Share

Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari: Silsilah Keturunan dan Perjuangannya

Fatmawati , Okezone · Rabu 21 September 2022 15:30 WIB
https: img.okezone.com content 2022 09 21 337 2672080 pendiri-nu-kh-hasyim-asy-ari-silsilah-ketutunan-dan-perjuangannya-1rYIUuKG0O.jpg KH Hasyim Ashari (Foto: NU)
A A A

JAKARTA - Hadratus Syaikh Kyai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama besar bergelar pahlawan nasional sekaligus Rais Akbar (pimpinan tertinggi pertama) dari Nahdlatul Ulama.

Memiliki julukan Hadratussyaikh yang berarti Maha Guru dan telah hafal Kutubus Sittah, yaitu Hadits 6 Riwayat. Ia juga memiliki gelar Syaikhul Masyaikh yang berarti Gurunya Para Guru.

KH. Hasyim Asy’ari merupakan seorang putra dari pasangan KH. Asy’ari dengan Nyai Halimah yang lahir di desa Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur. Setelah menikah, ia memiliki anak bernama KH. A Wahid Hasyim yang juga merupakan salah satu pahlawan nasional perumus Piagam Jakarta.

Cucunya KH. Abdurrahman Wahid, merupakan Presiden RI ke-4.

Melalui nasab ayahnya, KH. Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah. Berikut nasabnya:

1. Husain bin Ali

2. Ali Zainal Abidin

3. Muhammad al-Baqir

4. Ja’far ash-Shadiq

5. Ali al-Uraidhi

6. Muhammad an-Naqib

7. Isa ar-Rumi

8. Ahmad al-Muhajir

9. Ubaidullah

10. Alwi Awwal

11. Muhammad Sahibus Saumiah

12. Alwi ats-Tsani

13. Ali Khali’ Qasam

14. Muhammad Shahib Mirbath

15. Alwi Ammi al-Faqih

16. Abdul Malik (Ahmad Khan)

17. Abdullah (al-Azhamat) Khan

18. Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan)

19. Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar)

20. Maulana Ishaq

21. ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri)

22. Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Pajang)

23. Abdul Halim (Pangeran Benawa)

24. Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda)

25. Abdul Halim

26. Abdul Wahid

27. Abu Sarwan

28. KH. Asy’ari (Jombang)

29. KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

KH. Hasyim Asy’ari menikah dengan putri dari Kiai Ya’qub Sidoarjo, Nyai Khodijah. Namun, pernikahan dengan Nyai Khodijah tidak bertahan lama, karena sewaktu Kiai Hasyim Asy’ari menuntut ilmu di Mekkah, istri beliau wafat pada tahun 1901.

Setelah istri pertama wafat, Kiai Hasyim menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh putri dari Kyai Ilyas, seorang pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Kemudian Kiai Hasyim dan Nyai Nafiqoh dikaruniai beberapa orang anak. Berikut nama putra-putri dari Kiai Hasyim:

1. Hannah

2. Khoiriyah

3. Aisyah

4. Azzah

5. Abdul Wahid Hasyim

6. Abdul Hakim (Abdul Kholik)

7. Abdul Karim

8. Ubaidillah

9. Mashuroh

10. Muhammad Yusuf

Sayangnya pada tahun 1920, Nyai Nafiqoh wafat. Kiai Hasyim yang tidak mau berlarut-larut dalam kesedihannya memutuskan untuk menikah lagi. Lagi pula, ia juga harus memikirkan anak-anaknya yang yang harus dirawat dan membutuhkan sosok seorang ibu.

Kiai Hasyim lalu mempersunting Nyai Masruroh, putri dari Kiai Hasan, seorang pengasuh pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan tersebut, Kiai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu:

1. Abdul Qodir

2. Fatimah

3. Khotijah

4. Muhammad Ya’kub

Seorang Pendiri NU

KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU, menjadi sosok berpengaruh atas suksesnya NU di penjuru negeri.

NU pertama kali didirikan pada tahun 1926 di Surabaya. Bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. NU menerapkan pemikiran dan tindakan berdasar pada rujukan Khittah NU yang terdiri dari kitab Qanun Asasi dan kitab I’tikad Ahlussunah Wal Jamal. Kita tersebut dirumuskan sendiri oleh Kiai Hasyim.

Organisasi NU juga turut membantu berjuang melawan penjajah demi Indonesia merdeka. NU berdiri sebagai bentuk kebangkitan serta kesadaran bernegara dan beragama untuk menjawab kepentingan nasional dan islam.

Kiai Hasyim juga mebuat Resolusi Jihad, yang merupakan suatu hasil dari perenungan dan penghayatan nilai-nilai Islam kebangsaan.

Tak lama setelah merdeka, ketika Indonesia kembali mendapat teror dari Belanda yang ingin kembali masuk menguasai Indonesia dari tangan Jepang, Presiden Soekarno mengutus Bung Tomo untuk menghadap Kiai Hasyim untuk meminta nasehat serta mendapatkan bagaimana sekiranya hukumnya umat Islam menghadapi ancaman tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Kiai Hasyim kemudian mengeluarkan fatwa yang kemudian diputuskan dalam rapat para konsul NU se-Jawa Madura.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini