Dilematika Pendidikan Masa Pandemi: Antara Kesenjangan dan Perioritas Kesehatan

Holy Wahyuni
Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSurabaya
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2020 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Holy Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Doc: Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Doc: Pinterest
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyelenggaraan pendidikan berbasis Daring (dalam jaringan) merupakan salah satu solusi dalam mencegah penularan Covid-19. Konsep study from home memang ada titik lemah dan lebih. Di satu sisi justru menjadi katalis akselerasi bagi sistem pendidikan di negeri ini. Metode ini memanfaatkan kemajuan digital untuk menyokong pelaksanaan pembelajaran. Namun di sisi lain permasalahan kesenjangan sosial tidak dapat dielakkan. Maka kembalinya pelaksanaan pembelajaran tatap muka menjadi sebuah pilihan yang mulai dipertimbangkan.
ADVERTISEMENT
Dulu sebelum pandemi, metode belajar daring, atau diistilahkan e-learing masih terbatas dilaksanakan pada institusi yang sudah maju. Di masa pandemi ini, hampir semua institusi pendidikan menerapkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan secara resmi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bersama beberapa kementerian lain yang terkait dalam keputusan bersama pada tanggal 15 Juni 2020 tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran dan tahun akademik baru di masa pandemi Corona virus disease (Covid-19).
Panduan tersebut secara garis besar menerangkan bahwa di tahun ajaran dan tahun akademik baru penyelenggaraan pembelajaran di berbagai tingkat satuan pendidikan masih harus dilaksanakan secara daring. Adapun pengecualian pada daerah yang berada di kategori zona hijau, itupun dengan prosedural ketat yang harus ditempuh.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam aplikasi digital hadir dan digunakan sebagai media dalam pelaksanaan pembelajaran. Pemerintah juga berupaya dengan menyediakan banyak platform sebagai media pembelajaran di berbagai tingkat satuan pendidikan. Dilansir dari media Kompas (22/3) setidaknya ada dua belas platform pembelajaran daring yang bekerjasama dengan Kemendikbud dan dapat diakses secara gratis, yakni; Rumah Belajar, Meja Kita, Icando, IndonesiaX, Google for Education, Kelas Pintar, Microsoft Office 365, Quipper School, Ruangguru, Sekolahmu, Zenius, dan Cisco Webex.
Fakta tersebut, memang terdengar menarik. Seolah-olah pendidikan di masa pandemi benar-benar memenuhi standar era revolusi 4.0. Berbagai macam platform tersebut menyediakan beberapa fitur seperti sumber belajar, laboratorium maya, bank soal, buku elektronik, peta budaya, karya seni, serta fitur lainnya.meskipun demikian, jika ditelisik lebih jauh, pembelajaran daring ini juga menuai berbagai permasalahan.
ADVERTISEMENT
Sumber Daya Manusia dan Perangkat Pembelajaran Daring
Permasalahan yang timbul salah satunya adalah masih minimnya sumber daya manusia- dalam hal ini tenaga pengajar yang terlatih dalam menggunakan berbagai macam aplikasi digital sebagai media pembelajaran. Seperti dinyatakan oleh Guru besar University of Applied Science and Arts, Hannover, Germany and Senior Experten Services (SES) Germany, Prof. Dr. Gerhad Fortwengel pada sebuah kesempatan seminar, bahwa beberapa kesulitan muncul dalam sistem pendidikan era pandemi karena SDM belum terlatih mengunakan peralatan untuk model pembelajaran jarak jauh.
Dukungan dan mentoring untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran baru ini sangat dibutuhkan. Penguasaan media ini sangatlah penting demi terciptanya suasana pembelajaran jarak jauh yang tetap kreatif, dan inovatif. Kurangnya penguasaan dalam mengemas materi ajar ke dalam model pembelajaran daring menyebabkan pembelajaran daring tetap bersifat konvensional. Disebut bersifat konvensional karena pelaksanaan pembelajaran masih berkutat pada pemberian rangkuman materi dan tugas dari lembar kerja siswa, berupa soal latihan yang disampaikan secara daring.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan Akses Pendidikan
Tantangan lain yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis daring adalah terjadinya disparitas pada pemerolehan akses pelajaran di kalangan siswa. Arsendy, dkk (2020) dalam risetnya tentang dampak Covid-19 terhadap potret gap akses online di empat Provinsi mengungkapkan bahwa terbatasnya kepemilikan perangkat komputer, gadget, dan akses internet menyebabkan tidak terjadinya pemerataan akses pembelajaran online. Survei menyebutkan telah terjadi kesenjangan akses media pembelajaran antara anak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang mampu, antara anak dari orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi dan rendah, serta kesenjangan di antara berbagai latar belakang profesi orang tua.
Berbagai cuitan di media sosial yang digaungkan oleh para orang tua wali bermunculan. Bahkan bergolak dengan aksi protes terhadap keluhan pengeluaran kuota internet yang membengkak. Sebagian yang lain mengeluhkan jaringan yang tidak bisa dijangkau di beberapa daerah, beban kerja orang tua yang bertambah, dan tuaian keluhan lainnya. Fakta ini tampaknya menjadi keresahan tersendiri, bagi para stake holder. Menciptakan sebuah kondisi yang dilematis.
ADVERTISEMENT
Pilihan Back to School dan Kecemasan Penularan Covid-19
Merespon berbagai keresahan pembelajaran daring, akhirnya ada beberapa sekolah yang dibuka dan melaksanakan pembelajaran tatap muka. Tentu saja dengan menggunakan protokol kesehatan. Namun begitu, apalah daya, beberapa media memberitakan akibat dari kembalinya pembelajaran tatap muka, muncullah klaster baru covid-19 di sekolah. Beberapa contoh kasus di lapangan antara lain, yang terjadi di Kalimantan Barat. Setelah pembelajaran tatap muka diberlakukan, terdapat 14 siswa dan 8 guru yang tertular Covid 19. Pada akhirnya penundaan pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan.
Fenomena ini memang menuai kegelisahan dan dilematika di semua kalangan. Semua pihak tentu saja menginginkan proses pendidikan berjalan dengan baik dan dapat diakses oleh semua pelajar tanpa terhalangan jaringan atau kuota. Tetapi lebih mengerikan lagi, jika diberlakukan back to school di tengah kondisi pandemi yang belum berakhir ini. Maka, pertimbangan untuk menomorsatukan keselamatan nyawa mau tidak mau harus menjadi prioritas utama.
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi yang berkepanjangan di tahun 2020 ini, memang menciptakan kondisi yang sulit. Maka, mau tidak mau pergolakan atas ketidaknyamanan sistem dan tatanan yang bergeser menuju serba online diharapkan bisa ditahan dan mereda. Demikian juga dengan hadirnya solusi pembelajaran darurat bagi yang tidak memperoleh akses harus segera dicanangkan. Sebab memperoleh pendidikan adalah hak semua bangsa yang seharusnya tanpa memandang kelas sosial, ekonomi, dan daerah.