Rabu 08 Jul 2015 15:01 WIB

Wisata Religi Sunan Bonang Makin 'Menor' (Habis)

Petilasan Sunan Bonang
Petilasan Sunan Bonang

REPUBLIKA.CO.ID, TUBAN --  Bagi peziarah yang datang berombongan dengan bus, maka dari lokasi parkir ke makam yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer, harus memanfaatkan jasa tukang becak.

Bahkan, warga yang rumahnya berdekatan di sekitar makam terutama yang berada di jalan menuju makam, menjadikan rumahnya sebagai penginapan. Fungsi penginapan, selain bisa dimanfaatkan peziarah untuk beristirahat, juga bisa dimanfaatkan untuk mandi atau keperluan lainnya.

"Jumlah penginapan berupa rumah warga cukup banyak, juga tarifnya cukup murah. Bisa disewa untuk berombongan," jelas seorang warga di desa setempat Hambali, menambahkan.

Menurut dia, warga di Kelurahan Kutorejo, yang berada di sekitar Makam Sunan Bonang, sangat mendukung keberadaan wisata Makam Sunan Bonang, karena secara ekonomis menguntungkan. Selain bisa berdagang di sekitar kompleks, juga membuka penginapan, warga juga sering memperoleh bingkisan dari Yayasan Mabarrot Sunan Bonang.

"Menjelang Hari Raya Idul Fitri nanti warga di sekeliling makam dari sejumlah RT semuanya memperoleh paket bingkisan," ucapnya.

Selama Puasa Ramadhan, warga di sekitarnya, juga antre untuk memperoleh bubur Suruh, di kompleks Makam Sunan Bonang yang sudah berjalan cukup lama. "Menu bubur Suruh sedikitnya bisa untuk berbuka bagi 300 orang. Mungkin bisa lebih, sebab warga ada yang meminta dengan membawa wadah besar, karena untuk dibagikan di tempatnya," jelas Chumaidi.

Ditanya kemungkinan Makam Sunan Bonang diperluas, menurut Chumaidi, sulit bisa dilakukan, sebab kompleks Makam Sunan Bonang, yang luasnya sekitar 1 hektare, sekelilingnya merupakan pemukiman padat.  "Ya sulit bisa diperluas, sebab daerah di sini padat pemukiman," tandasnya.

Peningkatan Fasilitas

Lebih lanjut Ibrahim menjelaskan pihak Yayasan Mubarrot Sunang Bonang yang mengelola Makam Sunan Bonang terus berusaha meningkatkan fasilitas Makam Sunan Bonang sebagai usaha memberikan pelayanan yang baik kepada peziarah.

Di lokasi cungkup Makam Sunan Bonang dibangun atap dengan dana sekitar Rp1,5 miliar yang berasal dari dana peziarah dan donatur dengan ukuran 30 X 30 meter, pada 2013. Fungsi bangunan atap itu, katanya, untuk melindungi peziarah dari terik matahari, hujan, sekaligus mengamankan cungkup Makam Sunan Bonang yang asli.

Fasilitas toilet juga lokasi istirahat peziarah dibangun dengan biaya Rp550 juta pada 2014.

Oleh karena itu, kata Ibrahim, Makam Sunan Bonang memperoleh penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sebagai wisata budaya yang memiliki daya tarik terbaik di Jawa Timur, pada 2014. Dasar penilaiannya, karena jumlah pengunjungnya terbanyak dibandingkan obyek wisata budaya lainnya dan tingkat kebersihan lingkungan makam.

Salah satu peningkatan yang mencolok soal kebersihan yaitu pengunjung harus mencopot alas kaki di pintu masuk, padahal biasanya alas kaki bisa masuk mendekati makam. Sesuai catatan, Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang.

Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang.

Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di Kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua, karena konon saat dia meninggal, kabar wafatnya dia sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura.

Sang murid sangat mengagumi dia sampai ingin membawa jenazah dia ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian dia. Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan Nabi Muhammad.

Sesuai data di buku tamu, katanya, peziarah yang datang tidak hanya dari lokal daerah di Jatim, akan tetapi juga dari berbagai daerah seperti, Banten, Jakarta, juga luar Jawa. "Peziarah dari luar negeri ada dari Singapura, Malaysia dan Brunai. Peziarah yang datang tidak hanya pagi atau siang hari juga malam hari sampai dini hari," paparnya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement