"Ini yang paling ringan. Yang lebih parah lagi, Mano tidak bisa kasih lihat karena sangat terbuka. I feel not comfortable," ujar Mano sambil menunjukkan foto bekas sayatan di bagian dadanya yang tersimpan di Blackberry miliknya kepada wartawan.
Hal itu disampaikan Mano di kantor pengacaranya, Hotman Paris di Gedung Summitmas I, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (8/6/2009). Saat itu, Mano didampingi oleh ibunya, Daisy Fajrina dengan kawalan salah satu anggota Laskar Merah Putih.
"Jadi Mano sadar tapi Mano tidak bisa gerak. Mano tidak tahu dikasih apa. Sesudah Mano tidak bisa gerak baru dia melakukan seks," katanya.
Perlakuan kasar yang diterimanya membuatnya tak berdaya berbuat apa-apa, bahkan untuk berkomunikasi dengan ibunya pun sulit dilakukan. Beruntung Mano masih bisa menyimpan handphonenya, meski tak ada SIM Card di dalamnya, Mano gunakan telepon genggamnya untuk memfoto bekas penganiayaan terhadapnya.
"Mano pegang HP tapi tidak ada sim card, tapi beruntung masih bisa nyala dan Mano umpetin. Mano pake foto-foto bekas luka," ujar Mano.
(mei/mad)