KESENIAN yang menjadi aset daerah di Kabupaten Mojokerto seakan dianaktirikan. Minimnya support dari pemerintah membuat mereka seakan mati suri.
Kesenian teater misalnya. Jika dulu tiap tahunnya rutin dilakukan festival merebutkan piala bupati, gaung itu seakan hilang. Pasifnya sentuhan pemerintah membuat kesenian ini lambat waktu seperti ditelan bumi.
’’Dulu sempat ada festival teater pelajar sebelum pandemi, tapi beberapa tahun terakhir ini kontribusi pemerintah tidak ada lagi,’’ ungkap Kabid Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Mojokerto, Kukun Triyoga.
Ia mengaku, selama ini tidak pernah diajak bicara atas keberlangsungan seni teater. Namun, Kukun menegaskan, minimnya perhatian pemerintah tidak membuat komunitas teater patah semangat.
Mereka tetap melakukan pentas meski harus merogoh kocek sendiri tanpa campur tangan pemda. Selama sebulan terakhir, sudah dua kali pentas. Sayang, panggung seni seperti ini belum difasilitasi oleh pemerintah daerah.
’’Tapi, kadang ya capek juga membuat gerakan-gerakan seperti itu, selama ini kami dengan komunitas selalu aktif dan pentas, tujuannya tidak lain untuk menghidupkan kesenian ini. Mudah-mudahan gerakan ini kembali dapat perhatian,’’ bebernya.
Dia berharap, festival teater kembali diaktifkan lagi. Sehingga menjadi wadah para seniman dalam mengekspresikan setiap karya seni dan budaya yang menjadi kekayaan daerah.
’’Kami tidak meminta dana kok, setidaknya pemerintah peduli dengan perkembangan teater di Kabupaten Mojokerto. Kalau patrol sudah mulai ada, musikalisasi puisi ada, mudah-mudahan teater di tahun ini juga ada, walaupun tingkat pelajar,’’ jelasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Mojokerto Mulyadi menambahkan, sejauh ini kontribusi pemerintah daerah dalam mengembangkan seni budaya masih tergolong minim.
’’Misalkan festival seni bantengan di setiap kecamatan, ternyata tidak ada anggaran untuk itu. Jadi untuk pembinaan di Kabupaten Mojokerto bukan sangat minim. Tapi lumpuh,’’ sesalnya.
Sementara, di beberapa momentum, pemda malah memanfaatkan reog Ponorogo untuk mengisi acara. ’’Semestinya kekayaan daerah sendiri,’’ tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah,Kepala Bidang Kebudayaan Disbudporapar Kabupaten Mojokerto Riedy Prastowo membantah jika tidak men-support kesenian di wilayahnya. Bahkan, dari sekian proposal yang masuk, mayoritas diakomodir.
’’Support kesenian itu ada, tapi di event, jadi selama ada surat masuk untuk meminta fasilitasi kesenian pasti kita beri, tapi tetap menyesuaikan dengan kemampuan anggaran,’’ ungkapnya.
Seperti dalam ajang Majafest Agustus mendatang. Disbudporapar melibatkan 99 komunitas bantengan dengan total seniman yang terlibat sekitar 270-an.
’’Itu kan juga bagian dari support pemerintah dalam melestarikan kesenian daerah. Itu di luar ludruk, karawitan dan tari. Jadi seribu lebih seniman yang kita libatkan,’’ jelasnya.
Artikel Terkait
Kenal Teater sejak Kelas III, Kepincut Ludruk
Teater Setan dalam Bahaya
Peringati Hari Teater Sedunia, Seniman Berendam di Kubungan Lumpur
Teater Batan Krajan, Usung Kearifan Lokal Desa Produsen Bata Majapahit