3 di Asia setelah bahasa Jepang dan Mandarin, selain itu bahasa Indonesia menjadi bahasa ke 3 yang paling banyak digunakan dalam postingan blog di wordpress. Bahasa Jawa menduduki posisi ke-11 bahasa yang terbanyak digunakan dengan jumlah penutur sekitar 84,6 juta orang. Bahasa Sunda menduduki posisi ke-31 dengan jumlah penutur sekitar 34 juta orang. 
Bahasa indonesia sangat berpotensi menjadi bahasa yang besar dan mendunia..Ini dapat di lihat dengan sangat banyaknya negara di dunia yang menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar dan program studi bahasa Indonesia telah diajarkan di universitas di berbagai negara, serta bahasa indonesia juga sangat populer di dunia maya dan sangat berpotensi akan semakin besar. Yang terbaru adalah klub sepak bola terbaik di dunia FC Barcelona telah meluncurkan situs resmi Berbahasa Indonesia, Ini membuktikan bahwa bahasa indonesia sangat populer dan bepotensi mendunia,.tapi sayang banyak anak indonesia yang kurang cinta akan bahasa Indonesia dan lebih suka berbahasa asing yang dibilangnya lebih keren dan gaul..10. Bahasa Perancis
Bahasa Perancis (le français, la langue française) adalah salah satu bahasa paling penting dari kelompok bahasa Roman setelah bahasa Spanyol dan bahasa Portugis. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang paling banyak dituturkan ke-11 di dunia. Hingga tahun 1999, bahasa ini dituturkan oleh lebih dari 77 juta penduduk di dunia sebagai bahasa ibu dan oleh 128 juta jiwa lainnya sebagai bahasa kedua.
10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Di Dunia Tahun 2013 - un1x project

Bahasa Perancis juga dipakai sebagai bahasa resmi atau bahasa pemerintahan oleh beberapa komunitas dan organisasi, seperti Uni Eropa, IOC, PBB, dan FIFA.

 

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit “Atala”

Musibah alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis?

Plato (427 – 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

http://thinkquantum.files.wordpress.com/2009/12/benua-atlantis.jpg

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh. Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil it berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.” Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaula internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.

PARMALIM, ADALAH BAGIAN DARI BUDAYA BATAK

Pendahuluan.

Tulisan ini pertama sekali saya tulis di Togapardede.blogspot.com pada 26 Desember 2008. Untk melengkapi tulisan tersebut say mencoba menjelaskan latar belakang  budaya Parmalim  sbb:

Secara historis, religi Parmalim pertama kali diprakarsai oleh seorang datu bernama Guru Somaliang Pardede (Horsting 1914; Tichelman 1937; Helbig 1935), seorang yang sangat dekat dengan Sisingamangaraja XII (raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja). Menurut beberapa penulis Barat, ajaran ini dijalankan oleh para pengikut Sisingamangaraja (khususnya oleh dua orang pemimpin perangnya, Guru Somaliang dan Raja Mulia Naipospos), dengan tujuan untuk melindungi kepercayaan dan kebudayaan tradisional Batak Toba dari pengaruh Kristen, Islam, dan kolonialis Belanda (Sidjabat 1983:326).

Di dalam kehidupan masa lalunya Somaliang Pardede pernah bertemu dengan Dr. Modigliani—seorang pendeta Katolik, sekaligus juga seorang ahli tumbuhan, berkebangsaan Itali-yang bekerja di tanah Toba sejak 1889 hinga 1891. Hubungan Somaliang dengan orang Aceh pada dasarnya merupakan suatu kolaborasi untuk menghadapi opresi kolonial Belanda di wilayah utara Sumatera. Karena Somaliang telah diasumsikan oleh Belanda sebagai seorang ekstrimis yang berbahaya, ia akhirnya ditangkap dan dibuang ke Pulau Jawa pada tahun 1896. Namun demikian, ajaran Parmalim tetap dipraktekkan oleh murid-murid Somaliang dan pengikutnya yang lain setelah pengasingannya. Tetapi mereka menghadapi opresi yang baru, yakni berbagai tekanan dari misionaris Kristen (Horsting 1914:163).

Tichelman (1937:27-28) menyatakan bahwa terjadinya kontak kebudayaan telah mempengaruhi terbentuknya ajaran Parmalim, dan menghasilkan produk religi ‘sinkretis’ sebagai contoh dapat ditemukan beberapa elemen Katolik di dalamnya, seperti ‘Jahowa’ (Jehovah, nama Tuhan dalam ajaran Katolik), ‘Maria, Yesus’, dan nama-nama orang suci dalam ajaran Katolik. Pengaruh Islam juga terdapat di dalam ajaran tersebut. Nama ‘parmalim’ itu sendiri berasal dari kata ‘malim’, yakni dari kata Melayu ‘malim’ yang berarti “ahli dalam pengetahuan agama’ (dalam bahasa Arab, ‘muallim’). Tidak seperti Tichelman, interpretasi Horsting (1914) terhadap historiografi religi Parmalim sedikit berbeda. Ia menyatakan, religi Parmalim merupakan percampuran (blend) dari ajaran Jahudi, Katolik, Islam dan ajaran Sipelebegu9 . Tuhan mereka adalah Jehowah yang mengirim/menghadirkan Si Singamangaraja untuk menggantikan diriNya. Setelah kematiannya, para pengikut Parmalim percaya bahwa jiwanya mendapat tempat ‘di sisi tangan kanan dari Jahowa’ (Horsting 1914:1963-164; lihat juga Helbig 1935). Pendapat dan pandangan mengenai keberadaan religi Parmalim juga banyak dibicarakan oleh para peneliti penduduk asli Batak Toba sendiri; di antaranya Nurmasita R. Gultom (1990), Bernard Purba (1986); dan Gerfarius Aritonang (1991). Gultom (1990) menyatakan bahwa ‘agama’ tradisional Batak Toba dikombinasikan dalam beberapa organisasi religius yang di antaranya disebut Parmalim, Si Raja Batak, dan kelompok masyarakat tradisional yang tidak memeluk satu pun dari keduanya. Setelah agama Kristen dan Islam masuk ke tanah Batak, sebagian masyarakat menerima dan berpindah ke salah satu dari kedua agama tersebut. Meskipun mereka telah menganut salah satu agama, berbagai konsep berasal dari kepercayaan tradisional tetap dipraktekkan, khususnya pada  masyarakat yang berdiam di pedesaan. Kebanyakan masyarakat menganggap, konsep maupun perilaku tradisional tersebut hanya sebagai ‘adat’. Kenyataannya, sulit untuk membedakan/memisahkan antara ‘adat’ dan ‘religi’ dalam kehidupan orang Batak Toba. Kedua aspek tersebut menyatu di dalam kebudayaan spiritualnya

Parmalim sebagai Kepercayaan:

Agama Kepercayaan yang ada di Indonesia hampir dapat dikatakan tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu, tidak terkecuali agama kepercayaan suku Batak, Sipelebegu, Parbaringin, Parmalim dll. Yang kemudiannya pengembangannya tersentuh dengan pengaruh agama Islam Protestan/katolik.

Sesuai dengan topik bahasan kali ini kita mengkhusukannya pada Agama Parmalim:

Agama ini merupakan sebuah kepercayaan ‘Terhadap Tuhan Yang Maha Esa’ yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Utara sejak dahulukala. “Tuhan Debata Mulajadi Nabolon” adalah pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh “Umat Ugamo Malim” (“Parmalim”).

Awalnya, Parmalim adalah gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno yang terancam disebabkan agama baru yang dibawa oleh Belanda. Gerakan ini lalu menyebar ke tanah Batak menjadi gerakan politik atau ‘Parhudamdam’ yang menyatukan orang Batak menentang Belanda. Gerakan itu muncul sekitar tahun 1883 atau tujuh tahun sebelum kematian Sisingamangaraja XII, dengan pelopornya Guru Somalaing Pardede.

Menurut Profesor Dr Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa, USA, mengatakan, Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun Parmalin melainkan beragama Batak Asli.
“Selama ini banyak kontroversi yang terjadi dimasyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam, bahkan tidak sedikit yang menyebut dia beragama Parmalin yang menurut sebagian orang merupakan agama aslinya orang-orang Batak,” katanya, di Medan, Kamis.
Menurut dia, Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen.
Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII sendiri sudah berada di Dairi dalam pengungsian menghindari serbuan-serbuan dari tentara Belanda.
“Jadi agama Sisingamangaraja XII adalah Batak asli yang usianya jauh lebih tua dari agama Parmalin,” katanya.
Mengenai bukti-bukti yang ditunjukkan dalam stempel Sisingamangaraja XII yang menggunakan aksara campuran Batak Mandailing Angkola, Arab Melayu dan Kawi juga tidak membuktikan bahwa ia telah memeluk agama Islam.
Sebagai seorang yang mengklaim dirinya penguasa di tanah Batak, sudah selayaknya Sisingamangaraja XII memilik sebuah stempel sebagai lambang kebesarannya dan wajar saja jika dia menggunakan aksara Arab Melayu dalam stempelnya kerena saat itu Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pengantar di Sumatera.(ANTARA News
)

Dari pernyataan Prof.Dr.Uli Kozok MA dapat kita ambil suatu kesimpulan, agama Parmalim adalah bagian dari Agama Asli Batak (agama dari Sisingamangaraja), yang awalnya bergerak sebagai gerakan Politik atau Parhudamdam dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede untuk menggalang kekuatan menentang Belanda, kemudian berkembang menjadi benteng untuk mempertahankan adat istiadat Batak yang mulai tertekan dengan agama baru disponsori Belanda yakni Keristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai berkembang menjadi suatu kepercayaan dengan sentuhan sentuhan Islam dan Keristen. Dengan kata lain Agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa yang disebut “Debata Mulajadi Nabolon”.

Oppu Mula Jadi Nabolon dipercaya sebagai pencipta alam semesta yang tak berwujud. Dia mengutus manusia sebagai perantaranya, yaitu Raja Sisingamangaraja, yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi adalah istilah untuk kesucian atau hamalimon serta jasa-jasa sang raja hingga akhir hayat yang tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Dengan begitu, agama Parmalim meyakini Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan Bangsa Batak kepada Debata atau Tuhan.

Ada 3 (tiga ) tokoh yang sangat berperan dalam Agama Parmalim yaitu:

1- Sisingamangaraja XII. 2- Guru Somalaing Pardede. 3-Raja Mulia Naipospos.

1- Sisingamangaraja XII: (Raja Nasiak bagi) adalah tokoh yang diyakini sebagai utusan Mulajadi Na Bolon untuk orang Batak .

 

2- Guru Somalaing Pardede: adalah tokoh karismatik beliau sebagai sebagai tokoh spritual, politik ahli strategi dan beliauselalu nekad melakukan aksi pengorganisasian Hamalimon, Oleh Karenanya Sisingamangaraja XII lebih mempercayainya sebagai penasehat Perang. Disamping itu Guru Somalaing Pardede memiliki wawasan dan ilmu yang luas, oleh karenanya seorang ilmuawan dari Italy bernama Modigliano sangat mengharap bantuan Guru Somalaing Pardede untuk mendampinginya dalam perjalanan nya keliling tapanuli hingga Asahan. Tidak mustahil ilmu dan wawasan Guru Somalaing Pardede bertambah baik dibidang Obat-obatan, dan spritual, perkenalan beliau membuatnya mengenal Maria ibunda Jesus dan Jesus sendiri. Begitu juga sebelumnya beliau lebih dahulu mengenal ke spritualan Islam, menurut DR. L.manik Guru Somalaing pernah menuntut Ilmu perang di Aceh dengan rekomindasi Panglima- Aceh yang diperbantukan pada Sisingamangaraja. Dengan demikian kemungkinan besar Ajaran agama Parmalim yang ditokohi Guru Somalaing Pardede

 

3- Raja Mulia Naipospos: Sebelum menjadi pemimpin Parmalim Huta tinggi, Beliau adalah Raja Parbaringin bius Lagu boti.Raja Mulia memegang teguh peranannya untuk tidak muncul sebagai sosok perlawanan anti kolonial, sehingga lebih didekatkan kepada Missionaris Nommensen di Sigumpar. Ini merupakan pengkaderan secara terselubung agar tidak segera dipatahkan oleh gerakan misi kristen dan penjajah. Dengan Sikap beliau maka Agama Parmalim dapat eksis hingga kini.

 

Jadi Parmalim sebagai Agama monoteis (menurut keyakinan penganutnya) juga mempunyai sekte-sekte Yaitu: Parmalim sekte rasulnya Guru Somalaing berkedudukan di Balige, Parmalim sekte di Huta Tinggi, Laguboti, yang dipimpim Rasul Raja Mulia Naipospos. Sekte dengan Rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea. Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka. Meskipun demikian Sekarang Agama Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi Laguboti adalah Agama Parmalim yang sanagt menonjol.

Dalam melaksanakan ibadah:

Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua aturan Ugamo Malim.
Sejak lahir hingga ajal tiba, seorang “Parmalim” wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan melakukan ritual (doa). Ke-7 aturan tersebut adalah :
1. Martutuaek (kelahiran)
2. Pasahat Tondi (kematian)
3. Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)
4. Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)
5. Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)
6. Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi)
7. Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)
Selain ke-7 aturan wajib di atas, seorang “Parmalim” harus menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya.
Diluar hal tersebut, seorang “Parmalim” juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan binatang liar lainnya, serta binatang yang berdarah.
Tak terasa, malam semakin larut. Waktu terasa sangat singkat saat pak Sirait menjelaskan detail demi detail soal “Parmalim”.

Ritual suci
Tiap tahun ada dua kali ritual besar bagi Umat Parmalim. Pertama, Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada. Ritual ini dilangsungkan saat masuk tahun baru Batak, yaitu di awal Maret. Ritual lainnya bernama Pameleon Bolon atau Sipaha Lima, yang dilangsungkan antara bulan Juni-Juli. Ritual Sipaha Lima dilakukan setiap bulan kelima dalam kalender Batak. Ini dilakukan untuk bersyukur atas panen yang mereka peroleh. Upacara ini juga merupakan upaya untuk menghimpun dana sosial bersama dengan menyisihkan sebagian hasil panen untuk kepentingan warga yang membutuhkan. Misalnya, untuk modal anak muda yang baru menikah, tetapi tidak punya uang atau menyantuni warga yang tidak mampu. Seperti diutarakan Monang Naipospos, Pengurus Pusat Parmalim.

Tempat ibadah Umat Parmalim disebut Bale Pasogit.

Jika melihat fisik bangunan rumah ibadah Parmalim, Bentuk bangunan Bale Pasogit menyerupai gereja pada umumnya. Namun, dilengkapi lapangan yang cukup luas yang digunakan umat Parmalim merayakan hari besar mereka. maka pada atap bangunan terdapat lambang tiga ekor ayam. Lambang Tiga ayam ini punya warna yang berbeda, yaitu hitam lambang kebenaran, putih lambang kesucian dan merah lambang kekuatan atau kekuasaan. merupakan lambang ”partondion” (keimanan). Konon, menurut ajaran Parmalim, ada tiga partondian yang pertama kali diturunkan Debata ke Tanah Batak, yaitu Batara Guru, Debata Sori dan Bala Bulan. Sementara ayam merupakan salah satu hewan persembahan (kurban) kepada Debata.

Saat itulah tari tor-tor digelar sebagai bentuk pemujaan. Tarian itu diiringi Gondang Sabangunan yang merupakan alat musik orang Batak. Tari tor-tor dipercaya sebagai salah satu bentuk persembahan juga.

Ketika upacara berlangsung, laki-laki yang sudah menikah mengenakan sorban di kepala, juga sarung dan selendang Batak, atau ulos. Sementara yang perempuan memakai sarung, juga mengonde rambut mereka. Pujian dan persembahan dilakukan dengan hati suci, atau hamalimon.

Dibawah ini ada beberapa pernyataan dan pengakuan dari Pimpinan Agama Parmalim yang berada di Hutatinggi Lagu Boti Kabupaten Tobasa:

Berdasarkan sejarah, Parmalim Hutatinggi dirintis Raja Mulia Naipospos (wafat 18 Februari 1956). Saat ini Parmalim Hutatinggi dipimpin Raja Marnakkok Naipospos, cucu Raja Mulia Naipospos. Penganut Parmalim Hutatinggi tercatat sekitar 6.000 jiwa (1.500 KK) dan tersebar di 50 komunitas di seluruh Indonesia.
Di Hutatinggi, terdapat kompleks bernama Bale Pasogit (balai asal-asul). Ada empat bangunan berarsitek Batak yang terdapat dalam kompleks itu yakni, Bale Partonggoan (balai doa), Bale Parpitaan (balai sakral), Bale Pangaminan (balai pertemuan), dan Bale Parhobasan (balai pekerjaan dapur). Bagi umat Parmalim, Bale Pasogit merupakan Huta Nabadia (tanah suci). Semua bale ini didesain dengan motof batak yang sarat dengan arti khusus.
Di kompleks itu pula, dua kali dalam setahun, umat Parmalim menggelar upacara keagamaan besar Sihapa Sada (upacara menyambut tahun baru sekaligus memperingati kelahiran para pemimpin spiritual Parmalim) dan Sipaha Lima (upacara syukuran atas rahmat yang diterima dari Raja Mulajadi Nabolon). Dalam upacara syukur Doa dipimpin langsung oleh Raja Marnakkok Naipospos, yaitu ulu panguan atau pemimpin spiritual Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Dalam doanya, Marnakkok Naipospos mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan. Ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.

Beberapa ucapan dan pengakuan Pimpinan Agama Parmalim :

Marnakkok Naipospos: “Samisara itu hari ketujuh bagi orang Batak. Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk selamanya. Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang muda ini bisa bingung. Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari Sabtu.”

Marnakkok Naipospos: “Inilah balai pasogit. Ini tempat ibadah dan menyembah setiap hari Sabtu. Seluruh warga masuk ke rumah ini. Kira kira 1 jam kita beribadah, tergantung jemaat yang akan memberikan wejangan. Karena mereka secara sukarela memberikan wejangan kepada jemaat lain.”

Monang Naipospos: “Jadi Sipaha Sada inilah bulan pertama inilah tahun tanggal pertamanya, ini lah tahun baru orang Batak. Karena pada pertengahan bulan itu adalah bulan penuh di atas, bulan purnama, jadi pada saat itulah kita melakukan persembahan kepada mula jadi nabolon.”

Monang Naipospos: “Jadi tor-tor itu juga persembahan, karena total gerak kita harus sadar karena untuk persembahan, sehingga gerakannya harus hati-hati, karena gerakan tor-tor Parmalim bukan hiburan.”

Monang Naipospos – Pengurus Parmalim Hutatinggi

Monang Naipospos: “Sejak raja Batak, sudah mengenal yang menciptakannya. Makanya semua orang Batak tahu, bahwa yang menciptakan semua ini adalah Raja Mula Na bolon. Nah, ajaran ajaran ini disebut dengan kesucian atau hamalimon.”

Begitulah umat Ugamo Malim dalam melaksanakan ritual suci mereka. Tapi pelaksanaan ritual ini tak melulu bisa berlangsung dalam damai. Masih banyak penganut Parmalim yang mendapat diskriminasi, bahkan di Tanah Batak, tanah kelahiran agama Parmalim ini. Monang Naipospos, pengurus Pusat Parmalim:

Monang Naipospos: “Begitu datang agama Kristen, cara-cara ibadah hamolimun menjadi tersingkir, mereka mulai menganggap bahwa hamalimun adalah animisme. Bahkan Belanda mensyaratkan bagi masyarakat yang ingin bekerja, sekolah dan bertani, harus terlebih dahulu dibaptis. Akibatnya, umat parmalim inilah yang bertahan tidak mau dibaptis.”

Memaknai upacara sipaha sada
Pada perayaan sipaha sada para penganut ogamo malim datang dari berbagai penjuru yang tersebar di 50-an komunitas dan sekitar 1500 KK. Dari jumlah itu mereka tidak sekedar hadir, tetapi mereka aktif-partisipatif dalam seluruh rangkaian upacara karena mereka meyakini bahwa Bale Pasogit adalah Huta Nabadia (Tanah Suci).
Upacara Sipaha Sada dilaksanakan di dalam ruangan Bale Pasogit, sementara upacara Sipaha Lima diadakan di luar karena teknis pelaksanaannya besar dan berciri kosmis. Menurut Raja Marnangkok Naipospos, pimpinan umum ugamo malim saat ini upacara Sipaha Sada merupakan pembuka tahun dan hari yang baru bagi penganut parmalim Huta Tinggi. “Inti pesta Sipaha Sada ialah menyambut kelahiran dan kedatangan Tuhan Simarimbulu Bosi dan para pengikut setianya yang telah menderita dalam mengembangkan ajaran Ugamo Malim ini,” jelas Raja Marnangkok. Si Marimbulu Bosi bagi penganut parmalim adalah nama Tuhan bangsa Batak.
Menurut generasi ketiga dari keturunan perintis ugamo malim ini setiap aturan yang dilaksanakan di Bale Pasogit harus dihadiri oleh seluruh umat parmalim. Maka tidaklah mengherankan upacara tahun baru parmalim ini sungguh menjadi momen penting sebagaimana hari natal bagi penganut agama Kristen. Untuk itu, dua hari sebelum upacara Sipaha Sada, diadakan juga mangan napaet (makan sesuatu yang pahit) yakni menyantap makanan simbolik untuk mengenang kepahitan dan penderitaan Raja Nasiak Bagi, sang penebus mereka. Bahan-bahan makanan tersebut merupakan paduan antara daun pepaya muda, cabe, garam, dan nangka muda yang ditumbuk dengan halus. Ritus mangan napaet berlangsung sebagai pembuka dan penutup puasa yang mencapai waktu sampai 24 jam.
Itulah bagi penganut parmalim sebagai bulan permenungan, pertobatan dan bulan penuh rahmat. “Makna hakikinya, bahwa parmalim pada saat sebelum Sipaha Sada ini sudah melaksanakan upacara pengampunan dosa,” jelas Raja Marnangkok yang sudah mengemban kepemimpinan ugamo malim selama dua puluh lima tahun, sejak 1981.
Dengan demikian bisa dikatakan perayaan Sipaha Sada dapat dianggap sebagai jantung ritus dalam upacara keagamaan Parmalim Huta Tinggi. Perayaan itu memuncak dalam tonggo-tonggo (doa-doa) yang dilambungkan pada hari kedua. Ritus itu berlangsung selama lima jam, mulai jam dua belas siang hingga pukul lima sore. Upacara religius itu diselang-selingi oleh tonggo-tonggo, dengan iringan ritmis musik tradisional gondang hasapi, tortor, dan penyampaian persembahan.
Satu hal yang menarik ialah bahwa mereka tetap mempertahankan aturan-aturan ni panortoran. Sesuai dengan catatan Thomson Hs, seorang penyair dan penggiat budaya Batak Toba dan praktek pelaksanaan upacara religius Sipaha Sada baru-baru ini ada sepuluh jenjang doa yang disampaikan.
Dan setiap doa disertai dengan iringan musik tradisional Batak Toba. Doa-doa tersebut ialah:
1. Doa untuk Mulajadi Nabolon, Tuhan Pencipta langit dan bumi.
2. Doa untuk Debata Natolu, (Batara Guru, Debata sori, dan Bala Bulan).
3. Doa untuk Siboru Deak Parujar, yang memberi sumber pengetahuan dan keturunan.
4. Doa untuk Naga Padoha Niaji, penguasa di dalam tanah.
5. Doa untuk Saniang Naga Laut, penguasa air dan kesuburan
6. Doa untuk Raja Uti yang diutus Tuhan sebagai perantara pertama bagi manusia (Batak).
7. Doa untuk Tuhan Simarimbulu Bosi yang hari kelahirannya sekaligus menjadi momentum perayaan Sipaha Sada.
8. Doa untuk Raja Naopat Puluh Opat yakni semua nabi yang diutus Tuhan kepada bangsa-bangsa melalui agama-agama tertentu, termasuk Sisingamangaraja yang diutus bagi orang Batak.
9. Doa untuk Raja Sisingamangaraja, raja yang pernah bertahta di negeri Bakkara.
10. Doa untuk Raja Nasiak Bagi, yang dianggap sebagai penyamaran atau inkarnasi Raja Sisingamangaraja. Pseudonominya biasa disebut Patuan Raja Malim.
Jadi, secara “teologis” bisa dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon. Usai doa-doa itu dipanjatkan dilanjutkanlah “kotbah” atau renungan yang disampaikan oleh pimpinan, Raja Marnangkok Naipospos. Kemudian mereka manortor secara bergiliran mulai dari keluarga Raja sampai naposo bulung (muda-mudi).

Kesimpulan tentang Agama Parmalim:
1. Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal)
2. Tempat Ibadah: Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan
3. Kita Suci: Tumbaga Holing
4. Pembawa Agama/Tokoh Spiritual: Raja Uti
5. Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta Monyet
6. Hari Suci: Sabtu
7. Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun Batak
Sandaran Teologis
Filosofi Teologis dalam pemahaman Parmalim adalah tentang sebuah eksistensi. Eksistensi manusia harus didasarkan pada komunikasi pada alam. Tanpa itu keseimbangan tidak dapat dipertahankan. Salah satu ujud dari komunikasi kepada alam akan membentuk penyadaran diri sebagai makhluk yang lemah.
Kegulauan dalam pikiran yang menimbulkan pertanyaan dalam diri akan mendapat jawaban dari diri itu sendiri, sebagai sebab akibat, bahwa segala sesuatu itu ada karena ada yang mengadakannya atau yang membuatnya ada.
Siapa yang mengadakan sesuatu itu tidak dapat dijelaskan dengan alam pikiran manusia. Tetapi ada suatu kuasa. Kuasa yang Maha Besar dan agug yang tidak dapat dibandingkan.
Tuhan
Ugamo malim menyebut kuasa itu adalah Mulajadi na Bolon. Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula dan tidak berujung.
Keberadaannya adalah kekal untuk selama-lamanya. Keberadaan Mulajadi Nabolon itu dalam ajaran malim dapat dipahami dari tonggo-tonggo atau ayat-ayat doa berikut ini;
Ompung Mulajadi nabolon


Ho do namanjadihon langit na manjadihon tano
Namanjadihon saluhut nasa naadong
Ho do namanjadihon jolma umbahen naadong
Na manjadihon harajaon asa adong
Margomgom di toru ni langitmu, di atas ni tano on
Dijadihon ho do tondim jadi anakmu
Ima Raja Nasiakbagi
Margomgom hami di ruma hamalimon mi
Parajar si oloan jala marmeme si bonduton
Ajarna i do nahuoloi hami
Mamena i do na huparngoluhon hami
Umbahen ro hami saluhut ginomgom ni tondina
Sian holang-holang ni dosa nauanu on
Marluhut si pangantaran ni bale parpitaan
Dohot bale partonggoan
Marsomba mardaulat tu ho
Marhite lapir ni tangan nami marsomba
Timpul ni daupa dohot pangurason
Indahan na las
Dengke ni lean
Pira ni ambalungan
Manuk lahi bini
Hambing puti si tompion
Teori-teori teologis yang dimengerti dalam ayat-ayat tersebut adalah bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Dia dapat dihubungi dan dijumpai hanya dalam alam spiritual. Teori ini mengatakan bahwa dia dapat disembah dengan sesaji. Dapat dipuji dalam kehidupan yang lebih mendalam dari kehidupan manusia.
Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.
Keberadaan kuasa Mulajadi Nabolon menurut ugamo malim terpencar dalam wujud Debata Natolu, Debata Na Tolu adalah wujud kuasa dari tiga fungsi kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
8- Agama Parmalim adalah Kepercayaan Asli Batak dan bagian dari budaya Batak.

Untuk sementara ini kita cukupkan dahulu ulasan tentang Parmalim, selanjutnya akan mengulas tokoh-tokoh spritual Batak,- TH.P

REVOLUSI SOSIAL DI SUMATERA TIMUR (1)

Revolusi sosial ini bermula pada 3Maret/Mach 1946 malam di Brastagi, dengan PKI, Pesindo dan PNI yang mayoritas orang Jawa menangkap 17 Raja Urung dan Sibayak serta mengasingkan mereka keAceh Tengah. Raja Panai serta keluarganya juga ditangkap dan dijarah hartanya,Bangsawan serta Datok Tumenggung di Penggal Kepalanya.

Raja Raya dibunuh,disembelih di jembatan besar. Raja Purba dan Raja Silimakuta dilindungi TKR(Tentara Keamanan Rakyat), tapi rumah dan ahli keluarganya tak lepas darihajaran PKI dan Pesindo, semua di bunuh, ada yang di bakar hidup-hidup dan adayang di Penggal kepalanya . 

Sultan Sya’ibun Abdul Jalil Rahmat Syah bin Muhammad Husin II. Beliau satu satunya Keturunan Sultan Asahan yang selamat dari Revolusi Sosial, Sultan Su’ibun selamat dan menyerahkan diri kepada Pemerintah Republik Indonesia di Pematang Siantar. Beliau mangkat 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Masjid Raya Tanjung Balai.

Begitu juga nasib Kesultanan Melayu Asahan.Semua ahli keluarga dan harta benda Kesultanan Melayu Asahan dibunuh, dipenggal dan ditikam di luar istana. Sultan Asahan berjaya selamat, beliauberlindung pada sebuah pos tentara Jepang/Jepun. Ahli laskar PersatoeanPerdjoeangan (PP), yang ditubuhkan oleh Tan Malaka, dan Persatuan Ulama SeluruhAceh (PUSA) menyerang istana Sultan Melayu Deli, Istana di tembak, tapi Sultanberjaya selamat. Mereka mengambil alih ladang minyak dan kebun karet/getah.Tapi Inggris melancarkan serangan dan memporak porandakan pendukung republik.

Lima kedatukan Melayu Labuan Batu jugadiserang. Sultan Kualuh hilang, mungkin beliau di seksa dan di bunuh lepas tujasadnya dibuang ke sungai. Tengku Hasnan, Tengku Long, serta seluruhkeluarganya dipenggal kepalanya. 

Istana Sultan Melayu Deli dilindungi olehpasukan Inggris, sehingga banyak ahli keluarga sultan selamat, tapi Bangsawan,datuk, wan dan warga Melayu deli di luar istana Banyak di Bunuh. Sultan MelayuSerdang dan Kerapatan Istana lain hanya ditahan di istananya di Perbaungandalam keadaan baik. Karena Sultan Serdang dipandang lebih berpihak padaRepublik sejak awalnya, sehingga banyak orang yang melindungi dan menjagaIstananya.

 

Pangeran Tengku Kamil, Ahli Keluarga Kesultanan Langkat.

Beliau wafat setelah di tebas parang kepalanya

Sementara itu, Sultan Melayu Langkat tidakmeminta perlindungan Sekutu maupun Jepang/Jepun karena ada jaminan dari dr. M.Amir Syarifuddin, Wakil Gubernur Sumatera Utara. tapi, ternyata pasukan Pesindomenangkapi 21 orang ahli istana, termasuk Tengku Amir Hamzah, Pahlawan danPujangga Negara. Istana Sultan Langkat baik yang di Tanjung Pura maupun yang dikota Binjai diserbu dan dirompak, Bangsawan-bangsawan Langkat ditangkap dansebagian besar dibunuh dengan kejam termasuk pujangga besar Tengku Amir Hamzah,puteri-puteri Sultan Langkat diperkosa.dirogol dan yang lebih memilukan lagiperkosaan/perogolan di depan mata ayahanda , sang Sultan Langkat, dan putramahkota yang masih belia hilang tak tau rimbanya hingga kini, ini dilakukanoleh Marwan dan kawan-kawannya, mereka dari PKI. hampir seluruh Tengku, Datuk,Wan dan semua ahli Istana mati di bunuh.. Kesultanan Melayu Langkat yang palingbanyak mati di bunuh PKI dan Pesindo.

Revolusi Sosial di kesultanan Langkat 9 maret 1946

Laskar kesultanan Langkat

 

ISTANA SULTAN MELAYU LANGKAT DI TANJUNGPURA LANGKAT – SUMATERA UTARA. Istana ini dibakar pada Revolusi Sosial pada Maret 1946. Tampak Keramaian dalam perayaan dimasa kesultanan. Orang-Orang Besar Istana, Pengawal dan Masyarakat memenuhi halaman istana. Tampak Payung-payung tanda kebesaran

Tengku-tengku di Asahan yang laki-laki semua dibunuh termasuk isteri Tengku Musa dan anaknya.

Begitu juga raja raja Simalungun, Mandailing dan Tanah Karo. Bahkan yang lebih ganas lagi pembantaian di Simalungun. Pembunuhan terhadap kaum bangsawan terjadi secara massal, ada juga yang di benamkan di Laut, kepalanya dipotong,

di kubur hidup-hidup dan berbagai pembunuhan sadis lainnya, di lakukan oleh massa dari PKI. Bahkan ada juga kaum

melayu bukan bangsawan mati dibantai. yang paling mengerikan pembantaian Raja-raja Simalungun Oleh Barisan

Harimau Liar (BHL).

Raja Muda Tanoh Jawa Tuan Omsah Sinaga dan saudaranya raja Tanoh Jawa Tuan Kaliamsyah Sinaga selamat dari

penculikan BHL (Barisan Harimau Liar) dan mereka tinggal di Pematangsiantar. Tetapi saudaranya Tuan Dolog Panribuan

Tuan Mintahain Sinaga dan puteranya raja muda Tuan Hormajawa Sinaga (ayah Mayor Jatiman Sinaga) tewas dibunuh

BHL beberapa bulan kemudian, yaitu 16 Agustus 1946. Menurut Killian Lumbantobing, mayatnya dicincang dan

dicampur dengan daging kerbau serta disuguhkan untuk santapan pasukan BHL. Menurut Tuan Gindo Hilton Sinaga

masih banyak korban revolusi sosial di Tanoh Jawa yang masih belum terungkap.

Istana Kesultanan Asahan

Revolusi sosial menghasilkan begitu banyak pembunuhan, pembantaian, dan kekacauan. Seorang menteri dari kalangan

republikan yang tak punya portofolio dan wakil gubernur Sumatera, yang berasal dari luar Sumatera, justru bertindak

sebagai promotor. Selama terjadinya revolusi sosial, ratusan orang-orang penting dan intelektual Sumatra Timur dibantai

dengan cara mengerikan. Kekacauan dan penjarahan meledak. Ratusan pribumi ditangkap dan dijebloskan di kamp-kamp,

betapapun selama lebih dari satu tahun penyelidikan yuridis telah membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Sebuah

dokumen Belanda memperkirakan bahwa revolusi sosial ’46 ini menelan korban pembunuhan sebanyak 1200 orang

di Asahan. Belum lagi terhitung di daerah lainnya.

Pribumi mulai menyaksikan banyak penduduk hidup dalam kemiskinan dan menderita kelaparan justru di wilayah yang

begitu kaya. Itulah mengapa orang Sumatera Timur, sesuai dengan prinsip dan kesadaran, sebagaimana yang ditetapkan

dalam perjanjian Linggarjati, menginginkan kemerdekaan.

Kondisi kaum masyarakat Melayu,Karo dan Simalungun yang mengenaskan, kecemasan orang-orang China dan India,

serta orang-orang Indonesia yang kelaparan dan merasa kecewa akibat Republik, sentimen negatif kepada orang Jawa,

Ambon, Aceh dan Batak Toba mulai banyak terlihat. Mulailah mereka membenci kaum pendatang atau disebut orang luar,

dan dimulailah pembentukan Negara Tandingan, Negara yang lepas dari Jawa dan Batak (Tapanuli) , terbentuklah Negara

Sumatera Timur.

Tidak berapa lama setelah pergantian Kapten Tengku Nurdin, penggantinya yang baru di Batalion III , menangkap semua

kaum bangsawan Melayu di beberapa daerah termasuk perempuan dan anak-anak ditangkap dan dibawa ke perkampungan (Concentration camp) di Simalungun dan Tanah Karo.
Kaum non-pribumi pun tak lepas dari pembantaian, China dan India banyak menjadi korban keganasan Revolusi Sosial.

Kaum bangsawan dinista dan dicacimaki sebagai orang bodoh dan pemalas serta berada di dalam kemiskinan dan tidak

mendapat bantuan Negara dan di negerinya sendiri.

Dua generasi orang Melayu hampir kehilangan identitas mereka. Mereka takut mengaku Melayu, takut memakai baju

teluk belanga dan menambah gelar marga Batak di depan namanya supaya boleh masuk sekolah atau diterima di kantor

pemerintahan. Mereka menghilangkan gelar Tengku, Wan, OK dan Datuk karena takut dicaci sebagai feodal,

bahkan kaum Melayu yang bukan bangsawan tetapi bekerja dengan para Sultan dan Tengku pun tak luput.

Banyak dari mereka pergi hijrah ke Semenanjung Malaya, terutama di Kedah dan Perak karena masih erat hubungan

kekerabatan. sebagian pergi ke Belanda.

Amir Syarifuddin langsung dikirim ke Medan untuk secepatnya mempelajari laporan dan mengatasi keadaan mendesak

agar tidak menimbulkan citra buruk terhadap eksistensi Indonesia secara nasional. Pimpinan TKR, Ahmad Tahir,

mengambil alih pemerintahan untuk mengatasi suasana. Namun, ratusan “Tengku” telah terlanjur tinggal nama

di Sumatera Timur, mati terpenggal dan hangus terbakar.

Kontroversi : kalau kita baca di buku buku sejarah maupun wikipedia, tentunya kita baca kalau penyebab revolusi sosial

di akibatkan oleh Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja dan kaum

feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia. Betul kah ?? mungkin ada betulnya,

karna siapa sih yang gak mau kekuasaan ?? tapi ada juga tidak betulnya… kalau di tanya kepada masyarakat melayu

di pesisir timur sumatera utara, mereka menjawab ;

“Tiadalah sultan berbuat silap, daulat sultan mempertahankan kedaulatan melayu , dan itu memanglah lah tugasnya, begitu

juga raja-raja (sumatera timur) lainnya, tapi tak semua kaum yang berakyat di negerinya adalah rakyatnya, adakah daulat

melayu tampak sekarang ??”

bersambung…………………

Tata Cara Pelaksanaan Adat Batak (14)

Maka Haha dolipun berkata:

” Hamu Raja nami Raja ni hulahula, na patut do nian na pinangido muna I, ai tutu do na mora hian do hami nahinan, alai nuaeng ndang na tarpangasahon be I, nunga songon ni dok ni umpasa:

  • Ndang tardanggur be na gantung di dolok ni sipakpahi;

     Ndang taringot be na dung songon bongka siapari.

Nda na so malo hami huhut Raja nami mandok na godang, alai ndang tarpatupa songon nidok ni umpasa:

  • Niluluan tandok, hape dapot parindahanan;

     Tolap pangan do nianmandok, alai ndang tuk jamaon ni tangan.

Alai tung beha pe pogos nami Raja nami, sai na bahenon nami do sagodang ni na pingadi muna i. On pe Raja nami, taorui ma I saotik. Tabolongkon ma dua nol ni jutai, jadi tabahen ma Rp 10.000,- upa  suhut, Botima Raja nami!“

(artinya:Raja kami Raja ni hulanula, memang pantas apa yang kalian mintak itu, memang kami dahulu adalah orang yang kaya, tetapi sekarang tidak lagi dapat kami anggarkan atau tonjolkan, seperti apa yang dikatakan umpasa:

 

  • Ndang tardanggur be na gantung di dolok ni sipakpahi;

     Ndang taringot be na dung songon bongka siapari.

Bukanlah kami tidak pintar  Raja nami mengatakan yang banyak,  tetapi tidak lagi bisa diadakan seperti apa yang dikatakan umpasa:

  • Niluluan tandok, hape dapot parindahanan;

     Tolap pangan do nianmandok, alai ndang tuk jamaon ni tangan.

Tetapi meskipun kami miskin  Raja nami, kami akan berusaha memenuhi permintaan kalian. Tetapi kurangi sedikit lagi, kita buang saja dua nol dari juta itu, jadi kita buatlah Rp. 10.000,- upa  suhut, Botima Raja nami!“)

 

Pande hata dari pihak Parboru , mengembalikan jawabannya kepada kerabatnya:

”Hamu angka hahaanggi Raja ni hulahula, Raja ni dongan sahuta, aleale, angka pariban dohot angka boru nami, nunga dibege hamu nangkining hupangido sajuta upa  suhut, hape Rp. 10.000 do ninna nasida, jadi tadok be ma pingkiranta taringot tusi, ninna rohangku sian hahadoli ma jolo mandok hata tu parboruonta

(artinya: kalian yang bersaudara Raja ni Hulahula, Raja ni dongan Sahuta, ale-ale, semua pariban dan boru kami, sudah kalian dengar tadi saya mintak satu juta upah suhut , tetapi Rp. 10.000,- kata mereka, sekarang kita katakan lah pendapat tentang itu, namun demikian menurut aku kita mulai dari haha doli  dahulu mengatakan pendapatnya.”)

 

Jawaban dari Haha doli dari Pande hata dari pihak Parboru:

“Hamu Raja ni boru nami, Tung longang do rohangku umbege hata muna, sajuta hupangido hami hape tung so alang do roha muna mandok Rp. 10.000. Aut na so adong di hamu, ba ndada pola diadohonon nami, anggo on tangkas do binoto, godang do di hamu, ai:

  • Barita ni lampedang mardangka bulung bira;

     Barita ni hamoraonmu tarbege do ri di dia.

Angkup ni I, aut na Rp. 700.000, rupani didok hamu umermer dope begeon, ianggo on tung dilongsut hamu do sian punsu ni dolok martimbang manabu turura ni aek Batang toru, alai on do ndada na mohop di hepeng hami, uli ni lagu do na huparsita hami, jadi ba ndang so naung dampor I da, Raja ni boru, oloi hamu ma i,botima”

 

(artinya: Kalian Raja boru  kami, sungguh heran aku mendengar ucapan kalian, sejuta kami minta sungguh tega kalian menawar Rp.10.000. Andai kalian tidak punya kammi mau bilang apa, tetapi kenyataannya kami jelas mengetahui keadaan kalian:

  • Barita ni lampedang mardangka bulung bira;

     Barita ni hamoraonmu tarbege do ri di dia.

Disamping itu ,andaikan kalian menawar Rp.700.000 masih enak didengar, tetapi kalian turunkan dari pucuk gunung Martimbang jatu kelembah aek Batang toru, kami tidaklah gila duit tetapi kami mengharap kerendahan hati kalian, dan saya rasa sudah cukup layak itu, Raja boru kami, kalian setujui sajalah permmintaan kami itu”)

 

Jawaban dari Anggi doli dari pande hata dari pihak paranak:

“Raja nami raja nihulahula, Tung to ho do raja nami hata muna taringot tu pardabu ni pinangidoan muna tu na nidok ni hahadoli nami, alai Raja nami, manomba ma hami dohot jarijari sampulu tu sangap muna. Ndada tois manang leas ni roha nami na mambahen hata na songon i,tung ala ni tarpaksa do hinorhon ni pogos nami, ai boha ma raja nami so tarsonggot iba umbege sisajuta na pinangido muna i, sian dia ma i alapon, sian dia ma i uhalon, jadi tung songon pardabu ni batu ma dokdok tu aek na bagas pe pangorui nami di na pinangidoan muna i, ndada ala ni lea ni roha nami di hamu Raja nami, tongka, tung pogos nami do na mambahen i songon nidok ni umpasa:

  • Madabu ansosoit tu toru ni pansapansa;

     So tung didok hamu hami na tois, hapogoson do na mamaksa.

Alai songon I pe I Raja nami, arga do hata muna di hami, banunga sai dipangido hamu tambana, ba ndada juaon nami i:

  • Mangula ma ma pangula di rura pangaloan;

      Molo mangido hulahula, dae do so oloan.

Ba tinamba ma ba nidok ni hahadoli nami si Rp. 10.000. I, tinamba mai gabe Rp.15.000. asa tamba parsaulian, tamba panggabean di hita saluhutna.Botima, Raja nami”

 

Kemudian Pande hata dari pihak Parboru menawarkan bicara pada anggi dolinya:

”Hamu angka dongan sabutuha, nunga dibege hamu angka hata I, sai songon na mangkolit dope parboruonta sian bariba an, jadi nuaeng hamu anggi doli nami ma jolo mandok hata, dokma!”

 

Kata dari Anggidoli dari pihak parboru:

“Hamu Raja ni parboruon nami , ahu pe tung longang do rohangku umbege hatamuna , ai tung songon panetek ni tuak ni bagot di ari logo do dibahen hamu  sian i manambai i, aha salana pintor duadua ratus ribu tambai hamu.

  • Anak ni Raja do hamu, pinompar ni namora;

      Molo manambai hamu, ba naeng ma umpola.

Ingot hamu huhut hata ni umpasa:

  • Sapala na mardalani, unang holan sahat tu sigalangan;

     Sapala na manambai, ba unang ma diparalangalangan.

Alai  hami pe ndada na so olo padaukkon, ba satonga juta nangkin didok hahadolinami, ba niulahan ma i muse ginotap sattonga. Bahen hamu ma saparopat juta upa suhut, ndada tung so naung nilongsut i tu toru da, raja ni boru, oloi hamu ma i,Botima.“

 
Pande hata dari pihak paranak menawarkan berbicara pada Dongan sahuta:

“Hamu dongan sahuta nami, nunga dibege hau angka pangkataion I sai tong dope maol elekelek on angka hulahulata I, onpe hamu ma jolo mandok hata,dok hamu ma!“

 

Jawaban dari dongan sahuta:

“Mauliate ala dilehon hamu hata I tu hami dongan sahuta muna, ba on do dohonon nami, sai masipaoloan ma hamu na dua bola pihak jala masipauneunean , jala unang antong masipaujatan, ingot hamu nidok ni umpasa:

  • Sambil na tartondong, dapotsa papluan;

     Asa denggan martondong, unang masi pamaluan.

Ba ala sai mangigil dope hamu Raja ni hulahula sian bariba I, ba olat ni na tarbahen sai na oloan nami do sian bariba on songon hata ni umpasa:

  • Lubuk siguragurs, denggan do panjalaan;

      Molo sai mangigil hulahula, olat ni na boi ba tinambaan.

Alai on ma deba nari dohonon nami tu hamu Raja ni hulahula:

  • Sinuan bulu, sibahen na las;

      Sinuan partuturan sibahen na horas.

Asa parhorasan do na umporlu, ndada sinamot, ba asa dapot parhorasan ba taingot ma poda ni angka omputa:

  • Dolok ni pangaloan, hatubuan ni hau horas;

     Halak na masipaoloan, i do na saut horas.

On pe Raja ni hulahula, padauk hamu ma sian I mangoloi elekelek nami, jadi songon na manonganongai di hata I, ba dohononku ma, tabahen ma upa suhut I gok Rp.20.000. asa gok ro par saulian dohot parhorasan di hita luhutna.Botima!”

 

Kata-kata Pande hata  dari pihak paranak menyetujui kata-kata dari dongan tubu nya:

“Ba nunga dibege hamu raja ni hulahula na nidok ni dongan sahuta nami, nda tung so naung ulinon i hata nasidai

Ndang adong be i na sili, ndang adong be na longa;

Nunga be I tung sirsir, nunga be I tung hona.

On pe Raja nami, jalo hamu ma I si Rp.20.000. I botima!”

 

Pande hata pihak Parboru m,enawarkan agar dongan sahutanya menjawab:

“Hamu dongan sahuta nami, nunga dibege hamu hata ni dongan sahuta ni parboruonta sian baribaan, ba hamu ma jolo mandok sa, tung dampor jolo bahen hamu asa dapot songon na tapangido I ,dok hamu ma!”

 

Jawaban dongan sahuta dari parboru:

“Mauliate gabe ma hita jala horas, hami pe ba dohonon nami do hata saotik. Tutu do songon nidok ni dongan sahutani parboruon sian bariba an, ingkon masipaolo oloan do na martondong jala masi paunean.

  • Aek godang. Aek laut;

      Dos ni roha do sibahen nasaut.

Ba angkup nii:

  • Sihingkit sinalenggam;

     Ba sai tapauneune, asa dapot na saut.

On do dohonon nami tu hamu parboruon ni dongan nami sahuta on, saparopat juta do nian hupangido hami sian on, hape Rp. 20.000, do didok hamu upa suhut, jadi tung magodanghu dope sisina i, angkup ni ingot hamu ingkon dos do bahenonta tuatna dohot nangkokna di na masialusan hita, ia hami sian on sai sasatonga hupatuat hami na hupangido hami, hape ianggo hamu ndada songon I , sai maneteknetek do dibahen hamu songon nidok ni anggi doli ni suhut nami nangkin.Ba tiru hamu ma hami antong sian I, jadi molo huorui hami sasatonga sianon, ba ingkon lipat ma nian bahenonmuna manambai sian i. Ba nuaeng dohonondo tu suhut nami dison ba niulahan  ma ginotap muse satonga nari sisaparopat juta nangkin, jadi tabahen ma I Rp. 125.000, upa suhut, ima dampor I jala tabo tu sipareon, ai:

  • Nung disi talina, disi rompuna;

     Nunga disi daina, disi holpuna.

Jadi oloi hamu ma I, botima.”

 

Pande hata pihak Paranak myodorkan pafa pihak borunya untuk menjawa:

“Hamu angka boru nami, nunga dibege hamu sude dalan ni pakataion mandok hata elekelek sian hulahulanta, tung malo ma hamu jo mandok hata I, asa pintor dabu rohani nasida manjalo, dok hamu ma!”

 

Jawaban dari boru ni paranak:

“Hamu Raja nami, raja ni hulahula, aturanna ma i andehon ni hulahula nami dison hata i tu hami ianakkon na,ai:

  • Durung do tutu boru, tomburan hulahula;

      Naingkon do porsanon ni boru, siporsanon ni hulahula.

Jadi dohot pe hami boru nasida ro tu bagasta na marampang na marjual on, ba na laho mangurupi nasida do, alai nunga songon I hapogoson ni hulahula nami on tu hami angka boru nasida, gabe tarpaksa ingkon dohonon hata ni umpasa:

  • Nidurung porapora, ala so ada sibahhut;

     Naeng mangurupi ninna roha, hape soada isi ni hajut.

Alai ahu songon boru, tung mansai sangap do di ahu  hulahula, tarlobilobi songon hamu halhula ni hulahula, manang songon istilah ni aljabar, hulahula pangkat dua, ala ni tu hulahulangku dison ba dohononku ma:tabahen ma upa suhut I gok Rp. 25.000, asa gok parsaulian, gok parhorasan di hita luhutna ba ima hata sian hami boru, botima”

 

Kata-kata dari boru sedikit dikritik oleh Pande hata dari Paranak, meskipun demikian dapat juga dimakluminya:

“Dago amang hela murana i didok hamu na manambai i, ai sagari Rp. 20.000 nangkin dope ndada na niantusan be manang sian dia I pulungon, on pe tambaon muse  dope nimmu hamu Rp. 5000.- nari asa gok Rp. 25.000,- alai hamu do mandok ba tonyu naung rade hian do I dibahen hamu, ai durung do tutu boru, tomburan hulahula. Hamu Raja nami, raja ni hulahula ba nunga ditambai boru nami Rp. 5000,- nari asa gok Rp. 25.000,- upa suhut , ba tolopan nami do i jala hamuma i Raja nami botima.“

 

Pande hata pihak parboru menawarkan agar borunya menjawab:

“Hamu angka boru nami, nunga dibege hamu hata ni parboruonta sian baribaan Rp. 125.000,- do nian tapangido, hape sai tong dope mangkolit nasida, ai holan Rp. 25.000,- upa suhut do didok nasida, nuaeng pe, hamu ma jolo mandok hata.“

 

Kata-kata boru dari suhut parboru:

“Hamu…….(sambil mengatakan marga dari paranak), ala boru ni hulahulanta on do hami, gabe marampara nama hita, jadi ampara nama dohononku tu hamu, jala anggo tu joloan on, sai saut ma na tahata on, alai ianggo di ngombas on, ingkon songon nidok ni umpasa dope:

  • Masi timbaho ma jolo hita, nang so ada na mardai;

     Songon na maralo ma jolo hita, nang pe nian so marbadai.

Ai ingkon kawalon nami dope hulahulanta sadari on, asa unang tartuktuk, unang tarrobung, jadi taringot tu jambar suhut i ampara:

  • Nunga be takira, nunga tabilang;

     Nunga be taida, ba patut ma tatimbangi.

Didok hamu Rp.25.000,- upa suhut, ba pingkir hamu jolo ba beha ma panjamahon ni hulahulata disi?

  • Madabu jarum tu na potpot;

     Ndang diida mata, diida roha.

Laos songoni do nang on nuaeng, on pe ampara manat jolo timbangi hamu, godang ma lehon hamu, ai molo iang hulahula on, ba sangap muna doi, angkup ni i songon sada boru naung leleng ahu di hulahula on, boi do paboaonku tu amparangku burju dohot basa ni hulahulanta on marboru, ndada na loasan ni hulahulanta on ngalian boruna, pintor ulosanna do i, ai so diboto nasida na mangkolit, ima umbahen na mardomu tu nasida hata ni umpasa:

  • Tubu andor ni gadong, jonok tu simarhalosi;

     Holan sahali pe tu nasida hinunti sipanganon, nga pitu hali iba di ulosi.

On pe ampara, so tung mangkolit hamu tu hulahulanta on,Na sinari do hepeng, alai anggo boru ni hulahula on, ndada na tarsari i. Jadi dohononku, ampara bahen ma upa suhut I boho Rp. 100.000,- asa boho ro angka pansamotan dohot parhorasan tu hita tu joloan on, botima.!“

 

Jawaban dari Pande hata dari pihak Paranak:

„Olo ampara, tung na uli do nian nidokmi, jala binoto do nian huhut,na mandanggurhon tu dolok do iba, molo namangalehon tu hulahula, alai songon nidok ni hahadoli nami nangkin, hansit do tangan mandanggurhon na so ada. Alai nidok pe songoni, dison do hulahula nami, nasida ma jolo mandok hata, jala mangihuthon pingkiranku, ba hata ni hulahula nami on ma na songon hata panimpuli sian hami, botima.“

bersambung …………………..15

Tata Cara Pelaksanaan Adat Batak (13)

Kemudian pihak pengantin perempuan membuat konsep pembagian  Jambar yang kurang lebih sebagai berikut:Bagi pihak pengantin laki: Ida bindu”Parjambaran”,

Catatan: Kebiasaannya selalu pihak pengantin laki meminta ditambahi pihak pengantin perempuan Jambar mereka. Dengan dilapisi dengan permohonan „molo tung boi dope antong“, dan biasanya permintaan tersebut dipenuhi.

         Setelah selesai membagi tudutudu ni sipanganon maka dilanjutkan lah membicarakan Mas kawin (marhata si namot).

 

Catatan:

  • „SUHI NI AMPANG NA OPAT“ yakni segi empat sebagai simbol dar empat fungsional penerima mas kawin (sinamot) pada acara menikahkan anak perempuan.

Keempat fungsional tersebut ialah 1- Suhut (orang tua kandung perempuan), 2- sijalo bara/pamarai ( salah seorang abang atau adik kandung ayah si perempuan), 3- Tulang ( saudara laki-laki ibu perempuan), 4- dan Pariban(salah seorang kakak siperempuan yang sudah berumah tangga, kalau tidak ada maka dialihkan pada namborunya atau kakanya dari ayah bersaudara.). diberapa tempat yang disebut suhi ampang na opat tidak termasuk suhut, maka keempat fungsional penerima mas kawin adalah Sijalo Bara, Tulang, Pariban, dan Simandkhon (Salah seorang saudara laki-laki dari perempuan/iboto yang kawin).  

  • Adakalanya dikota dan mungkin juga dibona pasogit,untuk mempersingkat waktu dengan pertimbangan kesiapan pendeta atau tuan kadi (yang menikahkan /mamasumasu), juga Gedong dimana acara pesta dilaksanakan, sepulang dipasu-pasu atau dinikahkan kembali kerumah parboru atau Gedong untuk membicarakan Mas kawin (marhata sinamot), Dengan hasil pembicaraan utusan  marhusip sebagai pedoman.

 

Membicarakan Mas Kawin ( Marhata Sinamot):

 

Pada acara Marhusip telah diketahui ancar-ancar apa dan bagai mana yang diinginkan pihak parboru kepada pande hata masing-masing meskipun demikian pada waktu membicarakan Mas kawain (marhata sinamot) agar Juru bicara mangigil (membujuk) Jambar.

 

Pihak parboru memulai pembicaraan

“Mangkatai ma hita, amang raja ni parboruon nami!

  • Sai jolo ninangnang do ninna asa ninungnung;

     Sai jolo pinangan do asa sinungkun.

Ba nunga hupangan hami antong sipanganon  na di boan muna i.Jagar do hami bosur manganhon indahan na las i, jagar hami sagat manganhon juhut na tabo i, huhut sombu minum tuak tangkasan na tinahumuna i jadi ba:

  • Dia ma nuaeng langkat na, dia ma unokna;

     Dia ma hatana, dia nidokna.

Botima  raja ni anakkon!“

(artinya: Bicaralah kita amang rajani parboruon nami)

  • Sai jolo ninangnang do ninna asa ninungnung;

     Sai jolo pinangan do asa sinungkun.

Sudah kami makan makanan yang kalian bawa , cukup kenyang kami memakan nasi yang panas, cukup puas kami makan daging yang enak, serta meminum tuak asli yang kalian timaba itu.jadi :

  • Dia ma nuaeng langkat na, dia ma unokna;

     Dia ma hatana, dia nidokna.

Jadi begitulah rajani anakkon)

 

Pihak Paranak menjawab:

“Gabe ma jala horas Raja nami, taringot di sipanganon i:

  • Sititi ma sihompa, golanggolang pangarahutna;

     Tung so sadia pe i nuaeng na hupatupa hami i, sai godang ma pinasu na.

Sai manumpak ma tondi muna Raja nami, marhite tangiang muna di hami parboruon muna on, sai lam tamba sinadingan di hami, asa tarpatupa hami dope nian na tumabo sian on laho pasangaphon hamu hulahula nami. Jadi ianggo taringot di lapatan ni sipanganon na sinungkun muna I Raja nami, ba panggabean parhorasan do nidokna Botima da Raja nami”

(artinya: Gabe jala horasma raja nami, tentang makanan tersebut:

  • Sititi ma sihompa, golanggolang pangarahutna;

     Tung so sadia pe i nuaeng na hupatupa hami i, sai godang ma pinasu na.

Semoga kalian memberkahi raja nami, melalui doa kalaian untuk kami parboruon muna, semoga tambah rejeki kami agar dapat kami menyediakan yang lebih enak untuk menghormati kalian hulahula kami.Jadi adapun maksud dari makanan yang kalian tanya raja nami, hanya panggabean dan parhorasan artinya, botima raja nami)

 

Kata Parboru:

”Gabe ma tutu jala horas Raja ni Parboruon nami, sai sahat ma hata na uli hata na denggan nidokmuna I tumpahon ni Tuhanta, sai dapot nian songon hata ni umpasa:

  • Bona ni aek puli dolok ni sitapongan;

     Sai tubu ma di hamu angka na uli, jala sai lam tamba ma pasamotan.

Alai  ale amang Raja ni anakkon, sai marangkup do na uli, sai mardongan do na denggan, jadi tangkas ma paboa laengku hinarohonmuna tu bagasta on.

  • Ranting ni bulu duri jait masijaitan;

     Siangkup ni hata na uli, dia ma nuaeng sitaringotan.

Botima da, Raja ni boru.“

(artinya: Gabe ma tutu jala horas Raja ni Parboruon nami, semoga kata-kata yang baik yang kalian haturkan itu diterima oleh Tuhan kita, mudah-mudahan seperti apa yang dikatakan umpas:

  • Bona ni aek puli dolok ni sitapongan;

     Sai tubu ma di hamu angka na uli, jala sai lam tamba ma pasamotan.

Tetapi wahai raja ni anakkon, marangkup do nauli sai mardongan do na denggan, jadi terus terang saja diberi tahu oleh lae ku apa maksud kedatangan kalian kerumah kami ini:

  • Ranting ni bulu duri jait masijaitan;

     Siangkup ni hata na uli, dia ma nuaeng sitaringotan.

Botima, raja ni boru)

 

Jawab pihak Paranak:

“Olo Raja nami, toho do na nidokmuna i, sai marangkup do na uli sai mardongan do na denggan. Nuaeng pe paboaon nami ma tuhamu siangkup na songon na hundul, sidongan na songon na mardalan, jumolo ma hami Raja nami marsomba ujung dohot jarijari sampulu tu tuamuna dohot sahala muna. Mauliate godang dohonon nami tu hamu hulahula nami na ria majangkon hami di bagasta  na marampang na marjual on, bagas sibaganding tua panjaloan sangap dohot tua. Taringot di na huharhon hami raja nami, na adong do na solot di ateate nami jala na gompang di pusupusu na naeng sombhonon nami tu hami raja nami, alai molo tung adong annon hata na hurang manang na lobi, ba anju hamu hami Raja nami, nanget hami ajari hamu.”

  • Ampapa dolok, tu ampapaga humbang;

      Ba hita do marsogot, laos hita do nang haduan.

Jadi songon on do raja nami, na ro do alualu ni anak nami tu hami songon on: Diuahon patna ibana, ninna tu hutanta nauli on, huhut ma huroha jinoujou dohot hiniaphiap ni rupa na uli dohot parulaon na denggan ni boru ni na gabe, boru ni na maulibulung hulahula nami di huta on. Longang do huhut roha nami umbege hata na, ai ianggo didok roha nami, ndatung leak adong boru ni halak na olo pangkulinganna. Hape Raja nami didok ibana ma tu hami, disi mulak ibana sian hutanta on, jolma na martua do ibana,

  • Pitu ninna lilina, paualu jugianna;

      Na uli do ninna nipina, ai dijangkon pusu umbege I

songon nidok ni umpasa:

  • Tinapu bulung siarum, bahen uram ni porapora;

      Na hansit gabe malum, molo dapot sinangkap ni ro ha.

Nuaneg pe Raja nami ba nunga dipasiat boru munai anak nami i manaek tu bagas, huhut denggan diangkupi mangkatai niadopan ni angka dongan na poso, ba tung asi ma roha muna, Raja nami jangkon hamu ma i anak nami i gabe anak muna. Nian ianggo alani sibahenon do, Raja nami, ndada na barani hami mandapothon hamu, ai tung so adong do na boi pangasangahon nami, alai songoni pe i Raja nami inggo somba ni uhum do, sai na bahenon nami do olat ni natarpatupa hami, jala pos do antong roha nami di hamu, ndada ampe honon muna tu hami na so tarusung hami . Angkup ni i naung boru muna hian do hami, jadi ndada hulinghuling nilangkkophon be hami tu hamu manang imbulu sinuanhon. Ba songon i ma jolo hata nami Taja nami.Botima“.

(artinya : “Baiklah, raja nami, benar apa yang kalian katakan, sai marangkup do na uli sai mardongan do na denggan. Sekarangpun kami beritahukan kepada kalian sebagai teman duduk, kawan yang berjalan, terlebih dahulu kami menyembah dengan jari sepuluh pada tua muna serta sahala muna. Terima kasih banyak kami ucapkan pada Hulahula kami yang lengkap menerima kami dirumah na marampang na marjual on, bagas sibaganding tua panjaloan sangap dohot tua. Tentang kedatangan kami raja nami, karena ada yang masih mengganjal di hati kami dan menyakitkan ulu hati, yang akan kami sembahkan kepada kalian raja nami, tetapi kalau ada kat-kata yang kurang lebih, dimaafkanlah kami wahai raja nami, pelan kalian ajari kami raja nami.

  • Ampapa dolok, tu ampapaga humbang;

      Ba hita do marsogot, laos hita do nang haduan.

Begini raja nami, datang anak kami mengadukan sebagai berikut: dilangkahkan kakinya katanya ke kampung yang indah ini, dipanggil oleh kecantikan dan kelakuan anak perempuan ni na gabe perempuan kesayangan dari hulahula kami dikampung ini, kami sungguh kaget mendengar apa yang dikatakannya itu, kalau perkiraan kami tidak mungkin ada perempuan yang menegornya. Rupanya raja nami dia katakan kepada kami, sewaktu dia pulang dari kampung kita ini bahwa dia seorang yang beruntung:

  • Pitu ninna lilina, paualu jugianna;

      Na uli do ninna nipina, ai dijangkon pusu umbege I

Seperti yang dikatakan umpasa

  • Tinapu bulung siarum, bahen uram ni porapora;

      Na hansit gabe malum, molo dapot sinangkap ni ro ha.

Jadi raja nami sudah dipersilahkan anak perempuan kalian itu anak kami untuk masuk kerumah, serta ditemani berbicara dihadapan teman-temannya. Kami mengharapkan belas kasihan kalian agar dapat menerima anak kami manjadi anak kalian , memang kalau melihat kemampuan kami tidak ada yang dapat kami andalkan, tetapi begitupun raja nami kalau untuk aturan adat kami akan usahakan semampu kami, kami sangat percaya kepada kalian tidak akan kalian bebankan kepada kami yang tidak mungkin kami sanggupi, disamping itu , kami ini boru kalian juga dulu, jadi tidak perlu kami menyembunyikan  sesuatu pada kalian atau bulu yang ditanam, Kira-kira begitulah kata-kata kami raja nami, botima)

 

 Kata-kata dari Parboru :

“Olo amang, Raja ni parboruon nami las do roha nami umbege hata muna i, hami pe antong dipangido rohanami do asa sai domu na marongkap, sai sirang na so marrongkapi. Jadi taringot di bere nami ba nunga na ulinon i.Onpe lae, sai rongkapna sarimatua, ianggo teringot di si boanboan muna lae, laho palashon roha nami on do donon nami:

  • Ndang tuktuhon batu, dakdahan simbora;

     Ndang tuturan datu, ajaran na marroha.

Namalo do hamu, jala sigodang botobotoan, Raja na bisuk Ompu ni parbinotoan, jadi nang didok hamu na so adong be di hamu, bangkona do i di uhum di hata sidohonon.Tangkas do tinanda hamu, ai tutu do na nidok muna i, boru nami hian do hamu, jadi binotop do ndada na paidua hamu di sinadongan, ai

  • Pat ni gaja do tu pat ni hora;

    Anak ni Raja do hamu pahompu ni namora.

Asa hami pe lae, suang do dohonon nami songon nidok ni bere nami i:

  • Pitu lili nami, paualu jugian nami;

     Nauli do nipinami, ai gohan muna ma hajut nami.

On pe lae, Raja ni parboruon , goar laengku ma sian i: piga horbo asa pintor sinuru mamboan tu huta on, piga lombu asa pintor pina masuk tu bara an, piga hoda asa pintor sinuru manangkup bahen hundulan ni angka amanta raja on, piga rantiti mas asa pintor dipasakothon angka inanta on tu par sibonganna, sadia godang ringgit asa pintor pinamasuk tu rumbi na di pangumbari an, botima da lae Rajani boru!“

(artinya: Baiklah, Raja ni parboruon nami kami sangat senang mendengar kata-kata kalian itu begitupun kami mengharapjuga agar bertemu yang berjodoh, dan berpisah yang tidak berjodoh, Jadi mengenai bere kami itu sudah baik, semoga itu menjadi jodohnya hingga hari tua mereka, mengenai apa yang kalian bawa itu untuk menyenangkan hati kami :

  • Ndang tuktuhon batu, dakdahan simbora;

     Ndang tuturan datu, ajaran na marroha.

Kalian memang pintar, dan berpengetahuan,dan berpengetahuan tempat orang bertanya, walaupun kalian mengatakan tidak mempunyai apa-apa lagi, kalian sebenarnya mengenal kalian, memang benar yang kalian katakan bahwa kalian adalah memang boru kami juga, jadi kami tahu kalian bukanlah orang yang tidak berharta

  • Pat ni gaja do tu pat ni hora;

    Anak ni Raja do hamu pahompu ni namora.

 Jadi kami pun lae sama juga mengatakan seperti apa yang dikatakan bere tadi:

  • Pitu lili nami, paualu jugian nami;

     Nauli do nipinami, ai gohan muna ma hajut nami.

Begitupun lae, Raja ni parboruon , coba katakan berapa kerbau yang kalian siapkan agar kami tahu membawanya kekampung kami , dan berapa lembu agar tahu memasukkannya kekandang, berapa pula kuda agar disuruh menangkapnya untuk tunggangan amanta Raja ini dan berapa pula Ringgit/ uang agar dimasukkan ke rumbi na di pangumbari ini, Botima lae raja ni boru)

 

Jawaban dari Paranak:

Raja nami Raja ni Hulahula, Marsomba ujung hami,marsomba huhuasi tu tua dohot tu sahala muna, tutu do Raja nami ianggo ala sangap muna dohot balga ni partubu muna, na patut dohamu manjalo angka na ginoaran muna ondeng, jala tutu do nang na nidok muna taringot tu hamoraon ni da ompung najolo. Torop hian do tutu pinahan ni omputa najolo, alai habis do i sudena tingki masuk Japang tu hutaon, tung adong pe pasipasina nuaeng, ndada na tarhatahon be i, ai mampar do nuaeng sude i di padang bolak, alai ala huboto hami ndada pola guru di sinamot hamu hulahula nami, ido Raja nami umbahen na barani pulut hami mandapothon hamu. On pe Raja nami, sai unang paurak hamu hami di pogos nami on, nunga jolo i huroha pangidoan ni sibarang niba ai:

  • Sai tu ginjang ninna porda, sai tu toru do pambarbaran;

     Sai naeng mamora ninna roha hape ingkon pogos do ninna sibaran.

Ai hami pe nian Raja nami, sai naeng do nian mangalehon na godang, asa iang berengon ni dongan, ai iang do na nialap, iang na tinaruhon songon nidok silindung na uli, alai hansit do Raja nami tangan mandanggurhon na soada.

Onpe Raja nami, tung padauk hamu ma sian i.Buhul hamu ma siboanon nami, alai ingot hamu Raja nami hata ni umpasa:

  • Madekdek ansosoit tongon tu tarumbara;

     Unang dok hamu hami parholit, silehonon do na soada.

Botima Raja nami!”

(artinya: Raja nami Raja ni Hulahula, Marsomba ujung hami,marsomba huhuasi tu tua dohot tu sahala muna, tutu do Raja nami, Kalau melihat kaharisma dan keluarga besar, selayaknyalah kalian memintak apa-apa yang telah kalian ajukan tadi, dan sangat tepat pula apa yang kalian katakan itu tentang kekayaan ompung kami dahulu.  Cukup banyak dahulu ternak ompung tetapi semua sudah habis sewaktu Jepang masuk kekampung, kalaupun ada tinggal sisasia saja lagi, semuanya tidak dapat lagi diceritakan sekarang karena semuanya telah berserak dilapangan luas, tetapi karena kami tahu bahwa kalian Hulahula kami tidak berpedoman semata-mata pada Sinamot (mas kawin), maka kami memeberanikan diri menemui kalian, begitupun  raja nami jangan lah kami dipermalukan kemiskinan kami ini, memang sudah begitu nasib kami.

Sai tu ginjang ninna porda, sai tu toru do pambarbaran;

     Sai naeng mamora ninna roha hape ingkon pogos do ninna sibaran.

Kami pun sebenarnya raja nami, sangat berkeinginan memberikan yang lebih banyak, karena kehormatanlah yang dicari, kehormatan yang diantarkan seperti apa yang dikatakan orang silindung nauli, tetapi sakit raja nami tangan melemparkan yang tidak ada. Begitupun raja nami kami mengharap agar diperlunak, kalian simpanlah apa yang kami bawa itu, tetapi raja nami seperti apa yang dikatakan umpasa:

  • Madekdek ansosoit tongon tu tarumbara;

     Unang dok hamu hami parholit, silehonon do na soada.

Botima Raja nami!”)

 

Kata-kata dari pihak parboru:

“Tangihon hamu ma asa hugoar hami siboanon muna. Sada-sada ma tahatai Jadi tapungka ma sian Jambar suhut, pasahat hamu ma sajuta rupiah jambar suhut, Botima“

(artinya: Kalian dengarlah agara saya paparkan apa yang akan kalian bawa , Satu persatu kita bicarakan, kita mulai dari Jambar Suhut, kalian berikanlah satu juta rupiah untuk jambar suhut, botima)

 

Jawaban dari pihak Paranak:

“Dago Raja nami, pintor tarsonggot do iba dibahen hamu, ba sian dia ma alapon nami na sai godang, alai hudok pe songoni torop do dison angka haha anggi dohot boru nami

 (kemudian dihadapkan pande hatalah dirinya kearah kaum kerabatnya sambil berkata): Hamu angka haha doli dohot anggi doli, nunga di bege hamu hata ni hula hulata na mangido sajuta jambar ni suhut, beha pandokta taringot tusi?Haha doli ma jolo mangalusi!”

(artinya: aduh,  raja nami kami terus kaget kalian buat, dari manalah kami dapat begitu banyak, meskipun begitu, disini ada Haha anggi serta boru kami.(kemudian dihadapkanpande hata dirinya kearah kaum kerabatnya sambil berkata)

Kalian Haha doli serta anggi doli kalian sudah mendengar apa yang dikatakan pihak Hulahula memintak satu juta rupiah jambar suhut, bagaimana pendapat tentang itu, Haha dolilah dahulu memeberi pendapat

bersambung …………….14

Penyebab Putra Batak Banyak Jadi Pengacara

  
 Bagaimana Orang Batak Suka Bisa Lihai Berdebat;
Bukan hal yang baru lagi kalau saat ini kita melihat begitu banyaknya orang Batak yang bergelut di bidang professi pengacara. Bagaimana itu bisa? Sebenarnya kalau kita runut ke belakang, itu adalah hal yang lumrah. Bayangkan, dari dulu nenek moyang orang batak sangat ahli dalam berdebat dengan santun, juga dalam berpantun. Kalau kita mengikuti acara Adat Batak, bisa kita lihat betapa sedang terjadi ‘sengketa’ atau ‘pertempuran’ yang sangat menarik. Tentunya dalam konteks berdebat atau komunikasi adat, orang Batak mengatakan:
Purpar pande dorpi laho padimposhon, sip parmihimihim laho manegai! 
Jadi sehebat apapun perdebatan dalam acara pesta adat Batak, pada akhirnya akan berakhir dengan baik, kita tentunya pernah mendengarkan:
Aek godang tu aek laut, dos ni roha sibahen na saut!
Salah satu sisi positif dari orang Batak adalah tegas dalam bersikap. Uniknya lagi dalam masyarakat Batak, semua adalah Raja! Artinya bila dihubungkan dengan konsep Dalihan Na Tolu, semua dari kita pada posisi Raja. Sering kita mendengarkan cuplikan kalimat:
Anak ni raja do hamuna na ro, suang songoni anak ni raja do hami na didapothon muna! 
Terima kasih sama TUHAN betapa nenek moyang kita dibekali dengan keahlian (anugerah) untuk bertutur kata dan berfikir dengan baik dan sitematis. Dalam kehidupan sehari-hari hal inilah yang membuat Orang Batak itu pantang menyerah, uniknya simak umpasa berikut:
Ale Tuhan talu ma ahu maralohon dongan jala sai pamonang ma ahu maralohon musu!
Kalau kita cermati umpasa di atas, betapa Orang Batak itu sangat berbudi luhur. Tapi kalau kita lihat belakangan ini hal ini sudah hampir punah oleh penyakit yang dinamakan HOTEL: Hosom, Teal, Elat, dan Late, sudah pada stadium yang sangat mengkhawatirkan. Kalau kita runut ke belakang, berdebat dengan pantun atau berpantun dalam bahasa Batak terbagi dalam kategori: Umpasa, Umpama, Salik, Anian, Udoan, Umpama ni Pangandung, dan Umpama ni Ampangardang. Secara ringkas bisa diuraikan lagi sbb.:
1. UMPASA:
Umpasa adalah pantun yang berupa keinginan untuk mencapai sesuatu atau permohonan dalam bentuk Doa. Dan kalau dikaji, pantun itu ada sampirannya, yang dibuat sedemikian. Setiap baris atau kata mengandung makna mendalam dan saling terkait satu sama lain.
Contoh:
  • Bintang ma narumiris, ombun na sumorop Anak pe antong riris, boru pe antong torop
  • Pirma toras ni pongki, Bahul-bahul pansalongan Pirma tondi muna, Tutambana pangomoan
  • Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan, Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.
  • Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
  • Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut Molo burju do hita marTuhan, dipadao mara marsundut-sundut
  • Binanga siporing, binongkak ni tarabunga Muli tu sanggar ma amporik, Muli tu ruang ma satua Sinur manapinahan, tugabena ma naniula
Dalam berpantun (umpama/umpasa – red) kata-kata yang digunakan harus sopan dan halus.
Contoh:
  • Binanga siporing, binongkak ni tarabunga Muli tu sanggar ma amporik, Muli tu ruang ma satua Sinur manapinahan, tugabena ma naniula
Dalam umpasa diatas kata tikus diganti menjadi satua (satua – hata andung dari tikus). Jadi dalam kita menyampaikan umpama maupun umpasa hindarilah kata-kata yang tidak pantas (hodar – red).
Contoh lain seperti: babi tidak cukup halus jika diganti dengan “pinahan lobu” tetapi “siparmiak-miak” atau “lomuk” yang arti sebenarnya “lemak”. Umpasa menghindari kata-kata yang tidak pantas, a.l. singke, sipasing, situma dan sidohar adalah nama-nama binatang yang sering dijumpai di sawah dan sering dimakan, namun tidak pantas disebutkan dalam umpasa. Sederhananya, dalam kita ber umpasa atau umpama, kita berkomunikasi dengan Tuhan, karena umpasa adalah doa restu yang disampaikan oleh manusia tetapi pengabulannya semata-mata tergantung Tuhan. Oleh karena itu perlu dilandasi bahasa dan sikap yang sangat sopan dan sakral. Berikut ini umpasa yang tidak pantas dikumandangkan yang disebut “na so marpaho”:
  • Eme sitamba tua ma, Parlimggoman ni siborok Debata do na martua, Horas ma hamu di parorot 
  • Tingko ma inggir-inggir, Bulung nai rata-rata Hata pasu-pasu i, Pasauthon ma namartua Debata
“Siborok” tidak pantas disebut karena merupakan sesuatu yang belum jadi atau metamorfosa. “Inggir-inggir” adalah semacam buah semak yang asam dan buahnya kecil-kecil yang mengandung makna tidak berharga. Oleh karena itu, kedua kata tersebut tidak relevan dengan permohonan doa restu yang lajimnya memohon sesuatu yang “jadi” dan “berarti”. Umpasa yang memakai kata-kata yang tidak pantas seperti di atas disebut “Umpasa Na So Marpaho”.
Contoh lain: “Danggur-danggur” (batu untuk dilempar) , “sibonsiri” (pemicu), “habang” (terbang), “mumpat” (tercabut), “mabaor” (hanyut), “marbonsir” (sebab) adalah contoh kata-kata yang tidak etis dalam umpasa. Misalnya: Antus nabegu soro ulu balang. Lali masiturbingan, Manuk masisoroan Mata masi urbitan, Roha masibotoan
2. UMPAMA
 
Umpama secara sederhana diartikan perumpamaan atau peribaratan.
Contoh:
  • Tektek do mula ni godang, serser do mula tortor Sungkun mula ni uhun, sise mula ni hata.
  • Manuk ni Pealangge, hotek-hotek laho marpira Sirang namaraleale, lobian namatean ina
  • Tampunak sibaganding, di dolok pangiringan Horas do hita sudena, asal marsipairing-iringan
  • Habang binsakbinsak, tu pandegean ni horbo Unang hamu manginsak,ai idope na huboto
Tujuannya umpama ini adalah penyampaian maksut hati atau tujuan supaya lebih enak didengar dan lebih mudah dipahami maksud yang akan disampaikan. Umpama bukanlah “Doa Restu” seperti umpasa.
3. SALIK
SALIK adalah pantun yang bertujuan untuk mengutuk seseorang atau sumpah serapah.
Contoh:
  • Ndang taruba babi so mangallang halto.
  • Holi-holi sanghalia, tading nanioli dibahen nahinabia
  • Jinama tus-tus tiniop pargolangan, tuk dohonon ni munsung dang tuk gamuon ni tangan
  • Balik toho songon durung ni Pangururan, sianpudi pe toho asal haroro ni uang
  • Sanggar rikrik angkup ni sanggar lahi, dongan marmihim jala donganna martahi-tahi.
  • Otik pe bau joring godang pe bau palia.
  • Pat ni lote tu pat ni satua, Mago ma pangose horas na niuba
  • Batu nametmet tu batu nabolon, Parsoburan ni sitapitapi Suda na metmet suda nabolon, Unang adong siullus api
  • Dos do sanggar dohot tolong, Dos do parmangmang dohot panolon
Bila adat dan hukum setempat tidak dapat menyelesaikan masalah, maka Raja Adat menghukumnya dengan pasa-pasa atau kata-kata kutukan. Jika pasa-pasa tidak juga mempan, maka yang lebih tinggi dari pasa-pasa adalah “Gana Sirais” dan “Gana Sigadap”. Di Jawa dikenal dengan “Sumpah Pocong” atau “Sumpah Mati”.
4. ANIAN
 
Anian artinya pantun yang ada “ekornya” atau bersayap. Kadang didasari filsafat, tapi sering juga hanya sekedar pantun enak di kuping saja.
Contoh:
  • Ganjang bulung ni bulu, Tingko bulung ni soit Denggan hata tu duru, Di bagasan marpanggoit
  • Di robean pinggol tubu, Dinahornop diparnidai
  • Tanduk ni ursa mardangka-dangka Tanduk ni belu margulu-gulu salohot Nangpe namarpungui sabungan ni roha Pamalo-malohon do angka na so dohot
5. UDOAN
Udoan adalah pantun untuk mengungkapkan penderitaan yang luar biasa.
 
Contoh:
  • Sinuruk simarombur, Di tingki ngali ni ari Taonon nama sudena i, Nunga ro soroni ari
  • Nunga tunduk baoadi, Songon lombu jailon i Songon anak ni manuk, Nasiok-siok i
  • Ndang be tarrarikkon, Bulusan ma nirogohon Ndang na tarandungkon, Bulusan ma hinasiphon
  • Bulan sada bulan dua, Ujung taon bulan hurung Gabe dongan do malua, Gabe iba do tarhurung
6. UMPAMA NI PANGANDUNG
Jaman dulu ada professi ‘pangandung’ di Tanah Batak. Semisal kalau ada yang meninggal, pangandung akan dipanggil. Orang yang membawakan pantun tersebut akan mendapat upah, maka sang peratap diberi “Upa Pangandung”. Pantun jenis ini biasanya dilantunkan pada saat menangisi jenazah orang mati.
Contoh:
  • Nunga songon jarojak tarunjal, Songon tandiang na hapuloan
  • Binahen ni sitaonon, Na so ada tudosan
  • Nunga tunduk, Songon lombu jailon Songon anak ni manuk, Na so tumanda eatan
  • Jagaran hundul, Songon panghulhulan Jagaran jongjong, Songon pangunggasan
  • Sungkot so na ginjang ahu, Ponjot so nabolon i Aut binahen ni ginjanghu, Boi do paunduhonhi Aut binahen ni bolonhu, Boi do pajorbingonhi Ponjot ma pangarohaingki, Di si ulubalangari
7. UMPAMA NI AMPANGARDANG:
Pengertian ampa adalah kebijakan. Ardang sama dengan sanjak. Ampangardang berarti Pelantun Sanjak Bijak. Biasanya dilantunkan oleh para lelaki untuk merayu perempuan pujaan hatinya. Enak didengar. Konon Ampangardang yang piawai dapat membius kekasihnya dengan pantun sehingga terkulai ke pangkuannya.
Contoh:
  • Bulung hariara, Marpitor-pitor ho naarian Boru ni datulang, sian dia ho narian
  • Ndada sian dia, sian pansur paridian Paias-ias bohi mandapothon si pariban
  • Lua-lua sadari, Bahen hita muba-uba Riburpe onan pasar, Rumiburan hita nadua
  • Ansingsing ansising, Manang imbalo-imbalo Padenggan parhundulmu, Nunga ro manopot ho
  • Nunga limut-limuton, Pansur so pinaridian Nunga lungun-lungunan, Si boru so pinangkulingan
GABE Jala HORAS 
“Pir tondi madingin horas tondi matogu, horas ma pardalan-dalan, mangomo ma partiga-tiga!