Eksklusif Cerita Ibu: Meutya Hafid Berhasil Program Bayi Tabung di Usia 44 Tahun

27 Januari 2023 17:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Caerita Ibu: Meutya Hafid, politisi Golkar yang juga ibu pejuang bayi tabung (IVF).
 Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Caerita Ibu: Meutya Hafid, politisi Golkar yang juga ibu pejuang bayi tabung (IVF). Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moms, memiliki momongan merupakan impian banyak suami dan istri setelah menikah. Tetapi, bagi beberapa pasangan, perjalanan untuk hamil dan memiliki bayi tidaklah semudah itu.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dirasakan Meutya Hafid. Politikus Partai Golkar dan Ketua Komisi I DPR RI itu punya kisahnya sendiri dalam berjuang memiliki buah hati. Sejak tahun 2015, Meutya dan suami, Noer Fajrieansyah, sudah memulai program hamil dengan berbagai metode. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk menjalani program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).
Meutya Hafid. Foto: Dok. Pribadi
Sudah 7 tahun mencoba, Meutya sempat dua kali hamil setelah 10 kali menjalani program IVF. Namun sayangnya, dalam dua kali kehamilan itu, ia mengalami keguguran. Baru pada 2022 lalu, Meutya dinyatakan positif hamil lagi. Kehamilannya berjalan lancar dan sehat, sampai akhirnya melahirkan anak pertamanya yang diberi nama Lyora Shaqueena Ansyah.
Ya Moms, seperti kisah Meutya Hafid, menjalani program hamil di usia 44 tahun bukanlah hal mudah. Apalagi di tengah berbagai kesibukannya sebagai politisi dan istri. Kepada kumparanMOM, Meutya berbagi cerita tentang perjalanan IVF, melahirkan, dan kariernya setelah memiliki Lyora.
ADVERTISEMENT
Meutya mengaku, selama 7 tahun ia mencoba berbagai metode kehamilan baik tradisional maupun medis. Dia juga sempat menjalani operasi pengangkatan tuba.
“Awalnya kita coba dulu tanpa diangkat, tapi kemudian enggak berhasil, atau berhasil tapi keguguran. Itu akhirnya diangkat dan kemudian hamil lagi tapi keguguran lagi sampai akhirnya kita coba terus,” kata Meutya.
Meutya Hafid dan suami. Foto: Dok. Pribadi
“Itu tuh sempat ada perasaan enggak mau nyoba lagi karena keguguran itu saya tuh merasanya ‘oh yaudah mungkin enggak bisa. Jadi bingung kan kita antara berusaha terus dan kapan berhenti,” ujar Meutya yang berbicara sambil terpatah-patah menahan tangis.
Setelah keterpurukan itu, ia sempat hamil dengan dua janin. Sudah terbayang bahagianya memiliki anak kembar, namun tak lama kemudian ia kembali keguguran. Padahal saat itu sudah diperiksa embrionya sempurna, genetiknya bagus, dan analisa medisnya juga sempurna. Namun saat dimasukkan ke tubuh Meutya, embrio itu tidak berkembang jadi janin.
ADVERTISEMENT
“Jadi ada banyak pelajaran yang saya dapat, juga dan ada banyak sekali yang betul-betul di luar hitungan manusia dan dokter selalu mengatakan, semaju-majunya ilmu pengetahuan tetap keputusan ada di Atas,” ujarnya.

Masa Kehamilan yang Mendebarkan

Meutya Hafid dan suami. Foto: Dok. Pribadi
Meutya merasa, setiap fase yang ia lalui adalah yang paling berat baginya. Namun ternyata fase setelah itu terasa lebih berat lagi. Termasuk setelah mendapati hasil test pack positif yang ketiga kalinya, ia tak hanya bahagia namun juga penuh kekhawatiran setiap hari.
Selalu ada perasaan was-was apakah janin berkembang dengan baik atau tidak, apakah ada hambatan-hambatan lain atau tidak. Sedikit saja muncul flek, ia langsung panik dan segera berkonsultasi ke dokter.
Kehamilan itu sempat ia sembunyikan dari orang-orang di sekitarnya karena trauma dengan kegagalan-kegagalan sebelumnya. Sehingga ia tetap bekerja seperti biasa sebagai Ketua Komisi I DPR, bahkan tak jarang pulang larut malam. Aktivitas yang ia kurangi hanya bersepeda karena berbahaya bagi ibu hamil.
ADVERTISEMENT

Proses Melahirkan yang Luar Biasa

dokter menunjukkan bayi dari Meutya Hafid saat proses melahirkan. Foto: Dok. Pribadi
Kelahiran Lyora yang maju 2 minggu dari hari perkiraan lahir (HPL) karena ketuban pecah dini, membuat Meutya gugup karena belum punya persiapan khusus. Bahkan ia belum menyiapkan pakaian dan perlengkapan bayi.
Kedua orang tuanya sudah tiada, sehingga tidak mendapatkan gambaran soal proses melahirkan dan mengasuh bayi. Ditambah lagi, sang suami juga tak bisa menemani di ruang operasi.
“Tiba-tiba suami saya positif COVID. Jadi sudah yang enggak ada orang tua saya, suami saya juga tidak boleh mendampingi. Jadi saya masuk ruang operasi awalnya sendirinya, kemudian kakak saya menyusul,” tuturnya.
Meutya Hafid saat proses melahirkan. Foto: Dok. Pribadi
Namun semua perjuangan itu terbayarkan setelah mendengar tangisan pertama Lyora. Anak yang ia damba-dambakan, akhirnya lahir dengan selamat dan sehat!
ADVERTISEMENT
“Jadi perasaannya luar biasa dengar dia menangis. Terus semuanya tuh kayak cepat ya, tiba-tiba sudah ditaruh samping saya dan dada saya untuk IMD. Rasanya kayak enggak percaya,” katanya.
Anak dari Meutya Hafid. Foto: Dok. Pribadi
Kini putri yang lahir pada tanggal cantik 9-9-2022 itu telah berusia 4 bulan. Meutya masih menyusui eksklusif Lyora hingga saat ini, dan selalu berdoa putri kecilnya itu kuat.
“Terutama juga usia saya yang sudah tidak muda, saya harus memastikan paling tidak Lyora kuat. Karena saat lahiran di usia 44, kita enggak tahu usia kita... Jadi saya sama suami selalu bilang bahwa kita harus kuat karena kita enggak tahu usia kita dan berapa lama untuk mendampingi dia,” tutur Meutya sambil terisak.

Peran Suami Sangat Krusial

Meutya Hafid menggendong anaknya. Foto: Dok. Pribadi
Salah satu supporter terbesar seorang Meutya Hafid dalam menjalani program bayi tabung adalah suami. Ia mengaku beberapa kali sempat hampir menyerah, namun suami selalu meyakinkan bahwa mereka akan berhasil.
ADVERTISEMENT
“Peran suami sangat amat penting. Kalau suaminya enggak bisa nguatin istrinya, ya akan sangat berat untuk program berjalan. Karena enggak bisa ngandelin si istri menguatkan diri sendiri gitu karena programnya berat,” ujar ibu yang juga mantan jurnalis ini.
Meutya Hafid menggendong anaknya. Foto: Dok. Pribadi
Berkaca dari pengalamannya tersebut, Meutya ingin menyemangati semua ibu yang juga sedang berjuang seperti dirinya. Perjuangan ini tidak mudah, bahkan diakuinya sangat berat. Karena itu butuh persiapan yang luar biasa. Namun yakinlah akan ada akhir yang indah.
“Di akhirnya pasti insyaallah akan menyenangkan dan kita enggak tahu ya, jalan tiap orang beda-beda. Meskipun tidak berhasil paling tidak kita sudah menunjukkan ke diri kita, kita sudah berusaha sebisanya,” tutupnya.