Kembali ke konten utama
Misteri Kupu-kupu Taiwan Ragam dan Konservasi Kupu-kupu Taiwan
2023-02-20

Kupu-kupu Timelaea albescens yang bercorak macan tutul

Kupu-kupu Timelaea albescens yang bercorak macan tutul
 

Pegunungan Taiwan memiliki ragam ekosistem yang menyediakan lingkungan sangat baik bagi habitat kupu-kupu. Terdapat lebih dari 400 spesies kupu-kupu di Taiwan, hampir seperdelapan di antaranya merupakan spesies endemik. Konsep konservasi lingkungan kian meningkat. Kalangan akademis dan lembaga konservasi lingkungan non pemerintah saling bekerja sama melakukan survei jejak kupu-kupu di seluruh pelosok di Taiwan. Karena selain makhluk hidup yang indah, kupu-kupu juga merupakan indikator lingkungan yang penting.

 

Pada hari ini, tim peneliti bersama dosen pengajar dari National Taiwan Normal University (NTNU) jurusan ilmu hayati, profesor Hsu Yu-feng melakukan observasi kupu-kupu di Houtong, Distrik Ruifang, Kota New Taipei. Terlihat kawasan gunung dan sungai yang masih alami, hanya sebagian kecil yang dirusak dan inilah tempat yang cocok untuk habitat kupu-kupu.

 

Kehebatan Kupu-kupu Yang Terselubung

Hsu Yu-feng menunjuk ulat di atas daun sembari bertanya, “Mengapa dia mampu bertahan di atas daun setelah diterpa hujan dan badai?” Ada bercak putih yang tersisa di atas daun menjadi petunjuk, larva dapat mengeluarkan jaring di atas daun, kemudian kakinya yang menyerupai kail kecil mencengkeram seperti layaknya struktur perekat velcro. Setelah larva memangsa makanan maka ia pasti akan mengeluarkan jaring di atas daun supaya tidak terjatuh saat tertiup angin dan hujan.

Selanjutnya, mengamati seekor ulat berwarna merah, kuning dan hijau yang sedang merangkak, terdapat tonjolan yang sangat jelas pada bagian kepala dan ekor, “Ini adalah larva kupu-kupu Satyrinae.” Warna mencolok pada kupu-kupu sangat menakjubkan, setelah tumbuh dewasa ia akan berubah menjadi seekor kupu-kupu dengan warna coklat monoton. Hsu Yu-feng menjelaskan, kupu-kupu akan bermetamorfosis secara sempurna, sel telur berkembang menjadi sel larva dan sel dewasa. Setelah menetas berubah menjadi ulat, sel dewasa akan tidur beristirahat dan menunggu ulat bermetamorfosis menjadi kepompong, agar asupan nutrisi yang diperoleh larva bisa mencukupi ulat.

Di Houtong, kita dapat menyaksikan hampir semua klasifikasi famili kupu-kupu. Hsu Yu-feng menangkap seekor kupu-kupu dengan lembut dan berkata, kupu-kupu klasifikasi famili Nymhalidae dengan kaki bagian depan berubah pendek yang memiliki fungsi sensor pengecap rasa. Dikarenakan larva Nymphalidae hanya makan tumbuhan tertentu maka saat akan bertelur, kupu-kupu ini akan menghentakan kaki depan dengan cepat di atas permukaan daun, seolah-olah sedang bertinju, yang bertujuan untuk memastikan makanan ini dapat dimakan oleh larva.
 

Hsu Yu-feng selaku pakar kupu-kupu internasional, sangat menyukai kupu-kupu Lycaenidae. Ia beranggapan selain penampilan yang cantik, kupu-kupu juga memiliki fenomena kehidupan yang tidak dimiliki oleh manusia.

Hsu Yu-feng selaku pakar kupu-kupu internasional, sangat menyukai kupu-kupu Lycaenidae. Ia beranggapan selain penampilan yang cantik, kupu-kupu juga memiliki fenomena kehidupan yang tidak dimiliki oleh manusia.
 

Fenomena dan Spesies Endemik Kupu-kupu Taiwan 

Kupu-kupu spesies endemik Taiwan pada umumnya bermunculan di lokasi berelevasi sedang hingga tinggi, misalkan kupu-kupu Aurora swallowtail (Atrophaneura horishana) dengan ekor bercorak dasar merah bintik hitam seperti buah semangka, dan kupu-kupu Hoppo peacock (Papilio hopponis) yang sangat langka memiliki corak cincin ganda pada bagian ekornya. Sementara Hsu Yu-feng pernah menemukan kupu-kupu spesies endemik, Sibataniozephyrus kuafui pada 30 tahun yang lalu dengan habitat bertempat di hutan beech Taiwan di dataran menengah dan tinggi.

Pada umumnya semakin luas dataran dan semakin rendah letak garis lintang, maka spesies kupu-kupu pun semakin beragam. Hsu Yu-feng mengatakan, dibandingkan dengan negara-negara di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, jumlah kupu-kupu Taiwan tidak sebanding, akan tetapi proporsi spesies endemik lebih tinggi, “Lagi pula sangat sulit menemukan lokasi seperti ini di dunia, pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan air laut, hanya diperlukan waktu 3 jam perjalanan untuk bisa menyaksikan kupu-kupu iklim tropis dan sedang.”

Selain ada kupu-kupu spesies endemik, Taiwan adalah tempat yang berharga untuk observasi fenomena kupu-kupu, yakni setiap tahun pada musim gugur, kupu-kupu Chestnut tiger (Parantica sita) yang berasal dari Kamigoto, Jepang beremigrasi ke Taiwan untuk melewati musim dingin, melintasi samudra menempuh jarak lebih dari 1.000 mil laut terbang ke pulau Penghu dan Lanyu, suatu fenomena langka di mana kupu-kupu mengarungi lautan.

 

Kupu-kupu Adalah Indikator Lingkungan

Hsu Yu-feng menekankan, “Kupu-kupu tidak hanya indah dipandang, tetapi ragam spesies dan jumlahnya juga mencerminkan perubahan lingkungan.” Sepuluh tahun yang lalu, Hsu Yu-feng bersama Direktorat Jenderal Kehutanan dan tim dari National Ilan University memasuki hutan beech Taiwan untuk melakukan penelitian. Mengamati kupu-kupu beterbangan di pepohonan beech, kita bisa mendapati lebih dari 140 spesies kupu-kupu, ngengat dan di antara kupu-kupu ini mereka masih menamai empat spesies baru.

Akan tetapi, ketika tim peneliti menjalani simulasi iklim, di masa mendatang akan menghadapi pemanasan global dengan suhu yang semakin tinggi, akan menyebabkan hutan beech Taiwan dalam kurun waktu 50 tahun akan berkurang 5% dibandingkan yang ada pada saat ini, maka kondisi ini dapat membahayakan keberlangsungan ragam makhluk yang hidup di hutan ini. Oleh karena itu “Buku Koleksi Makhluk Hidup Taiwan Bersampul Merah” mencatat kupu-kupu Sibataniozephyrus kuafui yang berhabitat di hutan beech Taiwan sebagai spesies indikator yang sangat langka. “Ketika spesies ini semakin berkurang, menandakan kondisi lingkungan memburuk yang pada akhirnya juga merugikan manusia.” Hsu Yu-feng menjelaskan.

Kupu-kupu, unggas, lumut kerak (atau lichen) dan tanaman jenis paku-pakuan (Trachaephyta), semua ini merupakan indikator lingkungan untuk ekosistem daratan. Mengenal kupu-kupu, tidak hanya mengingat karakteristik kupu-kupu, akan tetapi hal yang lebih penting adalah bisa mengetahui bagaimana kondisi lingkungan yang menjadi tempat hunian bagi manusia.

Untuk menyempurnakan dokumentasi kupu-kupu Taiwan, Direktorat Jenderal Kehutanan dan tim peneliti Hsu Yu-feng berkolaborasi, meluncurkan buku “The five-volume Butterfly Fauna of Taiwan”, selain memperkenalkan karakteristik, penyebaran dan gambar kupu-kupu, juga terdapat perubahan nama-nama ilmiah sepanjang sejarah serta lampiran gambar-gambar anatomi organ reproduksi. “Untuk mengidentifikasikan kupu-kupu spesies baru, tim peneliti akan mengamati organ reproduksinya, sulit membedakan jika hanya melihat penampilan luar saja.” Ujar Hsu Yu-feng sambil menjelaskan. Buku ini terbagi atas 5 jilid, yang mencakup klasifikasi famili seperti: kupu-kupu ekor layang-layang (Papilionidae), Pieridae, Hesperiidae, Lycaenidae, Nymphalidae, yang disajikan dalam bilingual yakni bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris, dengan tujuan agar keberagaman spesies kupu-kupu di Taiwan juga dapat ditunjukkan kepada dunia.
 

Chang Jung-hua menceritakan berkat upaya yang dilakukan relawan, kini taman kupu-kupu Jiannan terdapat 160 spesies kupu-kupu.

Chang Jung-hua menceritakan berkat upaya yang dilakukan relawan, kini taman kupu-kupu Jiannan terdapat 160 spesies kupu-kupu.
 

Markas Konservasi – Taman Kupu-kupu Jiannan

Lembaga konservasi non pemerintah Taiwan “Butterfly Conservation Society of Taiwan” (disingkat menjadi BCST), sejak tahun 2003 mulai mempromosikan restorasi habitat jalan setapak kupu-kupu di jalan Jiannan. Untuk saat ini di dalam taman tersebut terdapat lebih dari 160 spesies kupu-kupu, dan menjadi taman eko edukasi kupu-kupu yang representatif.

 Pada hari kunjungan kami, Ketua Pelaksana BCST Chang Jung-hua memimpin rombongan mengamati taman kupu-kupu terbuka yang terletak di tengah kota. Relawan BCST menanami tumbuhan inang dan sari bunga yang disediakan sebagai makanan bagi larva dan ulat kupu-kupu. Untuk menghindari kupu-kupu bersaing merebut makanan, para relawan secara khusus menyusun tanaman tersebar secara merata di dalam taman. Setiap kali penambahan tumbuhan baru maka relawan akan melakukan pendataan rutin yang mencatat situasi habitat, memangsa makanan serta memahami seberapa besar daya tarik tanaman ini bagi kupu-kupu.

Dalam taman kupu-kupu setiap interval satu jam, kita bisa mengamati fenomena biologis kupu-kupu. Di atas pohon Wendlandia formosana yang berada di dekat pintu masuk, larva Athyma selenophora menggunakan kotorannya untuk berkamuflase, melindungi diri dari serangan musuh alam. Kupu-kupu Albatross (Appias lyncida Eleonora) beterbangan di antara pohon laba-laba (Crateva adansonii ssp. Formosensis) asyik mengitari dan enggan menghinggap di atas permukaan daun, ingin mencari lokasi yang tepat untuk bertelur.

Tak henti-hentinya berpapasan dengan kupu-kupu yang beterbangan di atas lereng gunung. Di tempat ini ada kupu-kupu jeruk (Papilio demoleus) yang melintas dengan cepat, masih ada kupu-kupu Catopsilia Pomona yang muncul di lokasi berelevasi rendah, kupu-kupu ini adalah primadona di desa Yellow Butterfly di Distrik Meinong Kaohsiung. Saat menengadah, ada seekor kupu-kupu Timelaea albescens yang bercorak macan tutul hinggap di pohon, sedang beristirahat sambil mengepak-ngepakan sayapnya.

“Ada seorang gadis asal Australia yang menyambangi taman kupu-kupu, ia mengatakan orang Taiwan beruntung sekali, karena di satu lokasi bisa menyaksikan begitu banyak spesies kupu-kupu.” ujar Chang Jung-hua sembari mengenang kembali. Sebenarnya, lahan Australia lebih luas 215 kali lipat dibandingkan Taiwan, namun jumlah spesies kupu-kupu di Taiwan dan Australia sama, keduanya memiliki lebih dari 400 spesies.

 

Taiwan Pelindung Kupu-kupu

Selain spesies kupu-kupu di Taiwan sangat banyak, upaya konservasi Taiwan pun patut mendapat pujian, Hsu Yu-feng mengatakan, dalam mata pelajaran biologi di sekolah dasar dan sekolah menengah di Taiwan telah memberikan banyak program-program pembelajaran yang menarik, masih ada beberapa sekolah yang mengajarkan siswa menanam tumbuhan inang, dengan tujuan untuk menarik kupu-kupu agar berkunjung dan bertelur.

Berkaitan dengan kupu-kupu yang terancam punah, angka ini sangat mengejutkan. Kemudian Chang Jung-hua memutuskan untuk memberitahu hasil temuan ini kepada ilmuwan dan mengajak mereka ikut bergabung dalam kegiatan observasi ini, dengan harapan semakin memahami kupu-kupu nasional Jepang, yang dikenal dengan Japanese emperor (Sasakia charonda), saat bersamaan kupu-kupu ini juga menjadi spesies endemik Taiwan.

Relawan BCST terbagi atas dua tim restorasi yaitu taman kupu-kupu Jiannan dan pemandu khusus kupu-kupu ekor layang-layang (Agehana maraho). Awalnya, BCST mengundang pakar kupu-kupu untuk membimbing relawan dan mengajari tentang pengenalan dan ekologi kupu-kupu. Relawan masih harus belajar dan mengikuti senior dalam memberikan panduan selama dua tahun, setelah lolos dan mendapat sertifikat baru bisa bertugas menjadi pemandu secara resmi. Sementara itu, para relawan restorasi habitat masih perlu belajar agar bisa membedakan spesies kupu-kupu, mengobservasi larva dan secara rutin mendata lingkungan dan iklim mikro dalam jangka panjang (seperti: suhu temperatur, kelembapan, cahaya matahari, kecepatan angin) yang bermanfaat bagi BCST untuk melakukan penyesuaian secara tepat waktu dalam pengelolaan taman.

Seperti yang disampaikan oleh penulis Wu Ming-yi dalam bukunya “Book of Lost Butterflies”, mengamati kupu-kupu adalah “Cara untuk mengenal perasaan dan pemikiran tentang suatu kehidupan yang lain”. Ia juga yakin, “Manusia tidak memiliki sayap dan atrofi.” Melalui kupu-kupu, kita dapat mengetahui kebajikan hidup yang tidak dimiliki manusia, serta memahami keberagaman dan kerapuhan lingkungan di balik kupu-kupu, yang mengingatkan kita untuk menikmati serta melindunginya.”

 

MORE

Misteri Kupu-kupu Taiwan Ragam dan Konservasi Kupu-kupu Taiwan