Buka Akses

Tiga Cerita Pengalaman Terapi Hormon

Tabumania, ada yang spesial pada ulasan kali ini. Tiga orang dari tim Qbukatabu bersedia buka-bukaan terkait pengalaman mereka mengakses terapi hormon khususnya bagi transgender. Ada berbagai faktor yang menjadi pendorong tulisan ini, antara lain kondisi ekonomi yang masih belum stabil di masa pandemi, membuat teman-teman transgender kesulitan untuk mengakses atau melakukan terapi hormon. Selain itu, informasi yang tersedia atau dapat diakses juga masih minim. Oleh karena itu, cerita dari teman-teman yang pernah mengakses dan melakukan terapi hormon menjadi penting untuk diulas dan disebarluaskan. Siapa tahu, ada teman-teman transgender lain yang berencana untuk mulai melakukan terapi hormon di tahun ini, sehingga ulasan ini dapat menjadi referensi, lho!

Oke, tanpa babibu lagi, tiga orang yang bersedia berbagi pengalaman itu adalah Troy dari bagian Buka Layanan, Dhan dan Jeje di bagian design & ilustrator. Bila Tabumania penasaran dengan mereka, dapat lho melihat karya-karya hebatnya di www.qbukatabu.org

Melalui Qbukatabu, mereka bertiga menceritakan pengetahuan terkait terapi hormon yang selama ini diketahui. Misalnya Dhan, menurutnya terapi hormon ialah terapi yang menggunakan hormon sintetis, seperti testoteron yang biasanya kerap digunakan oleh mayoritas trans laki-laki, dan estrogren yang biasanya digunakan oleh transpuan. Kegunaan dari terapi hormon adalah untuk memunculkan ciri seks sekunder yang ada di tubuh. Pada trans laki-laki yaitu untuk distribusi lemak tubuh ke tipikal penyebaran lemak tubuh cis-male, seperti menumbuhkan rambut di wajah dan tubuh, serta menaikkan massa otot. Hal serupa juga dikuatkan oleh Troy dan Jeje yang bercerita bahwa bagi mereka terapi hormon juga salah satu proses transisi dengan harapan ada perubahan pada fisik yang sesuai dengan gender yang dimaksudkan, sekaligus untuk men-treat kondisi gender dysphoria. Tabumania dapat mengakses tautan serupa yang pernah diulas Qbukatabu pada tahun 2019, ya. https://qbukatabu.org/2019/05/27/transisi-bagi-transgender-sebuah-proses-diri/

Terapi hormon bagi transgender rupanya sangat penting, setidaknya bagi tiga narasumber kali ini. “Bagiku secara personal, Hormone Replacement Therapy (HRT) memiliki peran cukup penting dalam kehidupan sehari-hariku untuk membantu menekan gender dysphoria yang aku alami sebagai seorang transpuan.” ungkap Jeje. Hampir sama, bagi Dhan dan Troy, terapi hormon bagi mereka adalah upaya yang dilakukan dengan proses panjang yang dapat membantu menumbuhkan rasa nyaman dan percaya diri dengan tubuh yang mereka miliki.

Meskipun ketiga narasumber memiliki pengetahuan tentang terapi hormon, akan tetapi pengalaman mereka ketika mengaksesnya tentu berbeda-beda, mulai dari perbedaan tahun, lokasi, dan cerita yang dimilikinya. Troy melakukan terapi hormon sejak tahun 2016, setelah mendapatkan rekomendasi dari Transmen Indonesia, yang kemudian mengantarkannya untuk proses konsultasi kepada psikiater di Jakarta. Lain cerita dengan Dhan, dia sangat mengingat persis pengalamannya pertama kali melakukan injeksi testoteron yaitu tanggal 5 Agustus 2020, pukul 20.00 WITA dengan dibantu oleh seksolognya. Terakhir, Jeje melakukannya pada usia 17 tahun, yang sebelumnya telah melakukan riset dan pengumpulan informasi terkait proses HRT.

Bagi ketiga narasumber, mengumpulkan informasi, cerita pengalaman komunitas, hingga konsultasi ke psikiater, merupakan langkah penting yang harus dijalani sebelum melakukan terapi hormon. Hal itu karena jika mengandalkan info yang tersedia di internet, maka masih belum meyakinkan dan masih banyak yang simpang siur, terlebih bila spesifik tentang terapi hormon bagi transgender. “Aku akui memang masih agak sulit memberikan edukasi seputar HRT di Indonesia, mengingat Indonesia secara umum masih menganggap HRT untuk trans* adalah kegiatan ilegal.” ulas Dhan.

Bagi teman-teman transgender lainnya, akses bahasa untuk mendapatkan informasi juga menjadi tantangan. “Sebagai anak daerah saya bisa memastikan informasi tentang HRT ini masih merupakan hal baru, sangat sedikit individu trans yang mendapatkan informasi yang cukup tentang HRT ini. Kebanyakan justru memperolehnya dari Youtube yang mana berbahasa Inggris, hal ini berpotensi salah kaprah atau salah pengertian.” tambah Troy.

Dikarenakan informasi yang masih minim itulah, menurut ketiga narasumber penting bagi teman-teman transgender yang ingin atau baru akan mengakses atau melakukan terapi hormon, untuk aktif bertanya pada komunitas yang ada, mengumpulkan informasi dari pengalaman sesama, serta mengikuti proses yang harus dijalani. Memantapkan diri dengan dipikirkan sebaik-baiknya juga langkah penting. “Berdasarkan pengalamanku menjalani HRT selama lebih dari 4 tahun, alangkah baiknya jika seseorang melakukan konseling psikologis terlebih dulu untuk memastikan apakah dia cocok untuk menjalani HRT.” kata Jeje.

Bagi mereka bertiga yang telah memiliki pengalaman melakukan terapi hormon, efek dari terapi hormon bagi setiap individu tidaklah sama, dan akan ada efek samping yang berbeda-berbeda sesuai dengan gen dan kondisi tubuh individu yang bersangkutan. Oleh karenanya penting untuk  melakukan pemeriksaan berkala setelah melakukan proses terapi hormon. Troy mengingatkan, bahwa persiapan dari segi dana juga faktor yang sangat penting, karena dari segi harga juga cukup beragam.

Dan terakhir adalah pesan sayang dari ketiga narasumber bagi teman-teman transgender lainnya yang ingin melakukan terapi hormon.

“Jangan menjalani HRT karena orang lain atau tidak menjalani HRT. Be true to yourself, jadilah dirimu sendiri, kenali dirimu sendiri seutuhnya karena ini adalah keputusan besar yang bisa mengubah segalanya. Namun, upayakan teman-teman memiliki lingkungan yang supportive dan keamanan finansial agar dirimu aman.” Dhan.

“Menurutku, itu hal yang sangat relatif bagi setiap individu trans*. Tapi, bagiku hal yang paling penting saat menjalani HRT adalah memahami risiko dan konsekuensi yang ada.” Jeje.

“Kamu mungkin akan mendapatkan the new you, tapi ingat tidak semua orang mungkin bisa menerima perubahanmu. Kamu juga harus meningkatkan kemampuan dirimu dalam menjelaskan tentang keadaanmu kepada orang yang berbeda-beda. Tentunya kamu juga memiliki risiko keamanan yang lebih banyak, kamu bisa di-outing di muka umum, bisa juga dipertanyakan ketika harus menunjukkan ID mu entah untuk apapun itu.” Troy

About Ino Shean

Ino Shean, bukan nama yang sebenarnya. Menurut weton terlahir sebagai orang yang ambisius, urakan tapi mempesona dan penuh kasih sayang. Aktif dalam gerakan, komunitas dan organisasi di isu seksualitas sejak usia 18 tahun. Suka membaca novel, olahraga dan masih bercita-cita menjadi vegetarian. Pecinta film Marvel and DC! Dapat dihubungi lewat IG @ino_shean

0 comments on “Tiga Cerita Pengalaman Terapi Hormon

Leave a comment