Selasa 16 May 2017 14:56 WIB

Suku Anak Dalam Kini Nikmati Listrik

Rep: Kabul Astuti/ Red: Esthi Maharani
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa anak-anak suku Anak Dalam korban bencana asap yang mengungsi dipingiran Hutan Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Jumat (30/10).
Foto: Antara/Tisna
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa anak-anak suku Anak Dalam korban bencana asap yang mengungsi dipingiran Hutan Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Jumat (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Layanan listrik mulai merambah komunitas adat terpencil. Sebanyak 23 rumah kepala keluarga (KK) Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Pulau Lintang, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun dan 18 KK SAD Desa Sialang, Kabupaten Merangin, Jambi kini dapat menikmati aliran listrik.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan energi ini berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (solar cell), dengan daya sebesar 400 Volt Ampere. Alat tersebut dipasang di setiap rumah. Diperkirakan alat tersebut mampu bertahan hingga sepuluh tahun.

"Listrik yang dihasilkan tidak akan membebani keluarga karena menggunakan cahaya matahari. Tidak perlu membayar setiap bulannya," ungkap Khofifah Indar Parawansa di Provinsi Jambi, dalam siaran pers diterima Republika.co.id, Senin (15/5).

Khofifah menerangkan, Kementerian Sosial menargetkan sebanyak 500 rumah Suku Anak Dalam teraliri listrik dalam program "Terangi Suku Anak Dalam, Orang Rimba, dan Komunitas Adat Terpencil" yang diinisiasi musisi AKON bersama Yayasan Dwiyuna Jaya Foundation tersebut.

Menurut Khofifah, satu unit solar cell bernilai Rp 8 juta. Selain penerangan, warga di permukiman SAD juga diberikan televisi, parabola, kipas angin dan baterai lithium untuk balai, serta filter air siap minum. Kementerian Sosial juga membangunkan jalan sepanjang 1 kilometer senilai Rp 200 juta guna mempermudah warga SAD mengakses perekonomian, pendidikan, dan kesehatan.

Dipilihnya Suku Anak Dalam, Orang Rimba, dan Komunitas Adat Terpencil, dikarenakan wilayah tempat tinggal mereka memiliki akses yang sangat terbatas. Jangankan listrik dan sinyal, akses jalan menuju wilayah desa terdekat dari permukiman mereka pun sangat sulit. Umumnya, yang tersedia adalah jalan setapak yang terjal, berbatu, dan berlumpur.

Pemasangan instalasi listrik bertenaga surya ini juga atas masukan warga permukiman Suku Anak Dalam. Khofifah mengisahkan, dalam kunjungan pertamanya ada warga SAD yang minta diberikan penerangan listrik. Setelah melewati berbagai pertimbangan, dipilihlah listrik bertenaga surya.

"Kalau PLN narik kabel sampai ke wilayah mereka berapa investasi yang harus dikeluarkan. Belum lagi biaya bulanan yang harus dibayarkan setiap kepala keluarga tiap bulannya. Sudah pasti butuh ongkos yang besar," tutur Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement