Mengenal Meutya Hafid, Wanita yang Naik Motor TNI Dibantu Jenderal Andika, Pernah Disandera di Irak

Rupanya potret tersebut diunggah langsung oleh Meutya Hafid di akun Twitter pribadinya @meutya_hafid pada 3 November 2021.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
capture/Instagram/twitter/Meutya Hafid
Meutya Hafid 

SRIPOKU.COM - Heboh, foto kebersamaan Jenderal Andika Perkasa dan Meutya Hafid jadi perbincangan.

Padahal foto tersebut hanya kedekatan seperti rekan kerja biasa.

Hal ini terkuak karena seperti diketahui, bahwa Ketua Komisi I DPR yakni Meutya Hafid menyetujui terkait pengangkatan Jenderal Perkasa sebagai Panglima TNI.

Hal tersebut merupakan keputusan yang dikeluarkan I DPR setelah mendengar pemaparan visi dan misi Jenderal Andika Perkasa di Rapat Dengar Pendapat Umum pada Sabtu, 6 November 2021.

Usai pengumuman tersebut beredar foto atau potret Jenderal Andika Perkasa dan Meutya Hafid.

Rupanya potret tersebut diunggah langsung oleh Meutya Hafid di akun Twitter pribadinya @meutya_hafid pada 3 November 2021.

Waktu postingan tersebut 3 hari sebelum diadakan Rapat Dengar Pendapat Umum terkait persetujuan pengangkatan Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI.

Terlihat potret mesra tersebut Meutya Hafid sedang mencoba menaiki motor gede milik TNI.

Sedangkan Jenderal Andika Perkasa terlihat sedang memegang motor bagian belakang yang sedang dinaiki oleh Ketua Komisi I DPR.

Namun tidak ada tulisan caption hingga menimbulkan tanda tanya besar maksud pamer foto tersebut.

Postingan tersebut pun mendapat beberapa kritikan, mengingat Meutya Hafid merupakan anggota legislatif namun pamer kedekatan dengan pejabat eksekutif.

Lantas siapa Meutya Hafid? berikut sosoknya.

Baca juga: Jejak Karir dan Pendidikan Jenderal Andika Perkasa, Paket Komplit Tangguh di Medan Perang dan Ilmuan

Sosok Meutya Hafid

Jurnalis atau dikenal juga dengan wartawan adalah sebutan untuk seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik seperti menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik lewat media massa secara teratur.

Beratnya tugas jurnalis, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi seorang jurnalis.

Syarat utama menjadi jurnalis, sejatinya adalah:

1) mampu melenyapkan perasaan rendah diri dan

2) mampu mengurangi perasaan tinggi hati. Syarat yang sederhana namun realisasinya sulit. Itulah kehebatan seoarang jurnalis.

Ya, itulah mengapa Jurnalis bukan hanya sebuah profesi.

Tapi pekerjaan yang menantang, Agar mampu menyajikan berita yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Seperti kisah yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu.

Sosok jurnalis perempuan Meutya Hafid pernah disandera di irak karena mengerjakan tugasnya menjadi seorang jurnalis.

Kok bisa dan bagaimana dia bisa diselamtakan? nah dalam artikel kali ini, kita akan membahasnya.

Seperti diketahui, Presiden ke-6 Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ternyata pernah membebaskan seorang reporter.

Kala itu, seorang reporter yang bernama Meuty Hafid disandera di Irak saat menjalankan tugasnya dalam meliput berita.

Peristiwa itu terjadi pada tahun 2005, atau pada periode pertama pemerintahan SBY.

SBY memang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-6 selama dua periode.

Tepatnya, SBY menjadi presiden selama 10 tahun.

Periode pertama dijalani SBY pada tahun 2004 hingga 2009.

Saat itu, SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla yang merupakan wakil presidennya.

SBY-Jusuf Kalla saat itu memenangi Pilpres 2004 setelah mengalahkan empat pasangan calon (paslon) lainnya.

Dilansir dari Tribunnews.com, Selama menjadi presiden, SBY memiliki sejumlah cerita soal kepemimpinannya.

Salah satunya, soal pembebasan dua wartawan Metro TV saat itu, Meutya Hafid, dan Budianto.

Hal itu dituliskan SBY dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.

Dalam buku itu, SBY menceritakan bagaimana cara dirinya membebaskan wartawan yang disandera di Irak. 

Menurut SBY, kedua wartawan tersebut disandera ketika tahun 2005 lalu, tepat di saat dua tahun dirinya menjabat sebagai Prsiden.

SBY membenarkan kalau kedua wartawan itu memang diculik dan ditahan oleh elemen bersenjata di Irak.

"Saya masih ingat, ADC Presiden waktu itu, Kolonel Laut Didiet Herdiawan, setelah diberi tahu oleh Dino (Dino Patti Djalal), membangunkan saya pada pukul 01.15," tulis SBY.

Pada saat SBY mendapatkan informasi itu, ternyata dirinya langsung bergegas mengambil tindakan.

Dengan sigap, akhirnya SBY menyampaikan permintaanya untuk membebaskan kedua wartawan yang disandera tersebut agar cepat dibebaskan.

"Singkat cerita, 1 jam kemudian, saya sudah menyampaikan permintaan saya untuk membebaskan 2 warga negara Indonesia itu melalui Aljazeera, yang segera disiarkan ke seluruh dunia. Tentunya ke Irak sendiri," ungkap SBY.

Ternyata, apa yang dilakukan oleh SBY tersebut membuahkan hasil, akhirnya kedua wartawan tersebut dibebaskan.

"Alhamdulillah, tindakan cepat saya itu membuahkan hasil yang amat manis. Meutya dan Budianto beberapa saat, tentu dengan ikhtiar yang lain, bisa dibebaskan dan akhirnya selamat kembali ke tanah air," tandas SBY.

Tak hanya itu Presiden SBY juga tak segan segan memberikan taruhan besar untuk para Kopassus dalam membebaskan Kapal Sinar Kudus di Somalia.

Peristiwa itu terjadi tahun 2014 lalu.

Saat itu, Kapal Sinar Kudus beserta awaknya yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dibajak para perompak di Somalia.

SBY pun mengaku segera memtusukan, dan menginstruksikan para prajurit Satuan Khusus TNI untuk membebaskannya.

Menurut SBY, keputusan yang diambilnya itu memiliki risio yang tidak kecil.

"Taruhannya besar. Operasi khusus yang dilakukan oleh Satuan Paska, Marinir, Kopassus, dan Paskhas waktu itu sangat bisa gagal," jelas SBY.

Alasannya, persiapan operasi pembebasan itu hanya dilakukan selama beberapa hari saja.

"Di samping hanya beberapa hari dilakukan persiapan, kapal perang yang mengangkut pasukan tersebut harus mengarungi samudera dengan jarak yangamat jauh," ungkap SBY.

Tidak hanya itu, informasi yang didapatkan SBY dari intelijen juga masih minim, dan berbagai ketidakpastian sasaran.

Meski demkikian, keputusan itu tetap diambil oleh SBY.

"Sebagai Presiden saya tidak mau nama dan kehormatan kita diinjak-injak," tulis SBY.

SBY mengungkapkan, meskipun proses negosiasi terus dilakukan, namun pasukannya siap bertindak menghadapi situasi terburuk.

"Alhamdulillah, dengan paduan negosiasi dan operasi pengejaran dan pengghancuran perompak, operasi khusus yang saya berin nama Operasi Merah Putih tersebut dapat dilaksanakan dengan sukses. Gemilang. Kita semua bangga," ujar SBY.

Profil Meutya Hafid

Dilansir wikipedia, Meutya Viada Hafid, perempuan yang lahir di Bandung, Jawa Barat, 3 Mei 1978 ini adalah seorang politikus dan mantan pembawa acara berita televisi, yang saat ini menjabat sebagai anggota Komisi I DPR Republik Indonesia dari Partai Golkar sejak tahun 2010.

Sebelumnya, ia bekerja sebagai jurnalis di Metro TV, Meutya membawakan acara berita serta menjadi presenter di beberapa acara.

Pada 18 Februari 2005, Meutya dan rekannya juru kamera Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak.

Kontak terakhir Metro TV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh.

Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).

Ketenaran Meutya Hafid ini sempat berujung pada teror dari seseorang bernama Bobby Meidianto.

Pria yang dikabarkan depresi sejak 2000 itu mengaku menjadi suami Meutya, dan menyebarkan kabar bohong itu di dunia maya.

Bobby adalah warga RT. 1/ RW. VII Kalurahan Panularan, Solo, yang tidak lagi mengurusi istri dan kedua anaknya, yaitu Panji (18 tahun) dan Pramudya (8 tahun).

Bobby disebutkan tinggal berpindah-pindah karena mengalami gangguan kejiwaan. Menurut cerita Ny Harsono, mertua Bobby, menantunya ini memang sejak awal menikah terlihat berpotensi mengalami gangguan jiwa.

Puncak depresinya terjadi ketika salah seorang adik tirinya datang menanyakan apa benar dirinya meninggal. Menurut Meutya, pernah ada pria berpakaian compang-camping yang menungguinya di depan pagar rumahnya selama 3 hari.

Bobby mengaku sebagai Letkol Purnawirawan dan menjadi anggota detasemen khusus di kepolisian Republik Indonesia.

Meutya Hafid
Meutya Hafid (capture/Instagram/twitter/Meutya Hafid)

Karir di dunia Jurnalis

Pada 11 Oktober 2007, Meutya Hafid terpilih sebagai pemenang Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill, dari pemerintah Australia.

Penghargaan ini dianugerahkan setiap tahun untuk mengenang mantan Atase Pers Kedutaan Australia Elizabeth O’Neill, yang gugur dalam tugasnya pada 7 Maret 2007 dalam kecelakaan pesawat di Yogyakarta.

Penghargaan diberikan kepada satu orang jurnalis Australia dan satu orang jurnalis Indonesia, diserahkan langsung oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Bill Farmer.

Dari Australia, jurnalis ABC Radio Australia bernama Joanna McCarthy terpilih menjadi pemenang.

Dengan kemenangan itu, Meutya menjalani program 3 minggu di daerah pedalaman untuk mengembangkan pengertian dan apresiasi lebih baik terhadap isu kontemporer yang dihadapi Australia dan Indonesia.

Dubes Farmer menilai Meutya yang saat itu menjadi pembawa acara berita unggulan Metro TV dan acara perbincangan seperti Top Nine News, Today’s Dialogue dan Metro Hari ini, adalah pilihan “paling tepat” sebagai pekerja keras, profesional dan jurnalis yang berdedikasi dengan pengalaman luar biasa.

Pada 19 Februari 2008, Meutya meraih penghargaan alumni Australia 2008 untuk kategori Jurnalisme dan Media, bersamaan dengan pemilik grup Lippo Dr. James Tjahaja Riady (alumni University of Melbourne) yang menerima penghargaan serupa untuk kategori kewiraswastaan.

Meutya sempat kuliah di University of New South Wales, sebelum kemudian mengabdikan diri sebagai jurnalis Metro TV .

Finalis lain di kategori yang sama adalah Avian Tumengkol (William Angliss Institute) yang menjadi wakil khusus urusan kepresidenan dan luar negeri, Wishnutama Kusubandio (Kooralbyn International School)

yang saat itu menjadi Direktur Utama Trans7, Mohammad Sobary (Monash University) yang menduduki Direktur Eksekutif Kemitraan; dan Rahmad Nasution (University of Queensland), kepala biro Antara.

Meutya menjadi satu dari 30.000 pelajar dan mahasiswa Indonesia di Australia dalam 50 tahun terakhir yang menunjukkan prestasi gemilang dan berkontribusi besar membuat lingkungan sosial Australia lebih berwawasan dan mendekatkan kedua bangsa.

Penghargaan diberikan di hadapan sekitar 700 alumnus Australia dan kalangan diplomat RI yang pernah bertugas di Australia.

Turut hadir mantan menteri Hartarto dan pengusaha ternama Noke Kiroyan.

Pada 9 Februari 2012, Meutya menjadi satu di antara lima Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan, karena dianggap sebagai tokoh besar di balik perkembangan pers nasional.

Meutya menjadi satu-satunya perempuan yang duduk di antara tokoh pers inspiratif tersebut, dan juga yang termuda meraih penghargaan tersebut. Dia terpilih bersama Tirto Adhi Soerjo.

Tirto Adhi Soerjo, perintis pertama surat kabar di Indonesia melalui “Medan Prijaji” pada 1 Januari 1907 di Bandung.

Selain itu, juga sastrawan dan pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad, tokoh pers Indonesia Rosihan Anwar, serta Andy F. Noya yang menjadi host acara "Kick Andy" di Metro TV.

“Kita juga semakin sadar bahwa wartawan tak hanya butuh intelektualitas dan wawasan, tetapi juga keberanian dan kegigihan.

Dan, yang tak kalah pentingnya, Meutya juga menyadarkan pada kita bahwa wartawan bukan hanya profesi kaum pria,” demikian Mizan menyebutkan

Karir di dunia Politik

Pada 2010, Meutya berpasangan dengan H. Dhani Setiawan Isma S.Sos sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota Binjai periode 2010-2015, diusung Partai Golkar, Demokrat, Hanura, PAN, Patriot, P3I, PDS serta 16 partai non-fraksi DPRD Binjai.

Deklarasi pasangan Dhani-Meutya didukung Partai Golkar sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota dilaksanakan di Gedung Patar Hall, Jalan Tuanku Imam Bonjol, Binjai Kota, pada 17 Februari 2010.

Acara deklarasi tersebut dihadiri ribuan massa dengan pengawalan ketat petugas kepolisian kota Binjai. Sayangnya, Meutya kalah.

Saat itu, diduga ada kesalahan rekapitulasi penghitungan suara di Tingkat PPK Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Timur, Binjai Selatan dan Binjai Kota.

Suara Dhani-Meutya juga diduga berkurang 200, dari seharusnya 22.287 menjadi 22.087 suara.

Perolehan suara Dhani-Meutya juga banyak yang dibatalkan karena kertas suara dicoblos hingga bagian belakang secara simetris, dan banyaknya dan kertas suara yang robek di bagian tengah sehingga menguntungkan calon pasangan tertentu.

Meutya berupaya mencari keadilan ke Mahkamah Konstitusi dan meminta penghitungan kembali kotak suara sekaligus mencari kebenaran pelaksanaan Pilkada di Kota Binjai karena diduga ada kesalahan penghitungan suara di beberapa TPS, Kecamatan Binjai Barat berdasarkan temuan-temuan saksi di tiap-tiap TPS.

Sayangnya, MK memutuskan menolak permohonan Meutya dengan alasan tidak cukup bukti

Pada bulan Agustus 2010, ia dilantik menjadi Anggota DPR antar waktu dari Partai Golkar menggantikan Burhanudin Napitupulu yang meninggal dunia

Ketika organisasi massa yang didirikan Surya Paloh, yakni Nasional Demokrat, berganti baju menjadi partai politik pada 25 Juli 2011, Meutya yang dekat dengan Surya Paloh (atasannya ketika berkarya di Metro TV) termasuk di antara kader Golkar yang mundur dari Nasdem.

Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengatakan seluruh anggota Fraksi Partai Golkar memilih mundur dari Nasional Demokrat.

Pengunduran diri kader Golkar itu diumumkan pada Kamis, 11 Agustus 2011 yang merupakan tenggat bagi kader Golkar untuk memilih bertahan di partai berlambang beringin tersebut, atau pindah ke Nasdem.

Selain Meutya, kader Golkar lain yang sempat bergabung di Nasdem adalah Jeffrie Geovani dan Ferry Mursyidan Baldan.

Pada hari itu, Meutya Hafid menyatakan di akun Twitternya dengan tegas mengatakan, "sangatlah tak mungkin jika saya menjadi anggota parpol lain."

Baca juga: DPR RI Menyetujui Pencalonan Sebagai Panglima TNI, Ini Visi Jenderal Andika Perkasa

Sumber: Sriwijaya Post
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved