Prayitno Ramelan: Pribadi Tertutup Cenderung Disukai Perekrut Teroris

Prayitno Ramelan: Pribadi Tertutup Cenderung Disukai Perekrut Teroris

- detikNews
Selasa, 19 Apr 2011 17:43 WIB
Jakarta - M Syarif, pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Zikra yang berada di kompleks Mapolresta Cirebon, dikenal sebagai pribadi yang tertutup. Perekrut teroris memang cenderung menyukai orang yang tertutup.

"Kebanyakan yang direkrut adalah anak muda. Karena anak muda di zaman kebebasan, mudah dipengaruhi. Banyak yang pengetahuan agama tidak cukup, sehingga yang kurang mengerti itu dimanfaatkan. Juga orang yang tertutup sehingga lebih mudah dipengaruhi," ujar pemerhati intelijen Marsda (Pur) Prayitno Ramelan.

Berikut ini wawancara detikcom dengan mantan penasihat Menhan Bidang Intelijen yang pernah menulis buku Intelijen Bertawaf ini, Selasa (19/4/2011):

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Anda M Syarif bagian dari kelompok teroris atau memiliki dendam personal dengan polisi?

Menurut saya, dia tidak berdiri sendiri. Mungkin dia bisa bikin bom, tapi dia tidak berdiri sendiri. Biasanya, seorang bomber yang menjadi eksekutor berbeda dengan pembuat bom. Jadi yang buat ada sendiri, dan yang eksekusi ada sendiri.

Bom bunuh diri tidak sesederhana yang kita bayangkan. Bom bunuh diri biasanya dilakukan oleh orang yang berpikiran radikal. Jadi dia mengambil keputusan bunuh diri karena meyakini sesuatu. Menurut polisi, rangkaian bom yang diledakkan dia, mirip dengan rangkaian bom Puspiptek.

Syarif ada hubungan dengan bom buku yang marak beberapa waktu lalu?

Sepertinya kelompok yang berbeda. Ada kelompok bom buku dan ada kelompok Syarif sendiri. Saya rasa Syarif ini bagian dari murid-murid Dr Azahari. Karena gayanya sama dengan kelompok Dr Azahari, meskipun daya ledak bomnya kecil. Tapi bisa jadi kelompok Syarif ini sudah ada link dengan kelompok bom buku.

Mengapa Anda yakin Syarif bagian dari kelompok Dr Azahari?

Karena yang selama ini mendoktrin untuk bunuh diri adalah kelompok Dr Azahari dan Noordin M Top. Pola ini sudah dilaksanakan sejak 2002. Ketika teroris menyerang, bagi mereka yang paling efektif adalah bom bunuh diri. Karena bagi mereka ini adalah bagian dari jihad sehingga akan membuatnya masuk surga.

Syarif ini sebelumnya kan dikenal sebagai bagian dari kelompok bergaris keras yang pernah sweeping minuman keras dan menolak salah satu aliran (kepercayaan). Kalau betul dia ini dibina oleh kelompok teroris, maka kelompok-kelompok garis keras yang sekarang ada perlu diwaspadai.

Jika Syarif bagian dari kelompok Dr Azahari yang biasa meledakkan bom berdaya ledak tinggi, kenapa bom di masjid Cirebon daya ledaknya rendah sehingga hanya menewaskan pembawa bomnya?

Sebuah bom yang merupakan bentuk serangan teroris tidak dilihat berapa banyak korban tapi sensasi yang dibuat. Masjid, apalagi yang berada di lingkungan kantor polisi tentu sensasinya besar. Ini kemudian yang dibahas media berhari-hari dan menjadi perhatian. Saya perkirakan, mereka membuat bom yang sangat sederhana karena tidak punya dukungan dana. Kalau aliran dana besar dan lancar, tentu bomnya juga lebih besar.

Orang seperti apa yang rentan direkrut atau dimanfaatkan untuk jadi bomber?

Kebanyakan yang direkrut adalah anak muda. Karena anak muda di zaman kebebasan, mudah dipengaruhi. Banyak yang pengetahuan agama tidak cukup, sehingga yang kurang mengerti itu dimanfaatkan. Juga orang yang tertutup sehingga lebih mudah dipengaruhi.

Lalu orang-orang yang bergabung dengan aksi-aksi radikal. Karena orang yang seperti ini lebih mudah lagi dipengaruhi. Meski sebenarnya, siapa saja bisa jadi korban perekrutan. Bom Marriott beberapa waktu lalu kan pelaku bom bunuh dirinya adalah penunggu masjid. Meskipun bukan orang radikal, bisa saja dicuci otaknya dan dikendalikan sesuai dengan si pencuci otaknya. Ini tergantung kemampuan perekrut. Perekrut itu mencari siapa saja, yang penting bisa dipengaruhi.

Anda yakin kelompok yang diduga teroris ini masih hidup?

Iya, kelompok ini belum mati dan masih terus ada meski tidak sekuat dulu. Meskipun pendanaan kecil tapi masih ada selnya. Nah, mereka membuat serangan bom, meski itu kecil, untuk menunjukkan eksistensi 'kami masih ada nih, jangan main-main'.

Untuk membuat bom seperti itu bisa belajar sendiri?

Untuk merakit bom bukan suatu kesulitan, banyak yang bisa melakukan. Sebenarnya, yang sulit itu membuat rangkaiannya. Itu yang dipelajari khusus. Kalau bomnya sendiri tidak terlalu sulit. Saya kira itu bisa dicari oleh pelaku di internet. Bahan-bahan pembuatnya juga bisa dibeli. Karena itu justru sekarang toko kimia harus diawasi. Harus jelas yang beli siapa.

Ada kemungkinan kelompok-kelompok yang sengaja mencontek atau mengikuti cara-cara teroris?

Bisa saja. Ini bisa juga dilakukan kelompok pengacau.

(vit/fay)