Share

Usia Sunan Kalijaga sampai 100 Tahun?

Doddy Handoko , Okezone · Jum'at 04 Juni 2021 13:36 WIB
https: img.okezone.com content 2021 06 04 337 2420076 usia-sunan-kalijaga-sampai-100-tahun-BEnTKq1tzi.jpg Foto: Istimewa
A A A

JAKARTA - Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1455. Nama kecilnya adalah Raden Mas Said, merupakan putra dari Ki Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban. Selain mempunyai anak Sunan Kalijaga, dia juga mempunyai putri yang bernama Dewi Roso Wulan.

Nama Kalijaga menurut setengah riwayat, dikatakan berasal dari rangkaian bahasa Arab “Qadli Zaka”, Qadli artinya pelaksana, penghulu: sedangkan Zaka artinya membersihkan. Jadi Qadlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya adalah pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama Islam.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian, ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1479), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1541 serta awal kehadiran kerajaan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati.

Baca juga: Ramal Nasib Lewat Angkat Batu Bobot Mrapen Peninggalan Sunan Kalijaga

Dalam dakwahnya Sunan Kalijaga memakai pertunjukan wayang kulit. Di tangan Sunan Kalijaga, wayang purwa yang terbuat dari kulit kerbau itu ditransformasikan menjadi wayang kulit yang bercorak Islami. Dalam menyelenggarakan pertunjukan wayang, Sunan Kalijaga selalu memilih tempat yang tidak jauh dari masjid.

Di sekeliling tempat pagelaran wayang, Sunan Kalijaga lalu membuat parit yang mengalir di dalamnya air yang jernih. Parit ini dibuat untuk melatih para penonton wayang agar mencuci kaki sebelum masuk masjid.

Sunan Kalijaga tidak hanya melakukan dakwah di suatu daerah saja, melainkan hilir mudik, keluar masuk hutan dan pegunungan, siang malam terus melakukan tugas itu. Beliau terus keliling dari daerah satu ke daerah yang lainnya, sehingga terkenal sebagai “muballigh keliling” atau Dai keliling.

Baca juga: Asal Muasal Ketupat, Diciptakan Sunan Kalijaga atau untuk Pemujaan Dewi Sri?

Sebagai ulama besar atau seorang wali memiliki karisma tersendiri di antara wali-wali yang lain, paling terkenal di berbagai lapisan masyarakat apalagi kalangan bawah. Ia di sebagian tempat juga dikenal bernama “Syeh Malaya”.

Ia dapat dikatakan sebagai ahli budaya, pengenalan agama secara luwes tanpa menghilangkan adat-istiadat atau kesenian daerah (adat lama yang ia beri warna Islami).

Menciptakan baju taqwa (lalu disempurnakan oleh Sultan Agung dengan Dandanggulo dan Dandanggula Semarangan). Ia juga pencipta seni ukir bermotif daun-daunan.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Karya lainnya adalah tiang Masjid Demak yang terbuat dari tatal, gamelan Naga Wilanga, gamelan Guntur Madu, gamelan Nyai Sekati, gamelan Kyai Sekati, wayang kulit Purwa, baju takwa, kain balik, tembang Dhandhanggula dan syair-syair pesantren. Di dalam tembang Dhandhanggula tergambar makna-makna kehidupan.

Sunan Kalijaga memerintahkan sang murid bernama Sunan Bayat untuk membuat bedug di masjid guna mengerjakan shalat berjamaah. Selain itu membuat acara ritual berupa gerebeg Maulud yang asalnya dari tabligh atau pengajian akbar yang diselenggarakan di Masjid Demak untuk memperingati Maulud Nabi.

Ia dikenal pula menciptakan gong sekaten bernama asli Gong Syahadatain (dua kalimah syahadat) yang jika dipukul akan berbunyi dan bermakna bahwa “mumpung masih hidup agar berkumpul masuk agama Islam”. Tercatat pula sebagai pencipta wayang kulit di atas kulit kambing juga sebagai dalang (dari kata dalla’ yang berarti menunjukkan jalan yang benar).

Di antara para wali sembilan, beliau terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, seorang pemimpin, mubaligh, pujangga dan filosofi, daerah operasinya tidak terbatas. Jikalau beliau bertabligh, senantiasa diikuti oleh para kaum ningrat dan sarjana.

Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau, karena arena caranya beliau menyiarkan agama Islam yang disesuaikan dengan aliran zaman. Dia adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan berpandangan jauh ke masa depan. Ia seorang wali yang ternama serta disegani.

Baca juga: Kisah Sunan Kalijaga Mengubah Tanah Jadi Emas dan Beras Jadi Pasir

Ia terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan. Dalam cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an, hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau tegasnya Syiwa Budha. Dengan kata lain, masyarakat masih memegang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.

Cerita wayang itu antara lain Jimat Kalimasada dan Dewa Ruci serta Petruk Jadi Raja dan Wahyu Widayat, serta sebagai ahli dalam hal pengaturan istana atau kabupaten dengan alun-alun serta pohon beringin dan masjid.

Baca juga: Asal-Usul Sunan Kalijaga dan Kidung Penolak Bala Kejahatan

Masyarakat saat itu masih suka kepada pertunjukan wayang, gemar kepada gamelan dan beberapa cabang kesenian lainnya. Oleh karena itu mendorong Sunan Kalijaga sebagai salah seorang mubaligh memeras otak, mengatur siasat, yaitu menempuh jalan mengawinkan adat istiadat lama dengan ajaran-ajaran Islam.

Asimilasi kebudayaan, jalan dan cara mana adalah berdasarkan atas kebijaksanaan para wali sembilan dalam mengembangkan agama Islam. Gamelan untuk dakwah.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini