Mencari Makna Cinta dalam Hubungan

Abrar Rizq Ramadhan
Hanya seorang pelajar yang tenggelam di lautan Humaniora. Mahasiswa Ilmu Sejarah - FIS - Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
12 Mei 2023 10:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abrar Rizq Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cinta dan matahari terbenam Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cinta dan matahari terbenam Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ini adalah soal memahami dan mencari makna cinta dan hubungan yang terkait padanya. Sebuah pemahaman untuk berpikir logis serta rasional dalam menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
Ya, manusia ditakdirkan datang ke dunia untuk mencari. Setidaknya itu yang Nietzsche yakini, juga yang saya yakini. Bertabrakan dengan pemahamannya akan nihilisme yang kian membuatku merasa pesimistis akan hidup.
Namun, satu yang baru saya sadari bahwa Nietzsche menentang nihilisme itu sendiri. Sebuah pemahaman eksistensialis yang dia gagas. Jadi, saya mulai berpikir bahwa ternyata hidup itu tidaklah nihil.
Makna hidup perlu dicari. Bahkan, sekadar hal yang sederhana sekalipun harus dicari. Contohnya adalah bagaimana kita sebagai individu bisa mencari makna cinta beserta relasi atau hubungan yang mendasarinya.
Zick Rubin yang seorang psikolog menyatakan bahwa cinta adalah emosi yang terbentuk dari tiga perasaan yaitu perhatian, kasih sayang, dan keintiman. Saya juga merasa seperti itu.
ADVERTISEMENT
Saya pun memaknai bahwa cinta tidak melulu soal lawan jenis. Dengan adanya kasih sayang dan perhatian dari orang terdekat seperti keluarga dan sahabat juga bagian dari cinta. Namun kerap kali kita tidak sadar bahwa kita sudah masuk ke dalam fase cinta.
Ilustrasi jatuh cinta dengan rekan kerja. Foto: Shutterstock
Dalam kasus saat ini, saya akan coba menaruh dalam hubungan antara lawan jenis. Antara yang menyukai dan yang disukai atau yang saling menyukai.
Dalam usaha mendekati lawan jenis, kerap timbul rasa skeptis sehingga orang kerap merasa pesimistis, kemudian disadarkan oleh realisme. Namun mendekati orang yang ditaksir itu apakah sudah menjadi sebuah perasaan cinta? Atau sekadar tertarik saja?
Oleh karenanya, kita harus sering lagi ber-filsafah soal cinta agar tidak keblinger. Saya akan memberikan pemahaman saya sendiri mengenainya.
ADVERTISEMENT
Cinta menurut saya adalah kondisi di mana perasaan seorang individu dengan individu lain atau kelompok, bergejolak besar atas rasa sayang yang tidak diungkapkan. Namun, hubungan erat seseorang dengan yang lain tidak bisa disebut cinta jika kiranya tidak dijalani dengan keseriusan.
Karenanya, mungkin orang yang berpacaran itu tidak 100 persen menikmati cinta di dalamnya jika salah satu pihak tidak memberikan cinta pada hubungan tersebut.
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
Ini mengingatkan saya atas kisah Minke dan Annelies dalam Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Hubungan mereka menurut saya adalah idealnya dua orang yang saling mencinta meskipun keduanya harus dipisahkan oleh hukum kolonial.
Minke dan Annelies itu bahkan tidak berpacaran sebelumnya. Keduanya hanya saling suka hingga masuk ke jenjang pernikahan. Bagaimana dengan yang berpacaran? Bukankah pacaran adalah status untuk dua orang yang saling mencinta hingga keduanya menjalin hubungan itu.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tidak melulu harus pacaran. Orang yang memiliki ilmu agama tinggi terutama Islam bahkan cenderung menghindari status tersebut karena tidak sesuai dengan syariat. Mereka cenderung menggunakan pendekatan ta’aruf dalam hubungan cintanya.
Cinta dalam hubungan seperti yang telah dijelaskan di atas juga harus didasari pada rasionalisme dan sikap yang realistis serta logis. Kembali mengingatkan kepada para pembaca sekalian bahwa orang kerap menjadi bodoh jika berurusan dengan cinta, terutama bagi mereka yang berpacaran.
Apapun akan dilakukan untuk pasangannya, bahkan untuk sesuatu yang tidak masuk akal. Ini menunjukkan bahwa memang cinta itu memainkan perasaan emosi manusia hingga manusia kehilangan akal sehat.
Ilustrasi Taaruf Online. Foto: Shutterstock
Orang-orang yang sudah termakan cinta yang seperti itu harus disadarkan oleh realisme dari pasangannya. Ekspektasi yang lahir atas pemikirannya soal hubungan dalam mencinta kadang membuat manusia itu sakit hati. Karena idealismenya bertentangan dengan kenyataan.
ADVERTISEMENT
Contohnya, jika pandangannya soal berpacaran adalah saling mengerti satu sama lain, saling mencintai, dan saling mendukung namun nyatanya tak sepeser pun perlakuan tersebut didapatnya, maka orang cenderung akan kembali memikirkan soal makna dalam menjalin hubungan. Seperti halnya yang saya alami.
Akan ada dua jalan jika orang sudah memasuki fase ini. Yang pertama, dia akan mengemis kepada pasangannya seperti anak kecil. Dan, yang kedua dia akan kembali berpikir secara logis.
Mengapa pada akhirnya manusia yang rasional akan kembali pada rasionalitasnya jika ekspektasinya dihancurkan? Akan timbul kembali suatu pertanyaan mengenai mengapa dia mencinta? Mengapa dia menjalin hubungan? Kenapa rasa kecewa bisa timbul ketika ekspektasi soal hubungan ternyata tidak sesuai?
Normalnya pertanyaan-pertanyaan itu akan muncul kembali kepada orang yang sedang sakit hati. Yang tersisa hanyalah penerapannya. Antara kembali menjadi manusia logis atau turut mengikuti kehendak emosi.
Ilustrasi pasangan berikan hadiah. Foto: KPG-Ivary/shutterstock
Yang saya lakukan ketika berada dalam fase ini adalah, saya berpikir kembali mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas. Lalu mulai menerapkan dan memahami cara berpikir pasangan yang menurut saya apatis atau acuh tak acuh.
ADVERTISEMENT
Karenanya mungkin saya tidak mendapatkan apa yang saya harapkan dalam hubungan tersebut. Namun, setelah melalui proses berpikir dengan pemikiran apatisme tersebut, saya mulai kembali memahami apa yang dia lakukan selama ini meskipun tidak mengenakan sekalipun.
Karenanya, saya buang rasa pesimistis itu dan mulailah saya menerapkan pemikiran stoik dalam hubungan ini. Toh, memang kalau sudah cinta berarti juga belajar memaklumi pasangan kita meski rasanya tidak mengenakan.
Namun itu semua adalah upaya dalam pengendalian emosi agar tetap bersifat rasional dan logis. Kembali mengingat lagi, hubungan mencinta itu jauh dari rasional dan cenderung memainkan emosi. Oleh karenanya saya menulis artikel ini agar orang bisa mencari makna yang benar dalam menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
Cinta memang berkaitan terhadap rasa kasih sayang, rasa mengerti terhadap satu individu ke individu atau kelompok lain. Namun jika sudah menjalin hubungan cinta lawan jenis, maka ekspektasi tidak akan selalu sesuai kepadanya. Teruslah berpikir secara rasional dan logis dalam berdialektika, serta memahami pasangan sebaik mungkin.