Nikmati LIVE report dan berita dari berbagai kota, rasakan menjadi Indonesia dengan TribunX
Tribun

Apa Itu Badai Luar Angkasa? Berikut Pengertian dan Efeknya Terhadap Cuaca Luar Angkasa

Badai luar angkasa menghujani elektron di atas Kutub Utara Bumi. Simak penjelasan mengenai badai luar angkasa berikut ini.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Apa Itu Badai Luar Angkasa? Berikut Pengertian dan Efeknya Terhadap Cuaca Luar Angkasa
nbcnews.com
Penjelasan tentang badai luar angkasa yang menghujani elektron di Kutub Utara. 

TRIBUNNEWS.COM - Simak penjelasan mengenai fenomena badai luar angkasa berikut ini.

Belum lama ini, ilmuwan telah mendeteksi adanya badai luar angkasa.

Fenomena tersebut merupakan temuan pertama kali dalam sejarah para ahli.




Badai dengan hujan elektron ini tampak berputar-putar di atas Kutub Utara Bumi.

Dikutip dari nbcnews.com, para ilmuwan mengatakan pekan lalu mereka mengamati fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Robot NASA Berhasil Mendarat di Mars, Bagikan Potret Pertama Menjejakkan Kaki di Planet Merah

Baca juga: Inilah Berbagai Tempat dengan Cuaca Ekstrem di Bumi, Ada yang Mirip Planet Mars

Massa plasma berputar-putar selebar 620 mil yang bergolak selama berjam-jam di atmosfer atas Bumi, berupa hujan elektron.

Lantas, apa itu badai luar angkasa?

BERITA TERKAIT

Para peneliti menyebut gangguan tersebut sebagai badai luar angkasa karena menyerupai dan berperilaku seperti sistem badai berputar yang secara rutin menghantam garis pantai di seluruh dunia.

Namun hingga saat ini, mereka belum diketahui keberadaannya.

"Itu benar-benar tidak diharapkan," kata Larry Lyons, seorang profesor ilmu atmosfer dan kelautan di Universitas California, Los Angeles.

"Itu bahkan tidak diketahui secara teoritis," tambahnya.

Lyons adalah satu diantara penulis studi tentang penemuan tersebut, yang menyoroti peristiwa cuaca luar angkasa , yang dipublikasikan secara online pada 26 Februari di jurnal Nature Communications.

Ilmuwan dari China, Amerika Serikat, Norwegia, dan Inggris menemukan badai antariksa saat menyisir pengamatan satelit dari Agustus 2014.

Saat satelit mengorbit di sekitar planet dan melewati Kutub Utara, mereka melihat sekilas gangguan besar di atmosfer bagian atas.

LAPAN: ISS, Stasiun Luar Angkasa Dapat Dilihat di Langit Indonesia Setelah Subuh hingga 21 Mei
LAPAN: ISS, Stasiun Luar Angkasa Dapat Dilihat di Langit Indonesia Setelah Subuh hingga 21 Mei (YOUTUBE.COM/NASA)

Badai antariksa spiral berputar kira-kira 125 mil di atas Kutub Utara, berputar di tempat selama hampir delapan jam, kata Lyons.

"Anda bisa melihat aliran plasma berputar, yang seperti angin badai antariksa."

"Aliran ini paling kuat di tepi dan berkurang saat Anda bergerak ke arah mata di tengah, sebelum melanjutkan ke sisi lain, seperti aliran udara dalam badai biasa," kata Lyons.

Berbeda dengan badai biasa yang dapat membuang curah hujan dalam jumlah besar di atas permukaan bumi, para ilmuwan malah mengamati elektron yang menghujani atmosfer bagian atas.

Dikutip dari grid.id, badai luar angkasa ini dilaporkan menyerupai "badai biasa di lapisan atmosfer yang lebih rendah," yang telah diamati di lapisan atmosfer lebih rendah di Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Fenomena serupa juga pernah terlihat di matahari, yang dikenal sebagai tornado matahari.

Dalam rilis resmi yang menyertai publikasi laporan studi tersebut, Mike Lockwood, profesor bidang fisika lingkungan antariksa dari University of Reading mengatakan, mampu membuktikan keberadaan badai plasma ini adalah sesuatu yang "luar biasa."

Baca juga: Rusia Luncurkan Satelit Antariksa Bernama Arktika-M untuk Pantau Iklim di Kutub Utara

Baca juga: Apa Itu Thunderstorm? Badai Listrik Penyebab Suara Dentuman Misterius di Malang

“Badai luar angkasa ini harus diciptakan oleh transfer energi angin matahari dan partikel-partikel bermuatan yang sangat besar dan cepat ke atmosfer atas Bumi," ujar Lockwood, dilansir Fox News.

Tim peneliti mengatakan fakta bahwa badai luar angkasa ini terjadi selama aktivitas geomagnetik yang rendah.

Hal itu menunjukkan pentingnya peningkatan pemantauan cuaca luar angkasa yang memiliki kemampuan untuk mengganggu sistem navigasi dan komunikasi di bumi.

Efek Badai Luar Angkasa

Qing-He Zhang, profesor ilmu antariksa dari Shandong University yang menjadi penulis utama laporan studi tersebut.

Ia mengatakan kepada American Association for the Advancement of Science bahwa badai luar angkasa ini akan meningkatkan pemahaman kita terkait efek-efek cuaca luar angkasa yang penting.

“Badai antariksa akan menyebabkan efek-efek cuaca antariksa yang penting seperti peningkatan tarikan satelit, gangguan dalam komunikasi radio Frekuensi Tinggi, dan peningkatan kesalahan di lokasi radar over-the-horizon, navigasi satelit, dan sistem komunikasi," ujarnya.

“Ini akan memperbarui pemahaman kita tentang proses kopling angin-magnetosfer-ionosfer matahari di bawah kondisi geomagnetik yang sangat tenang.”

(Tribunnews.com/Yurika)(grid.id/Utomo Piyambodo)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas