Menilik Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Muhammad Irsyad Abrar
Mahasiswa pascasarjana di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada dan mantan tenaga administrasi di Kementerian Ketenagakerjaan, Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
27 Juli 2023 7:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Irsyad Abrar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Maret 2013-Maret 2023, Sumber: diolah dari data BPS
zoom-in-whitePerbesar
Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Maret 2013-Maret 2023, Sumber: diolah dari data BPS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada 17 Juli 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia mempublikasikan Berita Resmi Statistik (BRS) No. 47/07/Th. XXVI yang berjudul Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2023.
ADVERTISEMENT
BRS ini merupakan bagian dari publikasi berkala oleh BPS mengenai perkembangan kemiskinan di Indonesia per bulan Maret dan September setiap tahunnya.
Data dan informasi yang dilaporkan BPS setiap dua kali setahun menjadi acuan penting untuk memahami kemiskinan di Indonesia.
Salah satu hal yang perlu dicermati dari Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2023 adalah perkembangan tingkat kemiskinan. Secara umum, tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari sisi jumlah maupun persentase.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2023 mencapai 25,90 juta orang, yang merupakan penurunan sebesar 2,27 juta orang dibandingkan dengan Maret 2013. Sementara itu, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 adalah sebesar 9,36 persen, yang menurun 2 persen dibandingkan dengan Maret 2013.
Masyarakat Jakarta yang tinggal di bantaran kali. Foto: REUTERS/Beawiharta
Meskipun tingkat kemiskinan menurun, jumlah dan persentase penduduk miskin pada Maret 2023 masih lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2019 (prapandemi).
ADVERTISEMENT
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta orang, yang lebih rendah 0,76 juta orang dibandingkan Maret 2023. Kemudian, persentase penduduk miskin pada Maret 2019 tercatat sebesar 9,41 persen, yang lebih rendah 0,05 persen dibandingkan Maret 2023.
Hal lain yang perlu dicermati adalah perbandingan tingkat kemiskinan antardaerah. Jumlah dan persentase penduduk miskin di perdesaan cenderung lebih tinggi dibanding di perkotaan, kecuali di Jawa di mana jumlah penduduk miskin di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan.
Pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin di masing-masing daerah mencapai 11,74 juta orang dan 14,16 juta orang. Sementara itu, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 di perkotaan dan perdesaan adalah sebesar 7,29 persen dan 12,22 persen.
ADVERTISEMENT
Selain tingkat kemiskinan menurut daerah, perlu dicermati pula jumlah dan persentase penduduk miskin menurut pulau. Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia, yang penduduk miskinnya mencapai 13,62 juta orang.
Akan tetapi, pulau dengan persentase penduduk miskin tertinggi adalah Maluku dan Papua, yang persentase penduduk miskinnya mencapai 19,68 persen.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan

Seorang pemuda berjalan di atas puing-puing perahu kayu dengan latar gedung di Jakarta Utara, Indonesia. Foto: REUTERS/Beawiharta
Tingkat kemiskinan berhubungan erat dengan daya beli. Hal ini dikarenakan orang-orang yang dikategorikan sebagai miskin merupakan mereka yang tidak bisa memenuhi minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan.
Di Indonesia, BPS mengkategorikan penduduk sebagai miskin berdasarkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan mereka dibandingkan nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan (garis kemiskinan).
ADVERTISEMENT
Minimum kebutuhan makanan adalah 2.100 kalori per kapita per hari, sedangkan minimum kebutuhan bukan makanan meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Dalam Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2023, BPS mengidentifikasi lima faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
ilustrasi PHK. Foto: Shutterstock
Pertama, penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari 5,86 persen pada Agustus 2022 ke 5,45 persen pada Februari 2023. Kedua, peningkatan nilai tukar petani (NTP) dari 106,82 pada September 2022 ke 110,85 pada Maret 2023.
Ketiga, penurunan inflasi dari 3,60 pada periode Maret 2022-September 2022 ke 1,32 pada periode September 2022-Maret 2023. Keempat, peningkatan konsumsi rumah tangga pada Triwulan I-2023 dibandingkan Triwulan III-2022 meningkat sebesar 2,21 persen.
Kelima, pemanfaatan bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan Triwulan I-2023 mencapai 89,3 persen dan pemanfaatan bansos sembako tahap 1 mencapai 86,5 persen.
ADVERTISEMENT
Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap tingkat kemiskinan dapat diuraikan sehubungan dengan daya beli untuk memenuhi minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan.
Penurunan TPT berarti ada sebagian orang yang dahulu tidak memiliki pendapatan/upah menjadi sekarang memilikinya. Nilai NTP di atas 100 menunjukkan bahwa pendapatan petani dari komoditas/produk pertanian melebihi biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan produksi.
Selanjutnya, inflasi (dan deflasi) menunjukkan kecenderungan naiknya (dan turunnya) harga barang dan jasa. Sementara itu, bansos dapat mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin.

Pengentasan Kemiskinan ke Depan

Seorang lelaki tidur siang di trotoar di pusat kota Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap strategi dan program pengentasan kemiskinan perlu memerhatikan kondisi-kondisi yang sudah diuraikan di atas.
Sasaran dari pengentasan kemiskinan tidak bisa sebatas menurunkan jumlah dan persentase tingkat kemiskinan nasional. Perhatian lebih harus diberikan terhadap tingkat kemiskinan di perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan perkotaan serta Maluku dan Papua yang lebih tinggi dibandingkan pulau-pulau lain.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pengentasan kemiskinan membutuhkan koordinasi yang lebih kuat di antara kementerian/lembaga (K/L) negara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan bersifat lintas tugas dan fungsi dari berbagai K/L.