Senin, 6 Mei 2024

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Ulama Besar dan Pahlawan Nasional

- Senin, 24 Agustus 2020 | 15:13 WIB
Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Ulama Besar dan Pahlawan Nasional
Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Ulama Besar dan Pahlawan Nasional

JOMBANG - Salah satu ulama besar yang dimiliki Jombang adalah KH Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng serta pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).


Sebagai seorang ulama, pemimpin, juga Pahlawan Nasional, kiprahnya di dunia agama, kepesantrenan serta pembangunan negara ini tentu sudah tidak diragukan lagi. Sumbangsihnya untuk kepentingan bangsa dan umat begitu luar biasa.  


Kiai kelahiran  Jombang ini semenjak muda adalah seorang pencari ilmu yang sangat giat. Puluhan pesantren didatanginya untuk mencari ilmu baik di dalam maupun luar negeri. Antara lain Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Tenggilis, Pesantren Kademangan Bangkalan, Pesantren Siwalan Panji.


“Beliau bahkan belajar langsung ke Makkah selama 7 tahun di bawah asuhan Syekh Makhfudz Tremas, Syekh Nawawi Banten, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,”  jelas KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) cucu KH Hasyim Asyari, pengasuh Pesantren Tebuireng, semasa hidup dulu.


Tak heran jika beliau berhasil mendidik dan mencetak ulama besar dan tokoh yang berpengaruh lain. “Banyak tokoh nasional yang juga murid beliau, seperti KH. Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, juga banyak kiai besar yang lain, selain juga murid-murid tidak langsung beliau yang kini menjadi tokoh nasional dan ikut membangun bangsa,” tuturnya.


Bahkan, dengan banyaknya kiai serta tokoh besar yang lahir dari tangan dinginnya, beliau diberi gelar Hadratus-Syekh yang berarti maha guru. “Itu memang pantas karena beliau (mbah Hasyim, Red) memang dianggap sebagai gurunya para ulama yang lain,” lanjut Gus Solah.


Dalam kiprahnya mewujudkan kemerdekaan Indonesia, peran  Mbah Hasyim bisa dikatakan sangat penting. Berkobarnya semangat santri dan pemuda Islam Indonesia untuk maju berjuang melawan penjajah Belanda melalui seruan jihadnya telah membuktikan kepeduliannya terhadap Indonesia yang harus merdeka agar Islam bisa tetap tegak di bumi Nusantara.


Tentu risiko dianggap sebagai pembangkang negara bahkan risiko dipenjara jadi bumbu dalam perjalanan seruan jihadnya. Beliau bahkan sempat di penjara selama tiga tahun di masa pendudukan Jepang karena menolak melakukan Seikerei (menunduk menghadap Jepang tiap pagi untuk menghormati Kaisar jepang dan Dewa Matahari).


“Namun berkat santri beliau yang sangat militan dan berdemo tiap hari ke penjara, beliau ahirnya kembali dilepaskan,” ungkapnya. Bahkan jelas Gus Solah, kiprah ayahnya yaitu KH Wahid Hasyim yang merupakan menteri agama pertama Indonesia juga sebenarnya juga tak lepas dari pengaruh KH Hasyim Asy’ari.



“KH Wahid Hasyim juga kan sebenarnya pengganti posisi Mbah Hasyim juga di pemerintahan, karena beliau (KH Hasyim Asyari, Red) tidak bisa meninggalkan Tebuireng dan tidak bisa berlama-lama menetap di Jakarta,” sambungnya. Dengan itu dirinya menganggap bahwa KH  Hasyim As’yari tentu layak disebut berpengaruh besar terhadap pembangunan negara dan agama Islam.


Dikokohkannya pengakuan KH Hasyim Asy’ari sebagai Pahlawan Nasional lewat Surat Keputusan Presiden RI No.294 Tahun 1964 tanggal 17 November 1964 tentu menunjukkan jasa Mbah Hasyim bagi Indonesia telah sangat besar. Mengingat tak sembarang orang mampu memperoleh gelar tersebut.


“Pribadi seperti beliau sekarang ini sangat susah lagi dicari, Sebagai seorang ulama beliau berani mengutarakan seruan kebenaran apapun risikonya, sebagagai seorang pemimpin beliau tak kemaruk kekuasaan meski dinilai mampu. Tentu hadratussyaikh adalah sosok ulama yang pantas diteladani,” pungkas Gus Sholah.


 

Halaman:

Editor: Binti Rohmatin

Terkini

Kolom gus Zu'em: Terlanjur Nyaman

Senin, 29 April 2024 | 06:50 WIB
X