Pendidikan

Pelajari Reformasi dan People Power, Siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara Simulasi Unjuk Rasa

Senin, 04 Maret 2024 - 10:58 | 21.56k
Para siswa SMAN 1 Sigaluh Kabupaten Banjarnegara melakukan simulasi demontrasi. (FOTO: Heni P For Times Indonesia)
Para siswa SMAN 1 Sigaluh Kabupaten Banjarnegara melakukan simulasi demontrasi. (FOTO: Heni P For Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Hari ini, Senin (5/3/2024), siswa SMAN 1 Sigaluh  Banjarnegara Jawa Tengah melakukan simulasi aksi untuk mempelajari Reformasi dan People Power.

Di lapangan upacara sekolah, puluhan siswa menampilkan adegan demonstrasi dengan membawa spanduk bertuliskan "Turunkan Soeharto".

Mereka melakukan orasi dengan pengeras suara, menyuarakan aspirasi mereka layaknya dalam aksi demonstrasi.

Simulasi ini bertujuan mengedukasi siswa tentang sejarah Reformasi 1998 dan People Power Filipina.

Materi People Power diajarkan kepada kelas XII IPS, sementara Reformasi 1998 diajarkan kepada kelas XII MIPA.

Guru sejarah, Heni Purwono, menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis simulasi lebih efektif daripada hanya ceramah.

"Kegiatan ini juga mengajak siswa memahami beragam bentuk penyaluran aspirasi dalam demokrasi," ucapnya.

Heni menambahkan, demonstrasi adalah hak konstitusional yang dilindungi undang-undang dan dapat menjadi solusi bagi permasalahan tertentu.

Menurutnya, simulasi memberikan panduan tentang cara melakukan aksi yang baik, terstruktur, dan sesuai dengan hukum.

"Hanya dalam simulasi ini, siswa benar-benar saya berikan rambu-rambu tentang bagaimana aksi yang baik, terstruktur, santun dan tidak melanggar undang-undang. Jangan sampai siswa menganggap ketika demo boleh melakukan apa saja, itu pemahaman yang keliru dan harus diluruskan," tandas Heni.

Heni berharap, kegiatan ini akan membekali siswa untuk menjadi mahasiswa yang tidak takut atau anti demonstrasi di masa depan.

"Bagi siswa yang tidak melanjutkan kuliah, pengetahuan ini juga bermanfaat untuk hidup sebagai warga yang kritis," imbuhnya.

Salah satu siswa, Mico Yudhistira, merasa simulasi ini memberikan pengertian tentang struktur organisasi dan aturan dalam aksi demonstrasi.

Sementara itu, Rivalent Fahreza merasa mendapatkan pengalaman berharga dalam berorasi di depan teman sekelas. (*)

 

 

 

 

 

 

 

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA - Untuk mempelajari eeformasi dan people power, Siswa SMAN 1 Sigaluh Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah hari ini, Senin (5/3/2024) melakukan simulasi aksi.

Dalam reka adegan, tanpak puluhan siswa membawa spanduk bertuliskan "Turunkan Soeharto" di lapangan upacara sekokahan.

Layaknya sedang menggelar aksi demonstrasi, utusan siswa juga melakukan orasi dengan pengeras suara. Dengan suara lantang mereka terus menyuarakan aspirsinya. 

Namun jangan salah, ini merupakan edukasi, dimana para diajak untuk belajar tentang sejarah Reformasi 1998 dan juga People Power Philipina.

Heni Purwono, Guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara menyanpaikan materi People Power diajarkan untuk kelas XII IPS dan Reformasi 1998 untuk kelas XII MIPA.

"Pembelajaran yang akan selalu diingat siswa biasanya yang siswa diminta memperagakan atau mendemonstrasikan, tidak hanya guru ceramah di depan kelas," katanya.

"Karenanya siswa saya ajak melakukan pembelajaran berbasis simulasi ini," sambung mantan aktivis mahasiswa Unnes tahun 2000-an.

Namun tambah Heni, kegiatan ini  juga dalam rangka mengajak siswa untuk memahami aneka bentuk penyaluran aspirasi dalam demokrasi.

"Demonstrasi merupakan hak konstitusional warga negara yang dilindungi undang-undang. Jangan sampai siswa menganggap bahwa demo adalah suatu hal yang terlarang. Karena terkadang bahkan aksi demonstrasi menjadi solusi bagi sebuah permasalahan," tambah Heni.

Ia mencontohkan, Pilkades Banjarnegara yang tadinya akan ditunda akhirnya berjalan sesuai jadwal juga karena adanya desakan aksi demontrasi massa.

"Hanya dalam simulasi ini, siswa benar-benar saya berikan rambu-rambu tentang bagaimana aksi yang baik, terstruktur, santun dan tidak melanggar undang-undang. Jangan sampai siswa menganggap ketika demo boleh melakukan apa saja, itu pemahaman yang keliru dan harus diluruskan," tandas Heni.

Dengan kegiatan simulas seperri ini, Heni berarap, akan menjadi bekal bagi para siswa yang nantinya kuliah untuk menjadi mahasiswa yang tidak takut atau bahkan anti demonstrasi.

Adapun bagi siswa yang tidak kuliah, diharapkan pengetahuan ini juga bermanfaat untuk hidup di masyarakat menjadi warga yang kritis.

Salah satu siswa kelas XII IPS 2 Mico Yudhistira mengaku kegiatan simulasi ini sangat seru dan membekas baginya.

"Kita jadi tahu ternyata kalau aksi harus ada struktur organisasi nya, harus buat surat pemberitahuan ke Polisi dan seterusnya. Intinya jangan sampai kita ikut demo tapi tidak tahu aturan, hanya ikut-ikutan, apa lagi demo karena dibayar. Kita harus tahu isu yang dibawa dalam sebuah aksi," ujar Mico.

Lain halnya dengan Rivalent Fahreza. Siswa kelas XII IPS 3 ini mengaku simulasi aksi memberinya pengalaman melakukan orasi."Ternyata tidak mudah juga berorasi. Di depan teman-teman sekelas saja grogi, apa lagi kalau di depan masyarakat dan Polisi, tentu lebih grogi. Ini pengalaman yang sangat berharga," ujar Rivalent siswa XII IPS 3  SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara Jawa Tengah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES