Persiapan Mendaki Gunung Kinabalu, Puncak Tertinggi Borneo

Persiapan-Mendaki-Gunung-Kinabalu

Tinggi-tinggi Gunung Kinabalu,
tinggi lagi sayang sama kamu
biru biru hujung Kinabalu,
tengok dari jauh, hati saya rindu

Sepenggal lirik lagu di atas kerap terngiang-ngiang di kepala. Lagu dengan lirik genit itu jadi warna dalam pendakian ke Gunung Kinabalu yang ada di Sabah, Malaysia, yang juga merupakan puncak tertinggi di tanah Borneo.

Bisa nggak ya saya sampai di puncak Kinabalu? Batin saya berulang-ulang di dalam hati. Berada di ketinggian lebih dari 4000 meter di atas permukaan laut bukanlah persoalan mudah. Fisik dan mental benar-benar diuji dan terkadang, meski sudah latihan dengan cukup baik, saya masih jiper. Apalagi dengan kondisi tangan kanan yang habis dioperasi pasang pen 4 bulan sebelumnya.

“Lo gila ya mau naik gunung dengan tangan kayak gitu? Kinabalu cuy?” tanya salah seorang teman dekat.

Ya juga ya. Gila memang. Dokter sudah bilang bahwa saya harus meninggalkan aktivitas outdoor selama setahun pemulihan. Tapi kesempatan mendaki Kinabalu dari Sabah Tourism Board mungkin tidak datang dua kali. Jadilah saya mengiyakan ajakan tersebut satu bulan sebelum keberangkatan dan mempersiapkan fisik semaksimal mungkin. Jogging dan berenang adalah dua jenis olahraga yang saya lakukan rutin menjelang pendakian.

Advertisements
Puncak-Gunung-Kinabalu
Puncak Gunung Kinabalu dari Kinabalu Park Head Quarter. Clear banget sampai jam 8 pagi ajah!

Teman-teman yang ikut di pendakian kali ini ada Abex, Billy, Kak Gemala, Om Pinneng, Anggey, Rizal, Demang, Rivan, dan Mario. Bersama dengan saya, total rombongan kami ada 10 orang berangkat bersama-sama dari Jakarta menuju KK, Kota Kinabalu. Ada maskapai AirAsia yang melayani direct flight Jakarta – KK. Dengar-dengar, rute direct flight dari Jakarta ke Kinabalu akan dihapuskan. Duh jangan dong, kan banyak pendaki di Indonesia yang dipermudah dengan adanya direct flight ini. Semoga tetap ada ya.

Tim-Pendaki-Pria-Kinabalu
Ki – Ka : Rizal, Rivan, Wahyu Demang, Mario, Om Pinneng
Tim-Pendaki-Perempuan-Kinabalu
Ki – Ka : Gemala, saya, Anggey dan Abex
Tim-Lengkap-Mendaki-Kinabalu
We named ourselves as SabahSkwad! Buli bah kalo kau!

Apa yang harus disiapkan untuk ke Kinabalu?

Nih penting nih. Pasti banyak yang penasaran barang-barang apa yang harus dibawa untuk mendaki Gunung Kinabalu. Berbeda dengan pendakian gunung yang harus bawa carrier berkapasitas besar, untuk mendaki Kinabalu, kita cukup membawa ransel kecil aja berisikan barang-barang pribadi yang kecil-kecil saja.

Eh beneran?

Iya.

Lupakan bawa tenda, trangia, flysheet, tramontina, sleeping bag. Tak dibutuhkan itu sama sekali di Kinabalu.

Advertisements
Mendaki-Gunung-Kinabalu
Gambaran jalur pendakian Kinabalu. Photo by : Rizal @mrizag | Psst, saya cuma bawa ransel sekecil itu lho!

Yang perlu kamu bawa hanya setelan pakaian jalan, setelan pakaian tidur, jaket polar, jaket windbreaker, buff, sarung tangan, kaos kaki, headlamp, sepatu trekking, sandal, botol air minum, trekking pole, sunglasses, “kotak bencong” yang berisikan pembersih dan pelembab. Itu rincian isi dari ransel kecil saya kemarin. Ringkas banget kan?

Nantinya kita akan beristhirahat, tidur di penginapan “Sutera Sanctuary Lodge” yang ada di camp Laban Rata dengan ketinggian sekitar 2972 meter di atas permukaan laut. Waw, ada penginapan di ketinggian hampir 3000 meter? Ya ada dong di Kinabalu. Itulah kenapa kita nggak butuh bawa perlengkapan tenda dan perintilannya.

Jom Mendaki Kinabalu!

Gunung Kinabalu tercatat sebagai World Heritage Site oleh UNESCO. Oleh karena itu, pengelolaannya sangat baik dan professional. Untuk mendaki saja kita harus mendaftar dari berbulan-bulan sebelumnya karena ada kuota per hari yang diberlakukan. Saat peak season, kita bahkan harus mendaftar 6 bulan atau satu tahun sebelumnya supaya mendapatkan slot.

Jika barang-barang bawaan kita sudah lengkap dan fisik kita sehat, berarti kita sudah siap untuk mendaki Kinabalu. Eits, nggak langsung naik ya. Kita harus mengisi beberapa formulir perizinan di Kinabalu Park Head Quarter. Kita harus mengisi data diri sesuai yang tertera di passport, mengisi emergency contact, membaca seluruh ketentuan yang berlaku dan menandatanganinya.

Tak berapa lama setelah menyerahkan formulir, kita akan diberikan name tag yang harus dijaga baik-baik. Jangan sampai hilang karena kalau hilang saat mendaki, kamu tidak bisa naik ke puncak dan juga tidak bisa keluar. Lah susah juga ya? Jadilah name tag-nya dikalungkan di leher biar aman. Di name tag itu tertera nama kita, kode negara dan kode grup kita.

Advertisements

Selain mendapatkan nametag, kita juga menerima satu lunchbox makan siang yang berisi sandwich, ayam, telur dan air mineral. Coba, di Indonesia ada nggak gunung yang kasih bekal makanan ke pendaki? Hahaha

Setelah menyelesaikan proses administrasi dan cek kelengkapan, kita akan ditransfer ke Timpohon Gate, titik awal pendakian Gunung Kinabalu yang ada di ketinggian 1.866 mdpl. Target hari pertama adalah mencapai Laban Rata Camp yang berada di ketinggian 3272 mdpl. Jarak tempuh normal biasanya sekitar lima hingga delapan jam saja.

Pemanasan dan doa dilakukan bersama-sama sebelum pendakian dimulai. Jangan lupa juga menandatangani formulir di Timpohon Gate. Nanti sepulangnya, kita harus tanda tangan lagi. Sangat rapi dan terorganisir ya.

Pada pendakian ini pun, seluruh pendaki diwajibkan memakai jasa mountain guide. Satu orang guide memegang tanggung jawab atas lima pendaki. Kemarin kami bersebelas orang, sehingga harus membawa tiga orang guide. Untuk anak yang di bawah 16 tahun dan ingin mendaki Kinabalu, diwajibkan membawa satu orang guide juga. Contoh jika ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak berusia 20 tahun dan anak berusia 13 tahun, jumlah mereka memang empat namun tetap harus membawa dua orang guide karena ada satu anggota yang berusia di bawah 16 tahun.

Pendaki-Gunung-Kinabalu
Bersama dua porter perempuan tangguh yang menemani kami ke Gunung Kinabalu. Hai Aunty!

Selain mountain guide, jasa yang sering digunakan di Gunung Kinabalu adalah porter. Mereka adalah penduduk lokal Sabah yang menjual jasa menjadi porter. Jasa mereka tidak dibayar per hari melainkan per kilogram barang. Harga per kilo nya sekitar RM 13 atau Rp 40.000,-. Jadi jika kita menitipkan tas seberat 10 kilogram kepada porter, berarti tarifnya adalah RM 130 atau Rp 400.000,-. Di Indonesia, seberat apa pun bebannya, tarif normalnya Rp 200.000,- per hari ya.

Advertisements
Porter-Pria-Gunung-Kinabalu
Bawa tabung gas, digendong!

Untuk menuju Laban Rata Camp, kita akan melewati sepuluh pos pendakian yakni : Timpohon Gate – Pondok Kandis – Pondok Ubah – Pondok Lowii – Pondok Mempening – Layang-Layang – Villose – Paka Shelter dan sampailah di Laban Rata Camp.

Masing-masing pos berjarak kurang lebih 0,5-1 km. Kita akan menempuh jarak total 6 kilometer dari Timpohon Gate ke Laban Rata. Bagusnya, di tiap-tiap pos, ada toilet, tempat sampah, tandu dan keran air. Kita tidak perlu bawa air sampai berliter-liter dari bawah. Cukup bawa botol minum satu liter dan di-refill di tiap-tiap pos. Praktis kan?

Toilet-Gunung-Kinabalu
Coba lihat pos nya, bersih banget kan ya?

Saat bersantai di pos, saya berandai-andai jika pos ini di Indonesia pasti habis dicoret-coret (vandalism), tandunya diambil orang, toiletnya busuk dan banyak sampah berserakan. Kenapa di Kinabalu sama sekali nggak ada hal-hal seperti itu padahal kita negara yang bertetangga sangat dekat. Entahlah. Kalian mungkin lebih tahu jawabannya.

Jalur pendakian Gunung Kinabalu cenderung berbatu namun sudah dibuatkan tangga-tangga kayu untuk memudahkan pendaki. Sebenarnya tangga ini membantu agar kita tidak terpeleset di batu-batu. Namun di sisi lain, naik gunung dengan tangga itu terasa beratnya di dengkul, apalagi saat perjalanan turun. Emhhhh…Hahahaha

Seluruh pendaki harus tiba di Laban Rata sebelum hari gelap untuk registrasi summit attack dan juga mengisi energy. Restoran di Sutera Sanctuary Lodge Laban Rata tutup jam 7 malam. Jadi kalau kita terlambat, nggak dapat makan dan juga nggak bisa ke puncak. Manyun deh…

Advertisements

Syukurlah seluruh tim bisa tiba dengan selamat di Laban Rata sebelum hari gelap. Saatnya beristhirahat beberapa jam sebelum berangkat summit jam 2 pagi.

Foto-Berdua-Gunung-Kinabalu
Akhirnya sampai di Laban Rata sebelum gelap!

Kita lanjutkan cerita di post berikutnya ya. Masih banyak cerita dan foto-foto serunya…

Perjalanan ini disponsori oleh Sabah Tourism Board dan Basecamp Adventure. Jika kalian ingin mendaki Kinabalu, boleh kontak Instagram @basecamp.adventure atau email ke [email protected] ya

Satya Winnie - Travel Blogger

Satya Winnie, an adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on. But, her favourite things are explore culture, capture moments and share the stories.

So, welcome and please enjoy her travel journal and let’s become a responsible traveler.

Scroll to Top