Breaking News

Aksara Jawa

Aksara Jawa: Pengertian, Sejarah, Penulisan dan Contoh Penggunaan

Aksara Jawa juga dikenal sebagai Hanacaraka, Carakan, Dentawyanjana, Carakan Walik, adalah salah satu aksara tradisional Indonesia.

Penulis: Rizky Aisyah |
HO / Tribun Medan
Aksara Jawa: Pengertian, Sejarah, Penulisan dan Contoh Penggunaan 

TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN - Aksara Jawa juga dikenal sebagai Hanacaraka, Carakan, Dentawyanjana, Carakan Walik, adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Jawa.

Aksara Jawa ini terutama digunakan untuk pembelajaran Bahasa Jawa menulis huruf Jawa.

Namun aksara Jawa dalam perkembangannya juga digunakan untuk menulis beberapa nama jalan, nama kantor, dan sebagainya misalnya untuk bahasa historis seperti sanskerta dan Bahasa kawi. 

Menulis aksara Jawa pada hakikatnya sama dengan pengalih hurufan dari abjad latin ke aksara Jawa.  Menulis huruf Jawa menuntut adanya pemahaman, ketelitian, dan latihan yang teratur.

Hal ini bertujuan supaya dapat menghasilkan tulisan berhuruf Jawa dengan baik dan benar.

Tulisan yang baik dalam menulis aksara Jawa dapat dilihat pada ketepatan penulisan aksara Jawa beserta perangkatnya sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku. 

Aksara Jawa aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sejak pertengahan abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. 

Aksara Jawa ini sampai sekarang masih diajarkan di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta sebagian kecil di Jawa Barat sebagai bagian dari muatan lokal, namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak diketahui secara pasti kapan aksara Jawa mulai dikenal dan digunakan untuk menyebarkan informasi. 

Sebelum berkembang menjadi ha-na-ca-ra-ka, aksara ini lebih dikenal sebagai aksara Jawa Kuno, menurut sejumlah penelitian paleografi di Indonesia.

Tokoh Aji Saka disebut-sebut sebagai pencipta aksara Jawa, menurut catatan sejarah populer.

Dikutip dari buku Makna Simbolik Legenda Aji Saka yang ditulis oleh Slamet Riyadi, Aji Saka bukanlah pencipta Aksara Jawa melainkan pembangun dan penyempurnaan aksara tersebut.

Menurut Serat Aji Saka dalam kumpulan teks Suluk Plencung koleksi Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, setelah mendapatkan wejangan ilmu kesempurnaan dari Begawan Antaboga, Raden Aji pergi ke Mekah untuk berguru kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam perjumpaan itu, Aji Saka diminta untuk menciptakan aksara sebagai perimbangan aksara Arab.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved