Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Evolusi Manusia Flores Masih Misteri

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Homo floresiensis merupakan manusia purba yang berada dari Flores. Sejauh ini para peneliti belum mengetahui proses evolusi yang dialami.

Homo floresiensis atau manusia Flores yang dijuluki hobbit oleh kelompok peneliti, ditemukan di Gua Liang Bua di Dusun Rampasasa, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Tempat ini sebelumnya menjadi lokasi ekskavasi arkeologi dan paleontologi..
Di gua ini ditemukan banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia seperti makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar. Kemungkinan mamalia itu menjadi bahan makanan mereka. Di tempat yang sama ditemukan pula alat-alat batu seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang yang terbakar.
Hobbit berarti manusia kerdil hidup sekitar 700.000 hingga 60.000 tahun yang lalu. Mereka adalah seorang manusia purba kecil berjalan di Pulau Flores. Dijuluki hobbit karena tingginya hanya sekitar 3,5 kaki atau 106 sentimeter.
Manusia purba tersebut pembuat alat yang berotak kecil dan berkaki besar. Namun sejauh ini belum ada yang tahu bagaimana proses evolusinya terjadi. Para antropolog berargumen bahwa tidak ada yang benar-benar tahu bahwa H floresiensis telah punah atau mungkin bertahan hingga zaman modern.
Dalam sebuah buku baru, Gregory Forth, seorang antropolog pensiunan dari Universitas Alberta, berpendapat bahwa laporan tentang "manusia kera" di Flores bisa jadi merupakan penampakan nenek moyang manusia purba, yang masih hidup hingga sekarang.
"Kita benar-benar tidak tahu kapan spesies ini punah. Saya berani mengatakan bahwa kita bahkan tidak tahu apakah itu sudah punah," kata Forth kepada laman Live Science. "Jadi ada kemungkinan dia masih hidup," lanjut dia.
"Flores adalah sebuah pulau yang memiliki wilayah yang hampir sama dengan Connecticut dan memiliki dua juta orang yang tinggal di sana hari ini," kata John Hawks, ahli paleoantropologi di University of Wisconsin, Madison. Dari kenyataan ini gagasan ada primata besar yang tidak teramati di pulau ini dan bertahan dalam populasi yang dapat menopang dirinya sendiri hampir mendekati nol.
Forth telah melakukan penelitian lapangan antropologis di Flores sejak 1984. Di sana ia mendengar cerita-cerita lokal tentang makhluk-makhluk manusia (humanoid) kecil berbulu yang hidup di hutan. Dia menulis tentang kisah-kisah ini dalam penelitiannya sampai tahun 2003, ketika H. floresiensis ditemukan.
"Saya mendengar tentang makhluk mirip manusia kecil yang serupa di wilayah bernama Lio, yang dikatakan masih hidup, dan orang-orang memberi penjelasan tentang seperti apa rupa mereka," kata Forth.
Dalam salah satu kutipan dari buku barunya, Between Ape and Human: An Anthropologist on the Trail of a Hidden Hominoid (Pegasus Books, 2022), Forth menggambarkan sebuah wawancara dengan seorang pria yang mengatakan bahwa dia membuang mayat makhluk yang tidak mungkin monyet tapi juga bukan manusia itu, dengan rambut lurus berwarna terang di tubuhnya, hidung yang berbentuk bagus, dan ada ekor kecil.
Selama bertahun-tahun, Forth mengumpulkan 30 laporan saksi mata tentang makhluk serupa yang katanya sesuai dengan deskripsi H floresiensis. "Tentu saja, ada banyak laporan saksi mata tentang makhluk samar di seluruh dunia, seperti Sasquatch di Pacific Northwest dan British Columbia," kata Mark Collard, antropolog evolusioner yang berbasis di Simon Fraser University di Kanada.

Perubahan Lingkungan
Collard menjelaskan manusia dengan mudah mempercayai cerita. Cerita-cerita itu dapat dengan mudah menjadi pusat kepercayaan orang. Kisah "manusia kera" di Flores ini berbeda dengan kisah Bigfoot di Pacific Northwest. Menurut Forth, karena tidak pernah ada kera non-manusia di Amerika Utara, tapi di Flores, katanya, pasti ada H. floresiensis.
"Tapi berapa lama mereka ada? Tulang H. floresiensis pertama kali ditemukan di gua Liang Bua di Flores pada 2003. Bukti termuda dari hobbit yang menggunakan gua tersebut berasal dari 50.000 tahun yang lalu," kata Elizabeth Veatch, ahli arkeolog di Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian yang mempelajari spesies tersebut.
Ia mengatakan manusia modern tidak muncul di Flores sampai 47.000 tahun yang lalu. Tidak ada bukti bahwa kedua spesies tersebut tumpang tindih di Gua Liang Bua. Faktanya, H floresiensis tidak banyak menggunakan situs tersebut setelah 60.000 tahun yang lalu.
"Berdasarkan bukti fauna, kemungkinan ada perubahan lingkungan yang terjadi sekitar 60.000 tahun lalu yang mengubah lanskap di sekitar Liang Bua yang menyebabkan Homo floresiensis bermigrasi ke tempat lain di pulau itu untuk mencari makan di habitat yang lebih sesuai," kata Veatch. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top