hpn2024
EkologiLingkungan

Suku Baduy: Tata Kelola Lingkungan yang Mendukung Keberlangsungan Hidup

1003
×

Suku Baduy: Tata Kelola Lingkungan yang Mendukung Keberlangsungan Hidup

Sebarkan artikel ini
Pemukiman Suku Baduy di Provinsi Banten bagian selatan. (Foto: instagram @senja_qani)
Bagikan:

TANGERANG | TD – Urang Kanekes atau masyarakat penduduk Desa Kanekes, atau lebih sering disebut sebagai Suku Baduy, dikenal dengan kebijakan ekologinya yang menjaga secara sungguh-sungguh kelestarian tanah ulayat mereka.

Kewajiban turun temurun Suku Baduy dalam menjaga tanah ulayat sekaligus taneuh titipan ditegaskan dalam konsep mandala bahwa tanah yang mereka jaga adalah inti jagad. Dan karenanya, bila taneuh titipan tersebut rusak atau hancur, maka akan rusak dan hancur pula kehidupan di seluruh dunia.

Konsep mandala yang menjunjung tinggi nilai kesucian tampak dari pengelolaan tata lingkungan Suku Baduy. Dalam tata kelolanya, kawasan tinggal Suku Baduy terbagi menjadi 3 lingkaran yang konsentris.

Lingkaran atau zona pertama adalah heuma atau wilayah yang terletak di lembah dekat sungai. Wilayah ini digunakan untuk pemukiman, balai pertemuan, penumbukan padi dan lumbung, sumber air minum, lapangan, dan pekuburan. Hutan di sekitarnya disebut hutan kampung.

Zona kedua adalah reuma yang merupakan hutan-hutan sekunder. Di sinilah terdapat pertanian tadah hujan yang berpindah secara berkala sesuai perhitungan yang dibuat oleh Suku Baduy. Tanah pertanian tersebut biasanya digunakan selama setahun, kemudian akan dibiarkan selama 3 tahun untuk memulihka haranya sebelum digunakan kembali.

Zona ketiga adalah leweung kolot atau hutan tua yang terdapat di puncak bukit. Zona ini dilarang dipergunakan untuk apa pun selain pemujaan keagamaan.

Bagi Urang Kanekes atau Suku Baduy, memelihara alam melalui konsep hukum mandala bukanlah sesuatu yang layak untuk dijual sebagai agenda cantik perdagangan karbon seperti yang dicetuskan oleh negara-negara maju akhir-akhir ini.

Bagi Urang Kanekes, memelihara alam semata-mata karena memahami keberlangsungan hidup akan terganggu bila alam tempat mereka tinggal rusak.

Urang Kanekes juga tidak pernah menerima dukungan dana dari luar negeri ataupun impian mendapatkan penghargaan lingkungan semacam Kalpataru. ***

Bagikan: