Bagaimana Nabi Muhammad SAW saat Marah? Begini Ceritanya

Bagaimana Nabi Muhammad SAW saat Marah? Begini Ceritanya

Rosmha Widiyani - detikNews
Rabu, 06 Mei 2020 14:25 WIB
One Day One Hadits tentang istighfar Nabi Muhammad
Foto: Andhika A/detikcom/Bagaimana Nabi Muhammad SAW saat Marah? Begini Ceritanya
Jakarta -

Bagi sebagian besar orang, marah mustahil dihindari termasuk saat puasa Ramadhan 2020. Emosi ini ingin diekspresikan, meski dampaknya merugikan lingkungan sekitar dan bikin sakit hati.

Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya memberi perhatian khusus pada marah, yang bisa menjadi panduan bagi para muslim. Berikut hadistnya, yang mengindikasikan pentingnya tidak terbawa emosi saat marah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم أَوْصِنِي. قَالَ:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"لَا تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لَا تَغْضَبْ"

Artinya: Dari Abu Hurairah, Seseorah bertanya pada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah berilah saya nasihat," Nabi kemudian berkata. "Jangan marah," Dia mengulang pertanyaannya yang selalu dijawab dengan, "Jangan marah." (HR Bukhari).

ADVERTISEMENT

Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW pernah marah meski tidak berkaitan dengan urusan pribadi. Nabi marah jika ada ketentuan Allah SWT yang dilanggar seperti diceritakan Zaid bin Tsabit dan diriwayatkan Imam Bukhori.

Rasulullah SAW dikisahkan punya ruang kecil untuk sholat pada malam hari. Beberapa orang diceritakan datang dan ikut sholat bersama beliau. Orang-orang tersebut datang lagi keesokan harinya, namun Nabi tidak menyambut mereka.

Mereka lantas melakukan cara untuk menarik perhatian Rasulullah SAW yaitu mengetuk pintu, meninggikan suara, dan melempar batu. Nabi SAW keluar dalam kondisi marah dan menjelaskan keutamaan sholat malam. Ibadah tersebut sunah dan akan lebih baik dilakukan di rumah masing-masing.

Nabi Muhammad SAW juga marah saat mengetahui ada niat untuk melanggar ketentuan Allah SWT. Kisah ini diceritakan Zaid bin Khalid dalam hadist yang diriwayatkan Bukhori. Saat itu, ada yang menanyakan tindakan jika menemukan barang tanpa tahu pemiliknya.

Rasulullah SAW menjelaskan, penemu barang wajib membuat pengumuman dan menunggu selama setahun. Jika tak datang juga, barang tersebut bisa digunakan sendiri atau dijual. Namun penemu barang tetap harus bertanggung jawab, artinya, jika pemilik datang maka barang wajib dikembalikan atau uang hasil penjualan diberikan.

Jika yang ditemukan adalah hewan peliharaan, maka bergantung pada kemampuan bertahan hidup. Bila hewan berisiko jadi mangsa, maka penemu bisa menjual, memelihara, atau memotongnya. Penemu selanjutnya wajib memberi kompensasi jika pemiliknya datang. Namun jika hewan tersebut tidak berisiko dimangsa, maka penemu harus membiarkannya.

Wajah Nabi SAW dikisahkan menjadi merah menahan marah saat menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan memberi kesan seluruh hewan yang ditemukan bisa langsung dijual, dipotong, atau dipelihara meski tidak berisiko dimangsa. Sama halnya dengan penemuan barang di jalan, yang inginnya langsung dimanfaatkan atau dijual.

Dikutip dari Arab News, marahnya Nabi Muhammad SAW terlihat dalam dua kondisi tersebut. Namun Nabi SAW memilih menyalurkan marahnya dengan cara dan bahasa yang tepat. Hasilnya, penyebab dan solusi mengatasi marah bisa diketahui serta dilaksanakan setiap hari.

Nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan kata kasar yang menimbulkan kesan negatif. Kata kasar bertentangan dengan pesan Allah SWT yang halus dan tegas demi kebaikan manusia. Hasilnya, marah Nabi Muhammad SAW memberi hasil produktif untuk perbaikan di lingkungannya.

Kisah Nabi Muhammad SAW semoga memberi inspirasi bagi kehidupan muslim setiap hari. Dengan marah yang produktif, semoga puasa Ramadhan 2020 bisa lebih baik meski tengah mengalam pandemi corona.

(row/erd)