Dalai Lama dan Perjuangan Kemerdekaan Tibet

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
27 Juni 2018 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalai Lama (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Dalai Lama (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalai Lama ke-14, bernama asli Tenzin Gyatso, dilahirkan di Takster, sebuah desa kecil di timur laut Tibet. Dalai Lama berasal dari keluarga petani, sejak usia dua tahun, ia sudah dikenal sebagai reinkarnasi dari pemimpin sebelumnya, yaitu Dalai Lama ke-13.
ADVERTISEMENT
Bagi rakyat Tibet, Dalai Lama dipercaya sebagai perwujudan dari Buddha yang bereinkarnasi untuk melayani manusia. Secara harfiah, Dalai Lama berarti “lautan kebijaksanaan.”
Dalai Lama mengenyam pendidikan sejak usia enam tahun, dan menyelesaikan tingkat Geshe Lharampa Degree (doktor dalam filsafat Buddha) pada usia 25 tahun. Dalai Lama dikenal sebagai seorang yang sangat cerdas. Ia menyelesaikan ujian percobaan di tiga perguruan tinggi keagamaan berbeda, yaitu Drepung, Sera, dan Ganden.
Ujian akhir untuk memperoleh gelarnya dilakukan pada tiga waktu berbeda di hari yang sama, di mana pada pagi hari ia menghadapi 30 penguji dalam bidang logika, siang harinya menghadapai 15 penguji, dan sore harinya diuji oleh 35 penguji dalam bidang keagamaan dan studi metafisika.
ADVERTISEMENT
Ketika baru berusia 16 tahun, Dalai Lama telah memegang jabatan politik sebagai Kepala Pemerintahan Tibet. Sekitar tahun 1950-an, hubungan antara Tibet dengan Tiongkok dalam keadaan kurang baik. Tiongkok mengancam akan menduduki wilayah Tibet dan membangung pemerintahan di sana.
Pada 1954, Dalai Lama pergi menuju Peking untuk berbicara dengan Mao Zedong dan para pemimpin Tiongkok lainnya, termasuk Chou En-lai, dan Deng Xiao-ping. Kunjungannya tersebut dilakukan terkait rencana pendudukan wilayah Tibet oleh Tiongkok.
Pada 1956, Dalai Lama mengunjungi India untuk menghadiri Buddha Jayanti ke-2500. Di sana, ia melakukan serangkaian pertemuan dengan Perdana Menteri Nehru, dan PM Chou. Mereka membicarakan mengenai keadaan Tibet yang semakin memburuk.
Pada 1959, tentara Tiongkok berhasil memasuki wilayah Tibet. Dalai Lama pun memilih untuk mengungsi ke India, dan memimpin pemerintahan Tibet di pengungsian tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada masa konflik tersebut, Dalai Lama berusaha mencari dukungan ke PBB.
Pada 1963, Dalai Lama mengumumkan rancangan konstitusi negara demokratik Tibet. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penegasan kepada dunia, Tibet adalah salah satu negara merdeka yang memiliki pemerintahan. Dalai Lama pun berjasa membangun lembaga-lembaga pendidikan, kebudayaan, dan keagamaan di wilayah Tibet.
Dalam kegiatan Congressional Human Rights Caucus pada 1987, Dalai Lama mengusulkan lima pion rencana perdamaian untuk masa depan Tibet. Pada 15 Juni 1988, di Prancis, ia mengusulkan pembentukan Tibet sebagai negara dengan pemerintahan yang mandiri, namun tepat berhubungan dengan pemerintaha RRC. Hal itu menjadi langkah penting perdamaian di wilayah Tibet yang selama ini diinginkan oleh seluruh warga Tibet.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan para pendahulunya, Dalai Lama ke-14 banyak melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan para pemimpin dunia. Ia telah mengunjungi banyak negara untuk menyuarakan misi perdamaian, termasuk ke wilayah Indonesia. Sejak kunjungannya ke Barat pada awal 1970-an, Dalai Lama telah dikenal oleh dunia sebagai seorang yang pandai dan cakap.
Pada tahun-tahun berikutnya, Dalai Lama mendapatkan beberapa penghargaan dan gelar doktor honoris causa dari beberapa universitas dan lembaga atas tulisan-tulisannya mengenai ajaran Buddha dan kepemimpinannya mencapai kebebasan dan perdamaian. Pada 1989, Dalai Lama menerima Hadia Nobel.
Sumber: Susanto, Ready. 2011. 100 Tokoh Abad ke-20 Paling Berpengaruh. Bandung: Nuansacom