Judul | PERKEBUNAN CENGKEH |
---|---|
Potensi Investasi | Pertanian |
Pengunjung Hari ini | 1789 |
Total Pengunjung | 1787 |
Status | |
Download PDF | Download   |
Form Minat Investasi |
Cengkeh memiliki keunggulan tersendiri dibanding dengan tanaman rempah lainnya. Bagian yang dapat dimanfaatkan untuk diolah antara lain daun dan bunga cengkeh. Produk olahan yang dapat dihasilkan dari bunga, daun dan tangkai bunga (gagang) adalah (1) minyak cengkeh, (2) eugenol yang diisolasi dari minyak cengkeh dan (3) senyawa derivat dari eugenol. Bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri makanan, dipakai dalam bentuk tepung untuk bumbu masak dan dalam bentuk oleoresin (fluida padat seperti pasta dengan rasa dan aroma cengkeh). Oleoresin dalam campuran/formulasi industri makanan mempunyai kelebihan yaitu flavor lebih seragam, menekan terjadinya kontaminasi bakteri, aroma dan rasa asli cengkeh lebih terjaga. Minyak daun cengkeh sudah dikenal dipasar dunia sejak tahun 1970, sedangkan minyak tangkai/gagang cengkeh mulai tahun 1992 memasuki pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama digunakan terutama untuk kesehatan gigi dalam bentuk produk obat kumur, pasta dan bahan penambal gigi.
Produk kesehatan lainnya adalah balsem cengkeh yang menggunakan minyak cengkeh sebagai komponen formulanya. Produksi bunga cengkeh dari Maluku sebagian besar diserap oleh industri rokok kretek, sisanya untuk industri rempah-rempah lokal dan diekspor. Melihat potensi dan prospek pengembangan agroindustri cengkeh, maka provinsi Maluku sebagai sentra produksi terbesar di Indonesia berpeluang sebagai pusat industri olahan Minyak cengkeh dan derivatnya.
Di Maluku telah lama di produksi minyak cengkeh yang berasal dari daun cengkeh dan tangkai bunga. Usaha pengembangan cengkeh diprogramkan melalui :
Di Maluku, cengkeh diusahakan hampir diseluruh kabupaten dan kota dengan luas areal 44,451.89 ha dengan total produksi mencapai 20,502.56 ton.
Luas Areal Tanaman dan Produksi Cengkeh di Maluku
No |
Kabupaten/ Kota |
Luas areal (ha) |
Produksi (ton) |
1 |
Kab. Maluku |
- |
- |
|
Tenggara Barat |
||
2 |
Kab. Maluku |
218.38 |
56.15 |
|
Barat Daya |
||
3 |
Kab. Maluku |
20.45 |
7.00 |
|
Tenggara |
||
4 |
Kota Tual |
35.09 |
9.15 |
5 |
Kab. Kepulauan |
0.34 |
- |
|
Aru |
||
6 |
Kab. Maluku |
18,746.47 |
9,620.60 |
|
Tengah |
||
7 |
Kab. Seram |
9,982.50 |
4,863,20 |
|
Bagian Timur |
||
8 |
Kab. Buru |
1,226.41 |
419.58 |
9 |
Kab. Buru |
5,595.70 |
2,278.20 |
|
Selatan |
||
10 |
Kab. Seram |
7,125.55 |
2,956.00 |
|
Bagian Barat |
||
11 |
Kota Ambon |
1,501.00 |
292.68 |
|
T O T A L |
44,451.89 |
20,502.56 |
Sumber : Statistik Dinas Pertanian Tahun 2019
Investation Rate (US$) :  $0
Investation Rate (Rp) :  Rp.0Sejak lama beberapa olahan cengkeh telah di produksi di Maluku baik dalam bentuk minyak cengkeh yang berasal dari daun maupun gagang cengkeh. Minyak cengkeh yang diproduksi di Maluku masih terbatas dalam penggunaannya sebagai jamu yaitu untuk menghangatkan badan, mengobati sakit perut, sakit gigi, kembung, kasaleo, eksim, kutu air, dan gatal-gatal. Produk minyak cengkeh tersebut telah terdaftar pada Departemen RI, dan telah mendapat Tanda daftar industri. Selain itu juga bunga cengkeh kering dibuat cindera mata/soufenir seperti perahu cengkeh.
Cengkeh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional maupun daerah secara berkelanjutan, baik sebagai komoditas ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Cengkeh berkembang pertama kali di lima pulau kecil di Maluku, yakni Bacan, Makian, Moti, ternate, dan Tidore. Masyarakat maluku telah mem- budidayakan cengkeh secara turun temurun dan Maluku memiliki keragaman sumber daya genetik cengkeh yang tinggi. Cengkeh asli Maluku yang banyak dikenal adalah cengkeh AFO, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air mata, Dokiri, dan Daun Buntal, sedangkan cengkeh budi daya yaitu Zanzibar, Siputih, Sikotok, dan Ambon. Keanekaragaman varietas dan kondisi agroekologi yang mendukung menjadikan Maluku sebagai produsen cengkeh terbesar di Indonesia setelah Sulawesi Selatan. Produksi cengkeh di Maluku pada masa mendatang diperkirakan akan terus menurun karena berbagai kendala, terutama akibat minimnya peremajaan atau rehabilitasi tanaman rusak karena ditinggalkan petani sebagai dampak rendahnya harga atau minimnya introduksi teknologi sehingga produktivitas tanaman rendah. Tulisan ini menjelaskan proyeksi produksi cengkeh Maluku dengan dan tanpa rehabilitasi. Berdasarkan hasil analisis model sistem dinamis diproyeksikan penurunan produksi cengkeh terus berlanjut hingga 15 sampai 30 tahun mendatang. Upaya mempertahankan eksistensi Maluku sebagai penghasil cengkeh dan peningkatan produksi harus segera dilakukan terutama dengan cara rehabilitasi tanaman dalam jangka panjang. Upaya rehabilitasi dengan cara mengganti tanaman tua danmempebaiki 10% lahan rusak per tahun akan memenuhi permintaan cengkeh yang meningkat 1,5% per tahun. Rehabilitasi tanaman harus diiringi dengan upaya peningkatan produktivitas melalui pemupukan guna memperbaiki kerusakan tanaman setelah panen dan dilakukan dalam jangka pendek.