Minggu, 5 Mei 2024

Ajak Masyarakat Gunakan dan Lestarikan Becak Kayuh

- Senin, 19 Desember 2022 | 06:00 WIB
ASET DIY: Becak kayuh yang digerakan dengan tenaga orang merupakan salah satu moda transportasi tradisional. Keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan.(ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA)
ASET DIY: Becak kayuh yang digerakan dengan tenaga orang merupakan salah satu moda transportasi tradisional. Keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan.(ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA)

RADAR JOGJA - Sosialisasi tertib lalu lintas dan angkutan jalan yang digalang Dinas Perhubungan DIY di sejumlah lokasi mendapatkan tanggapan beragam dari masyarakat. Salah satunya seperti yang dilakukan di beberapa kemantren Kota Yogyakarta. Masyarakat memberikan beberapa masukan penting.

Di antaranya, seperti kemacetan di Jalan Pasar Kembang ke barat. Tepatnya di depan pintu masuk dan keluar Stasiun Tugu Yogyakarta. Lokasi tersebut terhitung yang paling sering terjadi kemacetan. “Penyebabnya karena keluar masuk kendaraan menggunakan satu pintu,” ujar seorang warga Kemantren Gedongtengen, Yogyakarta.

Seorang warga lain mengeluhkan rendahnya budaya tertib berlalu lintas. Warga yang juga seorang ibu itu menuturkan pengalamannya saat mengantar anaknya sekolah. Lantaran rumah dan sekolah anaknya jaraknya dekat, ibu itu mengantar dengan berjalan kaki. “Saat menyeberang di zebra cross saya justru mau diserempet,” keluhnya. Kejadiannya saat melintas di Jalan Letjen Suprapto
Peserta sosialisasi di Kemantren Danurejan menyoroti banyaknya mobil diparkir di depan Stasiun Tugu Jalan Pasar Kembang. Diduga mobil-mobil itu milik pengemudi taksi online yang menunggu penumpang. Banyaknya mobil yang diparkir di rambu larangan itu menambah situasi Jalan Pasar Kembang bertambah semrawut.

Lain lagi di Kemantren Ngampilan. Sejumlah peserta menyoal kian menjamurnya becak motor alias betor di Kota Jogja. Warga juga mengeluhkan beberapa kawasan yang gelap saat malam hari.

Menanggapi masukan itu Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DIY Rizki Budi Utomo mendengar dan mencatatnya dengan seksama. Dia berjanji meneruskan ke Pemkot Yogyakarta. “Contohnya seperti lampu penerangan jalan,” katanya.

Sedangkan kemacetan di Jalan Jlagran depan pintu masuk dan keluar Stasiun Tugu menjadi atensi Rizki berencana mengadakan koordinasi dengan PT KAI sebagai pengelola Stasiun Tugu. Pintu masuk dan keluar kendaraan mestinya dipisah. “Tidak jadi satu,” ucap Rizki.

Masukan masyarakat itu dinilai sejalan dengan rencana penerapan contraflow Trans Jogja di Jalan Pasar Kembang. Dengan penerapan contraflow Trans Jogja diizinkan untuk dua arah. Menjemput dan menurunkan penumpang di halaman Stasiun Tugu.

“Pandangan kami nanti pintu timur bisa digunakan termasuk membuka parkir bagi taksi atau ojek online yang selama ini parkir di luar stasiun. Mereka bisa masuk ke halaman stasiun. Kemacetan bisa kita antisipasi,” lanjutnya.
Soal zebra cross, Rizki menerangkan sesuai pasal 131 dan pasal 132 UU No. 22 Tahun 2009, pejalan kaki yang menyeberang di zebra cross mendapatkan perlindungan dan prioritas.

Terkait betor, Rizki mengatakan, dari sisi kelaikan dan keselamatan tidak memenuhi. Dia mengajak masyarakat menggunakan moda transportasi tradisional. Yakni kecak kayuh dan andong. Ini sesuai amanat Perda DIY No. 5 Tahun 2016.

“Kalau memakai transportasi tradisional, gunakan becak kayuh atau andong. Sampaikan itu kepada saudara-saudara atau teman-teman bapak dan ibu semua saat berkunjung ke DIY. Transportasi tradisional tersebut yang harus dilestarikan,” ajaknya semangat.

Ke depan, becak kayuh yang selama ini digerakan dengan tenaga orang bakal dikembangkan menjadi becak listrik. Bukan becak motor. Pengembangan dengan sentuhan teknologi itu dalam rangka tetap melestarikan becak sebagai transportasi tradisional. (kus)

 

Editor: Editor Content

Tags

Terkini

X