Manusia Purba Makan Apa Sih?

Manusia purba makan apa sih? Atau mereka makannya gimana, ya? Kan pada masa prasejarah belum ada Nasi Padang, Sate Madura, dan Soto Kudus.

Penulis: Aldhi Wahyu Pratama | Penyunting: Salma FK
Paleo diet (cr: www.shbarcelona.com)

Manusia purba makan apa sih? Atau mereka makannya gimana, ya? Kan pada masa prasejarah belum ada Nasi Padang, Sate Madura, dan Soto Kudus. Lantas, bagaimana mereka bertahan hidup dan memenuhi nutrisinya sehari-hari? Apakah mereka tetap sehat walafiat?

Oke, sebelum lanjut kita harus kenal dulu dengan istilah paleo diet atau diet paleolitik. Apa itu? Diet paleolitik adalah pola makan yang merujuk pada diet manusia purba. Manusia purba sendiri setiap harinya mencari makan dengan cara berburu, memancing, atau hanya dengan mengumpulkan apa yang ada di lingkungan mereka. Sebut saja daging merah, ikan, kerang, buah-buahan, sayur-sayuran, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Semua tidak diolah serumit rendang atau selezat gurame asam-manis, cukup dengan menambahkan rasa asin dari garam.

Di balik kesederhanaan tersebut, ternyata pilihan makanan dari alam mampu menjaga kebugaran, keberlangsungan hidup, hingga mempertahankan reproduksi sampai ke generasi kita saat ini. Lantas, bagaimana kita mengetahui bahwa manusia purba mengkonsumsi ini-itu dan bukan kebab atau burger? Ternyata, fakta tentang makanan manusia purba ini diketahui dari berbagai penelitian. Bukti-bukti yang ditemukan pada penelitian arkeologi, paleontologi, maupun paleoantropologi berupa artefak, ekofak, dan ifsefak menunjukkan adanya aktivitas manusia yang terkait dengan kegiatan makan mereka.

Jika berbicara mengenai temuan arkeologi yang berkaitan dengan kegiatan makan, pasti kita akan mengingat sesuatu bernama kjokkenmoddinger atau sampah dapur. Istilah itu digunakan para peneliti untuk menyebut sisa makanan manusia purba yang biasanya berupa kerang. Manusia purba mengumpulkan kerang yang diambil dari laut maupun sungai untuk dikonsumsi. Adapun cara pengolahannya dapat dilihat dari kulit kerang yang ditemukan, apakah terdapat sisa arang atau karbon yang menempel di sana. Untuk jelasnya perlu dilakukan analisis laboratorium lebih lanjut.

Konsumsi kerang bahkan hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat pesisir seperti masyarakat Desa Halerman, Alor Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Selain kerang, konsumsi dari sumberdaya laut dan air lainnya dapat dilihat melalui hasil temuan tulang ikan atau bulu babi yang signifikan memiliki asosiasi dengan temuan artefaknya. Tidak menutup kemungkinan, konsumsi hewan darat seperti ular, tikus, burung, kelelawar, kadal, dan mamalia lainnya juga dikonsumsi seperti pada Situs Gua Here Sorot Entapa, Pulau Kisar.

Selain yang telah disebutkan di atas, bukti yang menunjang bahwa manusia purba mengonsumsi sumber pangan yang ada di sekitarnya diperoleh dari hasil analisis laboratorium. Beberapa di antaranya berasal dari fosil feses atau koprolit, data mikrobotani (fitolit, polen, dan starch), hingga sisa residu yang menempel pada gigi. Temuan koprolit dari Gurun Chihuahua, Amerika Utara, menunjukkan bahwa manusia purba mengonsumsi makanan yang banyak berasal dari tumbuhan yang mengandung serat tinggi. Jika dihitung-hitung, kandungan serat yang dikonsumsi berkisar antara 150-225 gram per hari. Sementara temuan pada Gua Clyde, Utah, Amerika Serikat, koprolit yang ditemukan selain mengandung tumbuhan yang berserat tinggi juga ditemukan material tulang hewan, rambut, dan bulu yang kemungkinan menjadi salah satu dari pola diet yang dilakukan penghuni gua tersebut.

Diet yang dilakukan relatif rendah karbohidrat tetapi tinggi kandungan protein dan tumbuhan. Hal tersebut sangat berbeda dengan apa yang tersedia di lingkungan kita sekarang. Coba lihat saja di tiap sudut kota. Para penjual makanan dengan bahagia menjajakan masakan cepat saji. Semua orang menyukainya, tua, muda, laki-laki, perempuan. Semua menggemari fast food yang rata-rata digoreng dengan minyak yang banyak. Ditambah lagi dengan kehadiran minuman boba yang manis sekali. Kolesterol, diabetes, obesitas, sampai penyakit kantong kering dapat menyerang para penggila sajian enak ini.

Meniru pola makan manusia purba bukan hal yang tidak mungkin. Tidak ada salahnya jika kita mengambil sisi baik dari konsumsi masa lalu tersebut. Walau begitu, bukan berarti kita harus meninggalkan peralatan modern yang ada sekarang untuk beralih sepenuhnya pada aktivitas yang sama persis dengan nenek moyang kita. Tidak mungkin kita bisa hidup tanpa penggorengan, oven listrik, blender, mixer, dan sebagainya untuk memasak sehari-hari. Hal yang bisa dipraktekkan agar sehat dan kuat seperti manusia purba adalah dengan memperbanyak konsumsi daging merah, ikan, kerang, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran dengan mengurangi pengolahan dengan minyak dan gula berlebih, serta mengurangi konsumsi produk dairy seperti susu, keju, dan telur.

Saya kira diet yang dilakukan manusia purba itu sangat baik karena tidak berlebih dalam konsumsi lemak jenuh dan gula. Perlu diketahui, keduanya adalah komponen yang paling bertanggung jawab atas naiknya berat badan kita. Jika tertarik memulai, buku-buku yang membahas tentang diet paleolitik telah banyak tersedia di pasaran seperti, Paleo Dinner Solution: Original Caveman Recipes oleh Elizabeth Vine, The Paleo Diet oleh Loren Cordain, The Real Paleo Diet Cookbook, dan masih banyak lagi.

Maka dari itu, mari menuju sehat dengan diet yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Jangan lupa pula untuk olahraga teratur jangan rebahan terus agar tubuh semakin bugar dan sehat!

Tentang Penulis

Aldhi Wahyu Pratama
Homo Ungaranensis yang suka
musik, laboratorium, dan kamu.



Leave a comment