Profil Dalai Lama, peraih nobel perdamaian asal Tibet yang viral akibat cium bibir anak laki-laki

Koridor.co.id

Nama pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama menjadi sorotan setelah sebuah video yang memperlihatkan dirinya mencium bibir seorang anak laki-laki, viral. Tak hanya mencium bibir sang bocah, Dalai Lama bahkan meminta agar anak kecil tersebut mengisap lidahnya.

Kejadian Dalai Lama meminta anak laki-laki mencium bibir dan mengisap lidahnya ini terjadi di sebuah acara di India Utara.

Akibat beredar luasnya video tersebut, Dalai Lama meminta maaf pada si bocah dan keluarganya.

“Yang Mulia (Dalai Lama) sering menggoda orang yang ia temui dengan cara polos dan lucu, bahkan di depan umum dan di depan kamera,” kata sebuah pernyataan seperti dilansir CNN.com pada Senin, 10 April 2023.

Profil Dalai Lama

Nama Dalai Lama bukanlah nama asing dalam dunia spiritual internasional. Dikutip dari dalailama.com, Yang Mulia Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, lahir pada 6 Juli 1935 di dusun kecil di Taktser, Amdo, timur laut Tibet.

Saat berusia dua tahun, Dalai Lama ke-14 yang kala itu masih bernama Lhamo Dhondup, diakui sebagai reinkarnasi Dalai Lama ke-13 sebelumnya, Thubten Gyatso.

Orang Tibet biasanya menyebut Dalai Lama sebagai Yeshe Borbu, Permata Pengabul Permintaan atau Kundun, Kehadiran.

Dilansir savetibet.org, upacara penobatan Dalai Lama ke-14 berlangsung pada 22 Februari 1940 di Lhasa, ibu kota Tibet.

Pada usia enam tahun, Dalai Lama memulai pendidikan monastik yang kurikulumnya berasal dari tradisi Nalanda.

Memasuki usia 23 tahun pada 1959, Dalai Lama mengikuti ujian terakhirnya di Kuil Jikhang Lhasa selama Festival Doa Besar tahunan. Ia lulus dengan pujian dan dianugerahi gelar Geshe Lharampa, setara dengan gelar doktor tertinggi di filsafat Buddhis.

Sebelum lulus ujian terakhirnya, Dalai Lama dipercaya memegang kekuasaan politik penuh pada 1950, setelah invasi China ke Tibet. Empat tahun setelahnya, ia bertemu Mao Zedong dan pimpinan China lainnya, termasuk Deng Xiaoping dan Chou Enlai.

Saat penindasan brutal oleh pasukan Tiongkok di Lhasa tahun 1959, Dalai Lama terpaksa melarikan diri ke pengasingan di Dharamsala, India Utar. Tempat pengasingan Dalai Lama itu kemudian disebut sebagai Lhasa kecil.

Selama di pengasingan, Dalai Lama meminta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk mempertimbangkan masalah Tibet. Majelis Umum PBB pun mengadopsi tiga resolusi di Tibet pada tahun 1959, 1961, dan 1965.

Di tahun 1963, Dalai Lama ke-14 menyajikan rancangan konstitusi demokratis untuk Tibet yang diberi nama Piagam Orang Tibet di Pengasingan. Piagam itu memuat kebebasan berbicara, berkeyakinan, berkumpul, dan bergerak.

Pada 1989, Dalai Lama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian untuk perjuangan tanpa kekerasan dan pembebasan TIbet. Ia secara konsisten menyuarakan kebijakan non-kekerasan, bahkan saat menghadapi agresi ekstrem.

Dalai Lama juga menjadi peraih Nobel pertama yang diakui atas kepeduliannya terhadap masalah lingkungan global.

Setelahnya, pada 1992, Administrasi Tibet Pusat menerbitkan pedoman untuk konstitusi Tibet bebas di masa depan, yang jika nanti Tibet merdeka, akan didirikan pemerintahan sementara.

Di saat yang bersamaan, Dalai Lama mengungkapkan harapannya. Ia ingin Tibet di masa depan akan menjadi federal dan demokratis.

Ia juga telah menerima lebih dari 150 penghargaan, doktor kehormatan, hadiah, dan lain-lain, sebagai pengakuan atas pesan perdamaian, non-kekerasan, pemahaman antar-agama, tanggung jawab universal, dan kasih sayang.




Artikel Terkait

Terkini