Sejumlah pedagang bengkuang yang berjualan di Batas Kota Padang-Padangpariaman mengeluhkan minimnya pembeli.

Pedagang bengkuang, Ramtisti, 41, yang berjualan di Batas Kota mengaku saat ini penjualan bengkuang sangat sepi.

Dia mengatakan, omzet penjualannya sangat tak menentu. Dengan menjual bengkuang seharga Rp 5.000-7.000 per kilogramnya, Ramtisti mendapatkan omzet sekitar Rp 50-100 ribu per hari.

“Saat ini harga bengkuang sedang murah, bahkan saya tak bisa mengekspor bengkuang ke Malaysia karena harga terlalu rendah. Bengkuang hanya dihargai Rp 3.000-4.000 per kilogramnya,” ucapnya.

Ramtisti mengaku terpaksa menjual bengkuangnya di dalam kota saja. Untung-untung ada permintaan dari Bukittinggi atau kota-kota lain.

Pedagang lain yang berjualan di tepi jalan menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Jhon, 45 juga mengeluhkan pembeli yang sepi. Padahal bengkuang adalah oleh oleh khas Kota Padang. Tapi saat ini tak banyak yang minat bahkan ada yang tidak tahu kalau bengkuang adalah ikon kota Padang.

“Bengkuang ini kan bukan buah musiman, ramainya pembeli saat Ramadhan saja, yang biasa dijadikan es buah oleh masyarakat. Di bulan lain, bengkuang juga ada, tapi pembeli tak ada,” keluh Jhon.

Diakui Jhon, hingga pukul 11.00 saja, belum ada yang membeli, padahal hari ini hari libur yang banyak orang lalu lalang ke dalam dan luar kota, tapi pembeli tetap sepi.

“Ini ada beberapa yang sudah layu dan menghitam. Mau bagaimana lagi, nanti paling saya jual murah lagi atau terbuang sia-sia,” katanya. (cr7)