Peristiwa Daerah

Keputusan Reog Ponorogo Jadi Warisan Budaya Dunia, Tunggu Sidang UNESCO

Selasa, 29 Agustus 2023 - 09:59 | 164.43k
Bulu merak pada reog Ponorogo lepas secara alami dari hasil penangkaran burung merak. Pun barongan tidak memakai kulit harimau asli melainkan dari kulit sapi yang dilukis menyerupai kepala harimau. (Foto: Marhaban/TIMES Indonesia)
Bulu merak pada reog Ponorogo lepas secara alami dari hasil penangkaran burung merak. Pun barongan tidak memakai kulit harimau asli melainkan dari kulit sapi yang dilukis menyerupai kepala harimau. (Foto: Marhaban/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Dokumen pengajuan kesenian Reog Ponorogo sebagai intangeble cultural heritage atau warisan budaya tak benda (WBTB) dunia sudah dipenuhi Indonesia.

Selanjutnya, keputusan Reog Ponorogo berada di tangan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) PBB.

"Semuanya sudah dinyatakan lolos oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud-Ristek dan sekarang sudah di Unesco. Setelah itu, Reog Ponorogo akan disidangkan di akhir tahun ini dan hasil keputusannya tahun depan,” ungkap Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Selasa (28/8/2023).

Menurutnya, Pemerintah sudah mengajukan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai WBTB milik Indonesia pada 18 Februari 2022.

"Dan selama kurun waktu 4 tahun berjalan pemerintah sudah melengkapi dan meningkatkan semua persyaratan Reog Ponorogo untuk diusulkan ke UNESCO," terang Bupati Sugiri Sancoko.

Tentang adanya dua hal yang mengganjal perjalanan Reog Ponorogo untuk diakui UNESCO, Bupati Sugiri Sancoko memberikan klarifikasi, bahwa bulu burung merak yang dipakai pada Reog Ponorogo merupakan bulu yang telah lepas secara alami dari peternakan burung merak yang dikelola oleh Pemkab Ponorogo.

Sementara kulit sapi dan kambing menjadi alternatif penggunaan kulit harimau yang dibentuk sedemikian rupa oleh pengrajin Reog Ponorogo. "Dua masalah dalam Reog Ponorogo itu saya kira sudah clear, dan sudah kami jelaskan,

Lebih lanjut Bupati Sugiri Sancoko yang akrab disapa Kang Giri ini, menjelaskan adanya perubahan paradigma dan kesenian Reog Ponorogo. 

"Kesenian Reog Ponorogo yang ada saat ini tidak lagi menggunakan bahan dari satwa liar yang dilindungi seperti harimau. Kami juga telah berdialog dengan masyarakat dan menawarkan alternatif seperti bulu merak sintetis dan kulit sintetis berkualitas tinggi untuk digunakan pada Reog Ponorogo," jelasnya.

Reog-Ponorogo-2.jpg

Bupati Sugiri Sancoko pun menyadari bahwa perubahan tersebut bukanlah hal yang mudah, namun dukungan dari semua pihak yang memerlukan partisipasinya, baik masyarakat dan pihak akademis dalam proses perubahan itu.

Yang jelas dalam kesenian Reog Ponorogo saat ini, kita tidak melanggar konservasi sumber daya alam hayati. Kita membuat barongan pada Reog Ponorogo tidak memakai kulit harimau asli, begitu pula dengan bulu meraknya. Kita sudah melakukan penangkaran burung merak di Jenangan dan beberapa tempat lain, "tukasnya.

Sementara tokoh kesenian Reog Ponorogo Purnomo menegaskan, yang penting warisan budaya seperti halnya Reog Ponorogo itu hidup atau lestari di daerah aslinya.

Bahkan saat ini di seluruh Indonesia, keberadaan seni Reog Ponorogo tidak bisa diragukan lagi. Dan sudah sepantasnya UNESCO mengakui Reog Ponorogo sebagai warisan budaya dunia, tandas Purnomo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES