Biografi KH Ahmad Dahlan Pendiri Organisasi Muhammadiyah, Pelajari Pemikiran-pemikirannya

Diterbitkan:


Biografi KH Ahmad Dahlan (credit: flickr)

Kapanlagi.com - Ada banyak nama Pahlawan Nasional yang perlu kita tahu dan kenang terus jasa-jasanya. KH Ahmad Dahlan adalah salah satunya. KH Ahmad Dahlan merupakan seorang Pahlawan Nasional sekaligus tokoh agama Islam yang mendirikan Muhammadiyah. Untuk mengetahui sebesar apa peran dan jasanya untuk bangsa Indonesia, kalian bisa membaca biografi KH Ahmad Dahlan.

Biografi KH Ahmad Dahlan bisa jadi satu bacaan yang seru dan tentunya bermanfaat. Pasalnya, kisah hidup KH Ahmad Dahlan sangat sarat akan perjuangan. Selain meneladani perjuangannya, kita juga bisa belajar banyak hal tentang sejarah perjuangan dan pergerakan lewat kisah hidup KH Ahmad Dahlan yang tertuang dalam biografinya.

Lantas, seperti apa kisah hidup KH Ahmad Dahlan? Daripada penasaran, langsung saja simak ulasannya berikut ini.

 

1. Kehidupan Pribadi KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868, di Kauman, Yogyakarta pada 1868. Kauman adalah suatu pemukiman yang ditunjuk bagi para pejabat keagamaan dalam pemerintahan pribumi. KH Ahmad Dahlan lahir dengan nama Raden Ngabehi Ngabdul Darwis, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Muhammad Darwisy.

KH Ahmad Dahlan terlahir di keluarga ulama. Ayahnya adalah seorang ulama bernama K.H. Abu Bakar bin K.H. Sulaiman. Ayah Ahmad Dahlan juga merupakan khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Sementara itu, ibu Ahmad Dahlan bernama Siti Aminah merupakan putri seorang pejabat penghulu kesultanan bernama H. Ibrahim bin K.H. Hassan.

Tak berhenti di situ, jika silsilahnya ditarik ke atas, KH Ahmad Dahlan juga masih keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka di antara Wali Songo yang berperan dalam menyebarkan agama Islam.

Lahir di kalangan ulama, KH Ahmad Dahlan tumbuh dengan budi pekerti. KH Ahmad Dahlan juga dikenal cerdas. Pada usia 8 tahun, dia sudah bisa membaca Al Quran dengan lancar. Didikan orangtua juga membuat KH Ahmad Dahlan tumbuh jadi anak yang bertanggung jawab. Dia menjadi panutan sekaligus pemimpin dari teman-temannya.

Pergantian nama Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan terjadi setelah dia pulang dari Tanah Suci. Sepulangnya dari Tanah Suci, KH Ahmad Dahlan juga menikah dengan Siti Walidah Puteri Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan ketua Aisyiyah.

Dari pernikahannya tersebut, KH Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu, Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda Abdullah. Selain dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Munawwir Krapyak dan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

Awal mangarungi kehidupan rumah tangga, kehidupan KH Ahmad Dahlan dan keluarganya sangatlah sederhana. KH Ahmad Dahlan hidupi keluarganya dengan berdagang yang diberi modal oleh ayahnya, selain aktif mengajar mengaji. Sampai suatu ketika bu KH Ahmad Dahlan meninggal pada 1890 kemudian ayahnya menyusul pada 1986. Sejak saat itu, kehidupan KH Ahmad Dahlan semakin berat.

Bukan saja untuk dirinya sendiri dan keluarga, KH Ahmad Dahlan juga menggantikan ayahnya menjadi Khatib Amin, sehingga dia disebut Khatib Amin Haji Ahmad Dahlan. Penunjukkan KH Ahmad Dahlan sebagai Khatib Amin dilakukan sendiri oleh pihak keraton. Sehingga dengan begitu, peran KH Ahmad Dahlan sebagai ulama sekaligus seorang tokoh masyarakat semakin terlegimitasi.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Jenjang Pendidikan dan Karier KH Ahmad Dahlan

Melihat latar belakang keluarganya, sudah semestinya KH Ahmad Dahlan bisa mendapatkan akses pendidikan. Namun nyatanya, KH Ahmad Dahlan kecil justru tidak belajar di sekolah formal. Hal ini dipengaruhi oleh sikap orang-orang Islam pada waktu itu yang melarang anak-anaknya memasuki sekolah gubernemen.

K.H. Ahmad Dahlan lantas mendapatkan pendidikan melalui pengasuhan dan diajari mengaji oleh ayahnya sendiri. Setelah beranjak dewasa, barulah KH Ahmad Dahlan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar. Berkat ketekunan dan kecerdasannya, KH Ahmad Dahlan telah menguasai berbagai keislaman.

Saat menginjak 15 tahun di tahun 1883, atas persetujuan Kyai Ketib Amin, Darwis berkeinginan menambah pengetahuan agama di Mekah, kota pusat ilmu pengetahuan Islam, sekaligus melaksanakan rukun Islam yang kelima. KH Ahmad Dahlan berangkat ke Mekah atas biaya K.H. Muhammad Saleh. Kepergian ke Mekah menambah wawasan KH Ahmad Dahlan dan berinteraksi dengan para pemikir pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.

Setelah selesai beribadah haji, KH Ahmad Dahlan semakin memperbanyak aktivitas sosial. KH Ahmad Dahlan membuka kelas belajar dengan membangun pondok tempat santri belajar ilmu umum seperti ilmu falaq, ilmu tauhid, dan tafsir. Selain itu, ia juga intensif melakukan komunikasi dengan berbagai kalangan ulama intelektual dan kalangan pergerakan seperti Budi Utomo dan Jamiat Khair.

Pada tahun 1903, KH Ahmad Dahlan berangkat lagi ke Mekah. Kali ini dia menetap selama dua tahun. Ketika mukim yang kedua kali ini, ia banyak bertemu dan melakukan muzakarah dengan sejumlah ulama Indonesia yang bermukim di Mekah. Sampai tua, KH Ahmad Dahlan selalu berhasrat untuk menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

KH Ahmad Dahlan banyak mengunjungi pondok-pondok di Jawa. Dalam kunjungannya itu, KH Ahmad Dahlan menyampaikan berbagai ide pembaharuan yang dia dapatkan saat belajar di Timur Tengah. Hal ini juga yang kemudian mendorong KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah.

Pada 18 November 1912 KH Ahmad Dahlan resmi mendirikan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan merupakan organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Tujuan organisasi ini adalah menyebarkan pengajaran Rasulullah kepada penduduk.

Sebelumnya, di tahun 1911, KH Ahmad Dahlan telah mendirikan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Di sekolah ini tidak saja diberikan pelajaran mengaji Al-Quran. Madrasah yang didirikan KH Ahmad Dahlan merupakan sekolah modern, yaitu menggabungkan pendidikan tradisional dan pendidikan umum. bumiputra dan memajukan hal agama Islam kepada anggota anggotanya.

 

3. Pemikiran KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan dikagumi karena pemikiran-pemikirannya. Pemikiran KH Ahmad Dahlan berdasarkan pengalamannya menimba ilmu di berbagai tempat seperti Mekah dan Kairo. Maka saat K.H. Ahmad Dahlan menimba ilmu inilah dia banyak bertemu dengan tokoh-tokoh pembaru Islam.

Selebihnya, pemikiran-pemikiran KH Ahmad Dahlan berkembang dari keprihatinan terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan, kebodohan, dan keterbelakangan karena penjajahan Belanda.

Konsep Muhammadiyah mengusung seluruh pemikiran dan ide menitik tekankan pada pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Dalam hal ini, KH Ahmad Dahlan memiliki pemikiran bahwa pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama,luas pandangan dan paham masalah ilmu ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.

Pemikiran pembaharuan KH Ahmad Dahlan dalam pendidikan masih terasa hingga sekarang. Menurut KH Ahmad Dahlan, pendidikan menjadi upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis. Bagi KH Ahmad Dahlan, pendidikan harus mampu meningkatkan daya analisa yang tajam dalam dinamika kehidupannya pada masa depan.

Itulah di antaranya biografi KH Ahmad Dahlan. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan!

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending