Sifat Menarik Kakatua Jambul Kuning: Loyal Pada Pasangan dan Setia Kawan

Menyelamatkan Si Jambul Kuning

Sifat Menarik Kakatua Jambul Kuning: Loyal Pada Pasangan dan Setia Kawan

Rachmadin Ismail - detikNews
Kamis, 07 Mei 2015 14:23 WIB
Getty Images
Jakarta - Peneliti Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) Dudi Nandika hampir 10 tahun berkutat dengan kakatua jambul kuning. Rupanya, hewan langka itu memiliki 'kepribadian' yang menarik, yakni hanya loyal pada satu pasangan dan setia kawan.

Dudi bergabung dengan Indonesian Parrot Project (IPP), sebuah organisasi non profit asal Amerika Serikat (AS) yang fokus pada pelestarian burung, sejak tahun 2006. Setahun setelahnya, Dudi bersama rekan-rekan lain, membentuk organisasi pelestari burung Konservasi Kakatua Indonesia (KKI), namun masih tetap dalam naungan IPP.

Pada tahun 2008, KKI melakukan program riset di Kepulauan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Di sana, mereka melakukan sosialisasi pelestarian kakatua kecil jambul kuning sub spesies abbotti yang jumlahnya terancam punah, sekitar 20 ekor saja. Di pulau Masalembu, bahkan sudah tak ada lagi hewan unik tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hanya tersisa di pulau Masakambing saja burung kakatua tersebut," kata Dudi saat berbincang dengan detikcom, Kamis (7/5/2015).

Selain itu, Dudi juga pernah membuat penelitian di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Di sana, dia melakukan pemetaan di kawasan bagian selatan dan menemukan sedikitnya hanya 55 ekor kakatua jambul kuning. Padahal di tahun 2000, ada sekitar 200an ekor.

Penelitian juga dilakukan Buton, Maluku, hingga ke pulau Pasoso, Sulawesi Tengah. Temuannya hampir sama, jumlah kakatua jambul kuning terus berkurang setiap tahunnya.

Selama proses penelitian itu, banyak hal dipelajari Dudi dari perilaku si jambul kuning. Pertama, kakatua jambul kuning hanya setahun sekali bertelur. Jumlah telurnya dua-tiga butir. Ini salah satu penyebab hewan tersebut sulit ditangkar dan terus berkurang jumlahnya. Walaupun usia hidupnya cukup panjang, yakni bisa mencapai 60 tahun.

"Kakatua jambul kuning adalah burung monogami. Hanya setiap pada satu pasangan. Kalau udah sekali kawin, nggak mau dengan yang lain. Ibaratnya dia bisa menjanda atau menduda sampai mati," terang Dudi.





Selama penelitian, Dudi juga menemukan kebiasaan burung tersebut yang selalu kembali ke pohon yang sama. Para peneliti menyebutnya pohon tidur. Karena itu, tidak sulit untuk memantau burung-burung tersebut, selama pohonnya diketahui.

Terakhir, perilaku hewan langka tersebut yang menarik adalah karakteristik sosialnya yang tinggi. Bila ada satu burung mengeluarkan suara, burung-burung kakatua lainnya akan berdatangan seolah ingin menolong atau mengecek apa yang terjadi.

"Mungkin karena keinginan tahunya tinggi atau setia kawan, mereka pada datang. Tapi kadang ini jadi malah dimanfaatkan oleh pemburu. Teman-temannya yang datang malah jadi korban perburuan juga," ucapnya.

Dalam data yang dimiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selama 10 tahun terakhir ada 40 kasus perdagangan dan penyelundupan burung kakatua dan burung lainnya dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar hukuman yang dijatuhkan hanya pembinaan.

Padahal, dalam Undang Undang RI No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya diatur soal larangan perjualbelian hewan langka. Di pasal 40 ayat (2), jika melanggar Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Keberadaan burung kakatua tersebut di Indonesia kini diprediksi hanya 7.000 ekor saja. Karena itu, butuh usaha ekstra keras dari pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan mereka.



(mad/try)