Minggu, 5 Mei 2024

Becak Wisata, Benahi SDM hingga Standarisasi Tarif

- Senin, 19 Desember 2022 | 07:10 WIB
Kendaraan roda dua dan becak melintas di depan Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta. (ARIEF BUDIMAN/RADAR SOLO)
Kendaraan roda dua dan becak melintas di depan Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta. (ARIEF BUDIMAN/RADAR SOLO)

RADARSOLO.ID – Becak sudah menjadi ikon bagi Kota Solo. Moda transportasi tradisional ini sudah melekat bagi masyarakat. Namun seiring perkembangan zaman di mana transportasi publik mulai marak dan kendaraan pribadi semakin banyak, keberadaan becak ini mulai tergusur. Nah, agar tidak punah, salah satu solusi menjadikan transportasi yang dikayuh manusia ini menjadi transportasi wisata.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Aryo Widyandoko mengatakan, becak bisa dikemas dengan sedemikian rupa untuk dijadikan transportasi wisata di Kota Solo. Konsep ini serupa dengan yang diterapkan untuk andong maupun mobil listrik yang sudah beroperasi sebelumnya.

“Ada rencana untuk memaksimalkan potensi itu. Jadi kalau dulu andong sudah kami tata, dibagi lokasi beroperasinya, diatur tarif, dan konsep palayanan wisatanya, plus diseragamkan, nanti ke depan becak juga seperti itu. Jadi sama-sama akan melengkapi layanan perjalanan wisata di Solo. Wisatawan bisa memilih jenis kendaraan yang akan mereka gunakan untuk menuju titik-titik wisata itu, apakah pilih naik mobil listrik, andong, atau becak bisa dilayani,” kata dia, Minggu (18/12).

Tantangannya tinggal membuat regulasi yang bisa dijadikan acuan untuk para penarik becak. Mereka nanti akan dibagi per wilayah operasional yang bisa menjangkau beberapa titik objek wisata. Kemudian para penarik becak akan dibuatkan kartu keanggotaan dan diberi seragam khusus wisata saat mereka melayani wisatawan. Tentu saja pelayanan yang diberikan juga sudah diatur besaran tarifnya sehingga penumpang memiliki kepastian soal harga yang dibebankan pada mereka.

“Konsep ini sudah kami terapkan di mobil listrik dan andong. Nanti becak juga hampir mirip seperti itu dengan sedikit perbedaan pada pengelolaan atau operasionalnya. Yang dijual adalah sensasi naik becak saat berwisata dari suatu tempat ke tempat lain di Solo,” terang Aryo.

Selain untuk moda transportasi khusus wisata, kehadiran becak juga bisa dimaksimalkan untuk konsep kepariwisataan lain misalnya dilibatkan dalam sebuah kirab budaya atau devile-devile dalam berbagai event akbar di Solo. Konsep seperti ini sudah sering dipertontonkan dengan melibatkan andong atau kereta kuda dalam beberapa event. Seperti kirab G20 hingga yang terbaru dipertontonkan dalam serangkaian upacara adat dan budaya ngunduh mantu Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono pada 11 Desember  lalu.

“Presiden Joko Widodo secara langsung sudah memberikan contoh bahwa gelaran budaya seperti rangkaian prosesi adat pernikahan bisa dikemas jadi daya tarik wisata. Tinggal bagaimana upaya nyata menindaklanjuti ini,” kata dia.

Dengan konsep yang tertata itu, diharapkan kesejahteraan penarik becak yang selama ini masih minim ke depan bisa lebih menjanjikan dengan berubah menjadi transportasi wisata. Di sisi lain, sajian wisata dengan berkeliling menggunakan becak kayuh ini bisa mengoptimalkan potensi wisata destinasi di Solo. Harapannya kunjungan wisata di Kota Bengawan semakin meningkat.

“Dengan konsep-konsep baru dari segi kepariwisataan, kami optimistis target 2023 bisa terealisasi,” imbuh Kabid Bidang Destinasi dan Pemasaran Wisata Dinas Priwisata Surakarta Gembong Hadi.

Ditemui secara terpisah, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengakui perlu adanya inovasi dan terobosan baru untuk mendongkrak daya tarik wisata di Solo. Mulai dari memuculkan destinasi-destinasi wisata baru yang lebih terkonsep dan modern. Selain itu bisa juga dengan memaksimalkan kunjungan wisata dengan digelarnya berbagai event, baik wisata maupun budaya di Solo. Salah satunya dengan ide wisata budaya melalui penyelenggaraan berbagai upacara dan tata cara adat yang dikemas sebagai seni pertunjukan.

“Konsep-konsep ini perlu adanya transportasi pendukung. Solo sudah ada kereta wisata (Jaladara), juga punya bus wisata (Werkudara), ada mobil listrik serta andong. Ke depan becak akan kami kemas seperti itu,” beber dia.

Gibran mengakui keinginannya ada peremajaan kepada becak kayuh. Putra sulung Presiden Joko Widodo ini pun memahami ketidakberdayaan para penarik becak yang saat ini tak bisa bersaing dengan ojek online dan transportasi lainnya. Dia lebih memilih konsep peremajaan pada becak kayuh itu dengan pengelolaan yang baik dan penempatan di titik wisata strategis ketimbang mengamini konsep becak motor (bentor) yang sebelumnya sempat disodorkan oleh sejumlah penarik becak.

Pengelolaan dan penempatan di titik strategis ini dipandang lebih efektif mengingat pembangunan di Solo sudah sedemikian pesat dalam beberapa waktu terakhir.

“Nanti bisa dibagi per wilayah, misalnya di tengah kota bisa ditempatkan di sekitar Benteng Vastenberg untuk menjangkau titik wisata Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Di wilayah timur di Jebres karena ada berbagai objek seperti TSTJ, Waterpark, Solo Techno Park, Museum Sains, dan lainnya. Kemudian di utara juga bisa karena ada Bendung Tirtonadi, Masjid Raya Sheikh Zayed, dan IKM Mebel. Jadi nanti tinggal diploting di tempat-tempat wisata,” beber wali kota. (ves/bun/dam)

Kunjungan Wisata di Kota Solo

Realisasi 2021

Wisatawan lokal/domestik 1.407.303 orang.

Wisatawan asing/mancanegara 2.307 orang.

Realisasi 2022

Wisatawan lokal/domestik 1.992.802 orang.

Wisatawan asing/mancanegara 6.284 orang.

Target 2023

Wisatawan lokal/domestik 1.427.477 orang.

Wisatawan asing/mancanegara 4.945 orang

Sumber: BPS/Dinas Periwisata Kota Surakarta

Editor: Damianus Bram

Tags

Terkini

X