kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manis umbi bengkuang, manis pula keuntungannya (1)


Selasa, 13 Mei 2014 / 14:21 WIB
Manis umbi bengkuang, manis pula keuntungannya (1)
ILUSTRASI. Gejala Kanker Serviks pada Remaja


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Rizki Caturini

Bengkuang merupakan tanaman menjalar yang tumbuh membelit dengan panjang rata-rata sekitar lima meter (m). Umbi tanaman ini bisa dikonsumsi dalam keadaan mentah sebagai buah manisan atau digunakan sebagai masker wajah untuk kecantikan. Umbi bengkuang juga bisa diolah sebagai bahan baku obat dan makanan olahan.

Bengkuang termasuk dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Daun bengkuang berbentuk menyirip beranak daun tiga dengan ujung runcing dan bergigi besar. Tanaman ini juga menghasilkan bunga dan buah. Buahnya seperti polong berbentuk garis pipih.

Umbi akar bengkuang berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kilogram (kg). Umbi bengkuang mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium. Rasa manis itu berasal dari oligosakarida yang disebut inulin yang tidak bisa dicerna tubuh manusia. Nah, sifat ini justru berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendah kalori.

Tugi Bejo, salah satu pembudidaya tanaman bengkuang dari Kecamatan Bandar, Batang, Jawa Tengah, telah membudidayakan bengkuang sejak tahun 2010. Di lahan seluas setengah hektare (ha), pria berusia 65 tahun ini bisa memproduksi 5 ton bengkuang setiap sekali panen yang terjadi setiap empat bulan. Umbi bengkuang tersebut dijual ke pengumpul di wilayah dengan harga Rp 2.000 per kg. Setiap kali panen dia bisa meraup omzet sekitar Rp 10 juta.

Adapun Hendra Chaniago, petani bengkuang di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, mengatakan, ia sudah sekitar 7 tahun menjadi petani bengkuang. "Dulu saya penyuluh, kemudian jadi petani," ujarnya ketika dihubungi KONTAN.

Hendra bercerita, ia menggarap lahan seluas dua ha di Bukit Tinggi. Meskipun ia yang mengerjakan, namun sejatinya tanah tersebut merupakan tanah adat milik masyarakat. Di samping bengkuang, Hendra juga sedang mencoba mempela-jari cara penanaman cabai.

Ia menyebutkan, rata-rata petani sekitar setiap panen mampu menggaet sebanyak 10 ton bengkuang. Apabila tanahnya subur, maka bengkuang yang dihasilkan mencapai 20 ton per ha.

Karena sambil menanam tumbuhan lain, Hendra mengatakan, saat ini hanya memiliki seperempat hektare lahan yang dipakai untuk membudidayakan bengkuang. Berarti, setiap panen, ia menghasilkan antara 2,5 ton hingga 5 ton bengkuang.

Hendra mengatakan,  dia menjual bengkuang dengan harga sekitar Rp 3.000−Rp 3.500 per kg kepada pengepul di daerahnya. Dari kisaran harga itu, berarti setiap panen Hendra mampu mengantongi omzet penjual  antara Rp 7,5 juta hingga Rp 15 juta.                           n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×